Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amethystiaAvatar border
TS
amethystia
Horro-Romance (GoodNovel) - Bab 2. Jangan Keluar saat maghrib
“Sandy tolong aku!” Sandy terus berlari mencari dimana suara itu berasal. Suara yang tidak asing lagi untuknya. “Andini kamu dimana?”

“Aku disini Sayang!” Sandy pun menoleh kebelakang. Terlihat olehnya Andini dengan baju putih lusuh. Kepalanya mulai mengeluarkan darah. Membuat muka Andini kini memerah. Sebelah kanan mukanya kini melepuh. Meninggalkan wajahnya yang hanya berbalut daging dan otot yang berkedut. Dia tersenyum dengan begitu seram. “Apa kamu merasa jijik padaku sekarang?”

Sandy mundur perlahan. Dia pun terjatuh menutup mukanya. “Tidak kamu bukan Andini!”

Kriiiing… kriiing…

Sandy terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia menarik nafas lega. Dilirik olehnya jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. “Gara-gara mimpi sialan. Gue bisa telat antar Andini ke kantornya.” Dengan kecepatan maksimal. Dia langsung menuju kamar mandi dan segera bergegas.

Sandy begitu lega. Dia bersyukur bahwa Andini baik-baik saja. Andini pun kini duduk disampingnya. “Sayang, bahu kamu kenapa biru gitu. Kamu semalam terjatuh?” penuh khawatir Sandy melihat bahu Andini yang membiru seperti habis terjatuh.

“Masa sih yang, aku gak ngerasa sakit kok.” Andini memutar bola matanya. “Gak jatuh juga kayaknya loh. Kenapa yah.” dia malah berbalik menanyakan pada Sandy.

“Tapi biru banget loh yang. Kamu pake jaket gih. Jangan baju yang terbuka bahunya gini. Entar disangka aku KDRT lagi.” dengan nada sedikit mengejek Sandy pun menggodanya.

Andini kemudian menurut dan turun dari mobil untuk membawa jaket yang berada dikamar kosnya. Beberapa saat kemudian dia pun kembali kedalam mobil.

“Nah itu bagus sekarang,” ujar sandy. “Yuk berangkat, tar kamu kesiangan kerjanya.” Sandy mulai menekan gas mobilnya dan bergegas pergi.

“Yang tapi bener aku penasaran. Tadi aku coba ngaca di kamar beneran biru gede sampe punggung tau.” tersirat rasa penasaran yang besar didalam ucapan Andini.

“Aku khawatir yang. Kamu ga usah masuk kerja aja deh. Kita ke dokter aja yah.” Sandy lekas memutarkan setirnya. Dia mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

“Yaaang. Aku gapapa kok. Tapi makasih yah, kalau kata dokter gapapa  kamu tetep anter aku ke kantor yah. Aku ijin masuk siang aja.” diusapnya lengan Sandy. Dia berusaha menenangkan kekasihnya itu.

“Gak boleh. Udah kamu nurut aja gapapa. Entar aku yang ngomong sama atasanmu. Dia kan teman papa ku.” sesekali Sandy melirik Andini.

 Kini sedang mengembangkan pipinya. “Dasar anak privilage!”

Sandy hanya terkekeh pelan dengan ucapan Andini yang menurutnya sangat lucu.

Sandy adalah anak salah satu konglomerat didaerahnya. Bukan hal aneh ketika Sandy pun mengenal beberapa direktur perusahaan ternama. Itu semua berkat relasi yang papa nya bangun. Termasuk dengan direktur ditempat kerja Andini. Beliau merupakan teman baik ayahnya Sandy.

***

“Jadi, gimana dok pacar saya kenapa?” Sandy langsung menanyakan dokter begitu selesai memeriksa Andini.

"Untuk sementara ini masih tidak apa-apa. Kemungkinan sementara penyebab memarnya bisa pembuluh darahnya fragile atau trombositnya rendah, bisa timbul biru-biru spontaneous," ucap dokter. “Namun bila terus berlanjut, kita perlu pemeriksaan lebih dalam lagi.”

“Oh gitu yah. Tolong berikan perawatan yang terbaik ya dok!” Ungkap Sandy. “Berapapun biayanya akan saya tanggung.” dia kembali melanjutnya kalimatnya.

“Ibu Andini ini benar-benar beruntung yah. Pacarnya peduli banget kayak gini.” Dokter yang mendengarnya sedikit tertawa kecil. “Saya pasti akan melakukan yang terbaik yah pak.”

