Mie instan sebenarnya bisa disantap kapan saja. Waktu terbaik untuk menyantap mie, adalah saat seseorang tidak hanya menikmati gurihnya mie, tapi lebih menyadari kasih dari pemilik waktu.
Sumber Foto: dokpri.
Quote:
Menyantap mie instan sudah biasa dilakukan orang - orang. Tak ada yang istimewa dengannya, apalagi buat mereka yang punya aktifitas padat. Jadi dari proses memasak mie, mencampur bumbu sampai ngulek semuanya di atas mangkok terasa seperti biasa, sebiasa melakukan rutinitas lainnya.
Tapi terkadang, kegiatan remeh seperti menyantap mie bisa di-upgrade menjadi aktivitas yang lebih sakral. Maksudnya tidak hanya melulu memasukkan mie ke dalam mulut, tapi mengantar seseorang untuk lebih dekat dengan kesyukuran.
Berikut ini ada sedikit periode, yang mungkin bisa menjadi tanda kalau "Ya, sekarang adalah waktu terbaik untuk nge-mie".
Quote:
Saat mie ada
Pertama yang harus diperhatikan adalah mie. Kenikmatan mie tidak bisa dirasakan kalau mie tidak ada. Termasuk bumbu, cabe, kecap, saos dan minyak juga. Pastikan bahan utama dan bahan pendukung ada.
Quote:
Saat alat berfungsi
Kedua adalah tentang alat. Maksudnya alat masak seperti kompor, gas, dan beberapa pendukung seperti gunting atau pisau masih bisa digunakan. Itu juga termasuk alat makan seperti mangkok, piring dan sepasang sumpit.
Quote:
Saat keinginan muncul
Ini yang tampaknya paling fundamental. Rasa ingin menyantap asinnya mie kadang muncul begitu saja, tanpa pernah diduga dan berlangsung spontan dan sangat tiba - tiba.
Keinginan untuk makan mie kadang didorong oleh rasa lapar dan kebetulan orang itu menganggap semangkok mie bisa mengurangi rasa laparnya.
Ketiga hal itu harus ada, karena kalau salah satu hilang berarti waktu itu bukan momentum terbaik. Katakan keinginan muncul tapi mie dan alat masak tidak tersaji di depan mata. Maka waktu itu bukan lah waktu tepat untuk memasak mie instan.
Quote:
Saat tidak yakin, tapi semesta mendukung
Tapi terkadang bisa terjadi sebaliknya. Rasa lapar dan ingin nyamil tidak muncul. Tapi sebungkus mie sudah terlihat mata. Kompor hanya berjarak lima langkah. Gas masih ada sisa. Piring, sendok, garpu juga tergeletak di atas meja.
Seolah - olah ada kurir mengantar bahan - bahan itu ke hadapan seseorang padahal orang itu tidak pernah meminta.
Kalau pemandangan itu tersaji di hadapan seseorang tapi dia masih ragu akan apa yang bakal dilakukan, bisa jadi itu tanda agar mengolah bahan yang ada untuk diproses lebih lanjut. Dan salah satu cara memanfaatkannya adalah dengan memasak mie.
Quote:
Bagaimana pun, makan mie instan lumrah dilakukan oleh siapa saja dan saat sedang melakukan apa. Memasak mie instan tidak perlu jadwal tertentu atau harus menunggu siklus alam seperti hendak menanam padi di sawah atau menjaring ikan di laut. Karena mie instan hanyalah untuk kebutuhan makan instan.
Tapi terkadang, hal yang sudah biasa bisa terasa luar biasa karena adanya momentum.
Momentum tepat untuk makan mie instan adalah saat muncul pikiran atau perasaan, bahwa mengolah dan menyantap mie instan adalah salah satu bentuk seseorang dalam mensyukuri hidup.
Sumber Referensi:
Opini pribadi