muthialaqilahAvatar border
TS
muthialaqilah
Gan, Pengaruh Mental Dari Sosial Media Tidak Main-Main!

source : pinterest

Selama bertahun-tahun, dunia sudah memasuki peradaban besar dalam memajukan kehidupan manusia. Gedung-gedung pencakar langit dibangun di setiap sudut kota. Kendaraan umum dan pribadi memenuhi jalanan setiap hari. Mesin dan alat komunikasi semakin canggih. Siapapun bisa melihat apapun yang dimau tanpa harus bersusah payah. Dimanapun berada, kita bisa mendapatkan apa yang kita ingin tahu. Semua kemudahan ini sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Para ilmuwan seolah menghapus kesulitan dan menyiapkan bekal pengetahuan yang tersusun bagi masyarakat di masa depan.

Zaman modern inilah yang disebut dengan lingkungan digital, dan merupakan pusat utama kebutuhan manusia saat ini. Namun, dengan segala kemudahan yang sudah dimiliki, apakah teknologi mampu menjamin kemudahan seorang individu dalam menyikapi kondisi mentalnya sendiri?

Kesehatan mental adalah topik yang menarik dan unik untuk selalu dibahas oleh berbagai kalangan. Terutama untuk para remaja, anak muda, masyarakat awam, ataupun para pakar yang sudah berpengalaman. Mental sangat erat kaitannya dengan kondisi psikologis dan perasaan. Mengandung sisi emosional, berhubungan dengan kinerja pikiran dan saling berkaitan dengan kesehatan fisik dan sosial.

Hubungan Antara Kesehatan Mental dan Sosial Media

Sosial media adalah kecenderungan paling besar bagi seseorang untuk merasa tidak bahagia. Media dalam jaringan tersebut memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk meraih keberhasilan melalui sosial media. Seperti membuka konten bermanfaat atau menghibur bagi masyarakat luas, juga meniti karir sebagai influencer dan membuka bisnis online seluas-luasnya.

Namun, dampak negatifnya, sosial media menjelma sebagai alat ukur kebahagiaan bagi kaum modern. Tolak ukur spesial yang diciptakan secara tak langsung tersusun secara rapih dan mengancam, bahwa kebahagiaan yang kita miliki sekarang seolah tidaklah cukup untuk disyukuri. Hal itu menyebabkan banyak keluhan tercipta dari seseorang yang tak mampu menyaring apa yang dilihatnya.

Melalui sosial media, orang-orang bisa terus merasa tak puas dengan apa yang telah didapatkannya. Memang, di satu sisi 'melihat ke atas' dapat menjadi penyebab seseorang untuk termotivasi dan berprestasi lebih banyak lagi. Tapi, bagi sebagian orang, hal itu malah menjadi perusak kepercayaan diri.

Dilansir dari Business Insider, media sosial membuat kita percaya bahwa setiap orang mempunyai kehidupan yang lebih sempurna daripada yang saat ini kita miliki.

Sifat perfeksionis yang berlebihan dan ingin terus nampak lebih di sosial media mengantarkan masyarakat pada standar-standar baru penentu kebahagiaan.

Sosial media memberikan apresiasi tak tentu dari jumlah likes dan pujian yang saling berhamburan. Ia menggantungkan harapan bahwa orang lain bisa menilai kita berderajat tinggi jika penampilan kita sempurna di depan kamera. Mereka yang mempublikasikan foto atau status keberhasilan di dunia kerja seolah mendorong secara kasar orang-orang yang merasa belum mencapai apa-apa. Wajah yang mulus dan nampak rupawan membuat kelompok lainnya merasa tidak berharga. Pemandangan tempat mewah dan penginapan kelas atas yang dipajang di sosial media seolah menunjukkan suatu kuasa dan kekayaan yang luar biasa. Sehingga, orang-orang di luar sana seringkali berkata, "Aku tidak ada apa-apanya."

Pengaruh Sosial Media Terhadap Kesehatan Mental

Sosial media mau tak mau telah memengaruhi kesehatan mental masyarakat luas. Mereka yang seharusnya bersyukur dengan penampilan alami dibuat insecure karena filter yang tak sepenuhnya jujur. Hanya karena orang lain eksis, seseorang yang awalnya penuh optimis menjadi pesimis. Hanya melihat orang lain memposting status, langsung terkekang obsesi baru yang menjerumus. Sampai muncullah perasaan dengki sampai stress. Itu artinya, perasaan mereka yang terkungkung media sosial tidaklah beres.

Kesehatan mental semakin disoroti di tengah kemajuan teknologi. Masyarakat bisa menjadi tak sabaran untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya, timbullah perasaan tertekan.

Munculnya perilaku seperti Fear of Missing Out (FOMO) menjadikan seseorang tidak mau ketinggalan. Seseorang yang terlalu sering berselancar di dunia maya dapat memunculkan rasa terisolasi secara sosial. Hal itu berdampak pada kurangnya kualitas tidur, bahkan sampai insomnia karena meningkatnya kecemasan yang ditimbulkan sosial media.

Peran era modern dan lahirnya warga digital bernama netizen seolah menambah-nambah tuntutan dalam hidup. Dibanding-bandingkan, dikucilkan, direndahkan, bahkan sampai pada perundungan yang berdampak buruk bagi psikis korban. Satu individu kian merasa tak memiliki apa-apa. Padahal pencapaian sekecil apapun yang telah diraih patut diberi penghargaan. Melalui sosial media, semua terkunci dalam komentar pujian di akun pribadi—semacam menambah harap kepada followers agar memujinya. Tapi, saat orang lain tidak memedulikannya, ia merasa sedih dan akan merasa sangat jengkel. Jika hal itu terus menerus digenggam, maka seseorang bisa merasakan ketidakberdayaan atas dirinya sendiri. Karena standar-standar yang dibuat dari sosial media menjadikannya harus terlihat sempurna. Bila tak mampu seperti orang lain dan membuatnya bersedih secara berlarut-larut, ia bisa saja terkena mental issues atau bahkan divonis depresi.

Semua itu terjadi karena standar yang terkadang tak masuk akal melalui tempat terlihat tak tersentuh bernama sosial media.

Cara Agar Tidak Stress Saat Bermain Sosial Media

Maka dari itu, cara agar tidak merasa stress saat bermain sosial media adalah dengan memilah dan memilih konten yang dikonsumsi di internet. Tak hanya menyaring orang-orang, teman, ataupun followers di sosial media. Melainkan juga mengurangi penggunaannya dan membatasi notifikasi yang masuk. Bila kita merasa sosial media mulai memengaruhi mental secara tak sehat, maka sudah waktunya kita untuk menambah sosialisasi bersama orang-orang terdekat, pergi berlibur, melakukan hal-hal yang disukai untuk melepas stress, dan yang terpenting adalah memandang dunia luar secara lebih nyata.

-Muthialaqilah-


Daftar Pustaka

https://health.kompas.com/read/2020/...memicu-depresi

https://hellosehat.com/mental/kecand...-media-sosial/
0
781
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.