“Tenang sayang, kamu gak usah heboh gitu malu.” Andini yang telah selesa merapikan pakaiannya. Kini dia pun duduk disamping Sandy.

“Aku khawatir sayang.” Sandy pun menggenggam tangan Andiny.

“Hmm. Pemeriksaan sudah selesai. Nanti kalau ada apa-apa hubungi saya lagi ya pak.” mendengar itu Sandy menyadari bahwa dia sudah melakukan hal yang memalukan. Setelah berpamitan mereka pun pergi dari ruang pemeriksaan.

“Sekarang kita cari makan aja yah. Gak usah balik kantor. Kamu harus istirahat habis itu.” Sandy pun meberendeli Andini dengan banyak permintaan.

“Siap pak bos. Yuk kita cari makan dulu , aku lapar soalnya.”

***

“Sayang, sebenernya semalam tuh aku ngerasa gak enak tau. Apa karena itu aku jadi memar gini yah?” Rasa penasaran Andini memang sangat besar. Dari dulu dia selalu tidak puas dengan hanya satu jawaban.

“Kamu jangan aneh-aneh. Tadi dengar kan apa kata dokter.” Tanpa terganggu Sandy masih melahap hidangan didepannya dengan nikmat.

“Soalnya semalem itu aku ngerasa kayak ada yang merhatiin gitu loh yang. Aku kepikiran terus ucapan Rini. Tiap mengingatnya aku jadi merinding.” Dengan sedikit bergidik Andini mendramatisir ceritanya.

“Andini, udah makan dulu jangan aneh-aneh. Kamu tahu kan aku gak percaya gituan.” kini Sandy mulai terlihat tidak nyaman dengan topik yang Andini lontarkan.

“Tapi sayang, gimana kalau bener loh. Aku gak mau jadi gentayangan kayak gitu.”

Perkataan Andini kali ini sukses membuat Sandy menghentikan makannya. “Sayang, stop aku bilang stop. Tidak ada hal semacam itu. Kamu jangan mau dibodohi begitu aja oke.”

Melihat reaksi Sandy yang terlihat sangat terganggu membuat Andini diam. Dia tahu bahwa Sandy orang yang tidak percaya mistis. Namun dia tidak menyanga bahwa Sandy akan semarah ini ketika dia membicarakannya.

Sandy menghela nafas dalam. “Maaf kan aku, tadi reaksiku berlebihan ya sayang.” Dia menggenggam rangan Andini. “Aku cuman gak ingin kamu terjebak dalam ketakutan yang kamu ciptain sendiri.

“Aku tahu sayang kamu khawatir sama aku.” dia membalas genggaman Sandy. “Yuk terusin makannya. Maafin aku udah bikin kamu bad mood yah.”

“Gapapa sayang. Udah selesain makannya dulu. Abis itu kita belanja yah. Biar kamu lupa juga sama kejadian kemarin.”

“Makasih sayang.” Dengan penuh kegirangan Andini semakin mempererat genggamannya.

***

Hari pun sudah menjelang maghrib. Karena terlalu asyik berbelanja menyebabkan mereka lupa waktu.

“Sayang, apa gak baik kita cari mushola dulu aja yuk. Gak baik berkendara pas maghrib gini.” Pinta Andini cemas.

“Gapapa. Kan deket ini sama kosan mu. Solatnya di kosan kamu aja.” Dibukakannya pintu untuk Andini.

Andini hanya menurut saja, dia memasuki mobilnya terlebih dahulu. “Yang Ac mobil kamu kok dingin banget sih.” dengan kesal Andini protes pada Sandy.

“Lah, aku belum nyalain AC mobil ku kok sayang. Mana ada dingin.” Dia mulai menstarter mobilnya.

Andini yang kebingungan kemudian melihat kearah lain. Sandy pun mulai menjalankan mobilnya.

“Eh geli yang, kamu jangan tiup-tiup.” Andini pun menoleh ke arah Sandy.

“Yang aku bisa niup kamu kayak gimana. Orang lagi fokus nyetir gini.” Dilihatlah Sandy yang memang sedang berusaha mengularkan mobilnya dari tempat parkir.

“Apa perasaanku aja yah yang.” Sandy hanya mengangkat bahu nya. Menyisakan Andini yang masih menyisakan tanda tanya besar didalam benaknya.

***

***
Makasih buat yang masih baca bab ini yah
Oh iya kedepannya aku bakal update di apk GoodNovel yah

Santet Buhul Galungan
Diubah oleh amethystia 30-10-2021 08:17
bukhoriganAvatar border
sin606Avatar border
sin606 dan bukhorigan memberi reputasi
2
393
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.