Thread ini ane persembahkan untuk diri ane sendiri dan semua orang-orang yang kisah cintanya amburadul. Sad boy and sad girl diluar sana. Terkhusus diri ane sendiri yang sejauh ini ane salut sama ente (diri ane sendiri). Karena udah mau memperjuangkan cinta yang sangat diyakini adalah cinta yang tepat. Yah meskipun gak dihargai dan ditinggalkan begitu aja hehe. Dan akhirnya sadar kalau bukan cinta yang tepat wkwk.

Jadi apa yang ane tuliskan disini bukan khayal mengkhayal. Bukan cerita fiktif, ataupun cerita orang. Tetapi adalah pengalaman ane sendiri yang mana sebagai insan yang dikaruniai hati oleh Tuhan, maka ketika hati itu mencintai makhluk ciptaannya jadilah sesuatu yang wajar. Meskipun gak semua yang diinginkan hati harus dimiliki.

Oke sebelum ke kata tukang fotocopy hehe, ane mau cerita dikit soal kisah cinta ane yang sesuai judul yaitu gak dihargai. Dari cerita inilah nanti lalu timbul kata-kata mas-mas atau mbak-mbak fotocopy. Jadi beberapa tahun yang lalu, sekitar 8 tahun yang lalu ane masih sebagai remaja yang labil. Jadi kalau kisah cintanya amburadul wajar lah ya. Dan ane gak ambil pusing.



Tapi kalau maju dikit, tepatnya 5 tahun yang lalu, pas udah lulus SMA maka kisah cinta amburadul agak nyesek dan kepikirannya sampai sekarang. Yap tepatnya lulus SMA ane gak dihargai lagi sama kekasih ane yang waktu itu ane sangat mantap untuk menikahinya. Eh sebenarnya sebelum lulus cinta ane sama doi. Sekitar kelas satu SMA lah.

Kelas 1 SMA mulai menjalani cinta sebagai muda-mudi yang yaah bisa dikatakan mau melewati masa labilnya manusia. Waktu tahun pertama masih layaknya muda mudi yang jatuh cinta. Kasmaran, menggebu-gebu, cinta-cintaan, ketemuan, malu-malu, teleponan, dan seterusnya kayak gitu-gitu terus.

Setelah masa-masa membara seperti itu berlalu, maka akan ada dua kemungkinan. Pertama akan ada pihak yang bosan, kedua makin bertambah cintanya dan serius mau ke jenjang pernikahan. Sayangnya doi dalam kondisi yang pertama, dan ane yang kedua wkwk bajigur emang lah.

Nah dalam kondisi yang sudah bosan dan sudah memudar cintanya, si doi pun mulai menampakkan kalau dia mau lepas dari hubungan kami. Chat ane lambat dibalas, dan bahkan pernah gak dibalas. Sekali dua kali masih positif thinking ane. Tapi lama-lama jadi sering. Dan bukti yang paling kuat kalau dia udah bosan dengan ane yaitu dia udah mulai ngerespon cowok lain yang deketin dia. Waktu itu ane kelas 2 dan yang deketin doi kelas tiga yaitu kakak kelas.

Tapi anehnya nih, pas ane udah tau dia bosan, dan ane mau putusin eh dia gak mau. Alasannya masih sayang. Tapi kalo sayang kok gitu kan kata ane. Dia bilang cuma mau break aja. Nenangin pikiran dulu. Ini mulai aneh ane bilang. Seakan-akan ane ini hanya tempat singgah dan tempat pelampiasan dia aja. Nah kondisi inilah ane mulai gak dihargai lagi.



Maka dalam kondisi seperti itu lalu seperti kata tukang fotocopy bahwa "Mau ditinggal atau ditunggu". Soalnya ane juga punya hak untuk menentukan pilihan dong. Meskipun yah masih cinta banget ane waktu itu gan. Gak sekedar cinta dan sayang kayak cinta monyet enggak. Justru bisa dikatakan cinta tulus lho. Soalnya udah ada niat ane lulus tuh mau ngelamar dia. Udah nabung. Udah nyusun rencana. Eh malah kayak gini kondisinya.

Jadi menurut agan dan sista, kalau situasi dan kondisi nya kayak ane gitu, ditinggal apa ditunggu? Soalnya mau ditinggal masih sayang, mau ditunggu kok digantungin gitu.

Oke segitu dulu untuk thread ane kali ini, thread ini sifatnya entertainment yang bersumber dari keresahan ane dilingkungan sosial aja ya gan. Emang paling enak jadi tanaman kaktus aja ya gan biar gak ketemu kayak ginian di dunia per-acting-an wkwk. kalau kurang informatif ya tolong dimaklumi. Kalau menyinggung ya mohon maaf. Terimakasih udah baca. Jumpa lagi di thread ane selanjutnya.

Referensi: Opini & Pengalaman Pribadi
Sumber gambar: Tertera
@abdulqadirz©2021