Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amethystiaAvatar border
TS
amethystia
Kesalahan yang Tak Terhindarkan - Ch 6. Takdir, kemunculan dua pilihan
Pukul 19.00 tepat , Ana mulai membereskan barang-barangnya untuk pulang dari kantor. Pikiran Ana sedikit mumet kala itu karena sedang mengejar deadline kerjaannya. Dia pun memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu di mall terdekat sebelum akhirnya pulang. Setelah puas berputar-putar dan makan sebentar, Ana pun bergegas untuk pulang.

Tidak disangka dia berpapasan dengan Novan yang sedang jalan dengan seorang wanita.

Sempat terpikir untuk Ana menyapanya, namun Novan terlihat tidak mengenalinya. Ana pun mengurungkan niatnya itu segera dan berjalan dengan sedikit lebih cepat.

‘Apa-apaan, bilang tawarannya berlaku lama. Tapi dia sudah jalan dengan wanita lain’ pikir Ana saat itu.

Saat Ana hampir sampai ke tempat parkir, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang. “Kak Ana tunggu,” ucap Novan. Ana berbalik kebelakang, terlihat Novan yang sedikit terengah-engah saat itu.

“Kamu kenapa lari-lari, Van?” tanya Ana penasaran.

“Kak Ana, kenapa gak nyapa aku sih tadi?” tanya Novan.

“Kamu kan lagi sama cewek mu tadi. Aku gak enak kalau nyapa. Lagian kamu gak kenalin aku juga,” jawab Ana.

“Itu kakak perempuanku kak. Tadi dia bilang kalau ada cewek yang kayaknyakenal aku,” ucap Novan.

“Dia bilang ciri-cirinya mirip kak Ana. Aku takut kakak salah paham jadi aku susul deh,” lanjut Novan.

Mendengar penuturan Novan yang terlihat sungguh-sungguh sedikit menyentuh hati Ana.

“Hmmm, kamu nekad juga yah Van. Gimana coba kalau ternyata yang tadi itubukan aku?” ucap Ana dengan sedikit terkekeh. Melihat Ana tersenyum membuat Novan tidak menyesali berlari menghampirinya tadi.

“Kak Ana lebih cantik kalau senyum,” ucap Novan tanpa sadar.

“Eh.” respon Ana. Kemudian muka Ana mulai memerah malu.

“Terus kakak kamu mana sekarang?” tanya Ana mengalihkan pembicaraan.

Menurut Novan, Ana yang sedang gugup dan malu-malu adalah versi paling menggemaskan dari dirinya. Novan pun mengelus kepala Ana. Entah harus merespon apa, Ana hanya terdiam menerima perlakuan Novan.

“Kita ngobrol sambil duduk bentar yuk!” ajak Novan. Dia memegang pergelangan tangan Ana pelan dan berjalan mencari tempat duduk. “Katanya mau ngobrol tapi kok diam aja,” tanya Ana.

“Ah iya, aku sebenarnya cuman ingin berduaan aja sama kakak,” jawab Novan. Sekarang dia mulai berani untuk memainkan rambut Ana. Belum pernah Ana menghadapi orang se frontal ini. Bahkan Rico pun tidak pernah seperti ini padanya.

“Apa kakak gak nyaman?” tanya Novan. Dia menghentikan kegiatannya ketika Ana terlihat mengernyitkan dahinya.

“Bukan itu,” ucap Ana.

“Jadi aku boleh seperti tadi sama kak Ana?” tanya Novan dengan cepat.

“Eh iya, maksudku aku gak nyaman dengan kamu yang kayak tadi,” sanggah Ana.

“Bohong, kakak tidak terlihat menolaknya,” ujar Novan.

Menyadari ucapan Novan yang tidak sepenuhnya salah membuat Ana tertegun. Dia merasa semakin tidak bisa menghindari Novan.

***

Diwaktu yang sama Rico sedang mencari tempat untuk makan malamnya dengan Ana besok. Dia berencana untuk memanjakan Ana. Hal itu memang menjadi kebiasaan Rico ketika merasa bersalah pada Ana. Dengan memanjakan dan memberikan Ana hadiah, membuatnya merasa tidak enak bila harus menolak permintaan maafnya. Salah satu ciri Ana menerima maafnya adalah ketika setelah itu Ana menerima ajakan untuk bercumbu dengannya. Seperti itu siklus hubungan Ana dan Rico selama ini.

“Na, pilih yah kamu mau makan dimana besok.” tulis Rico di pesannya. Dia mengirimkan pesan sekaligus beberapa foto referensi tempat makan.

Setelah itu Rico memesan satu ikat bunga untuk Ana besok. Kali ini Rico benar-benar mempersiapkan dengan matang supaya Ana bisa menerima permintaan maaf darinya lagi.

***

Triiing …

Notif pesan masuk di Hp Ana membuat dia tersadar dari lamunannya. Dan sedikit mundur menjauhi Novan. Segera dia melihat pesan dari siapa itu. Ternyata Rico mengirimkan beberapa foto untuknya. Begitu akan membuka pesan Rico, konsentrasi Ana kembali diganggu oleh Novan. Kini dia telah memainkan kembali rambut Ana.

“Van, malu banyak orang.” pinta Ana. Tidak sempat dia membuka pesan Rico, sedera ia mengembalikan Hp nya ke dalam tasnya.

“Pesan dari siapa tadi?” tanya Novan.

“Kenapa kamu harus tahu?” tanya Ana balik.

Novan terlihat tidak puas dengan jawaban yang Ana berikan. Dia menghentikan kegiatannya mengganggu Ana.

“Kak Ana, kalau kakak gak nyaman atau gak suka. Kakak boleh kok bilang tidak atau nolak aku. Aku bakal menghargai keputusan kakak kok,” ujar Novan.

“Sudah malam, kakak pulang lah hati-hati. Aku haru kembali ke kakaku yang sudah menunggu dari tadi,” ucap Novan. Dia kemudian berdiri dan mengelus kepala Ana pelan.

“Yuk, aku antar sampai tempat parkir.” ajak Novan.

Ana pun hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Novan. Dia sangat bingung dengan perlakuan Novan padanya. Dia bisa terlihat sangat menggodanya. Sedetik kemudian berubah seperti menyesali perbuatannya. Semua itu membuat Ana tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran Novan.

***

Di tempat parkir Novan membantu Ana mengeluarkan kendaraannya.

“Makasih Van,” ucap Ana pelan.

Sambil mengelus kepala Ana lagi, Novan berkata “Iya kak Ana. Inget kata-kataku tadi yah. Kakak boleh menolak kapanpun kalau misal kakak nggak suka. Sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan berakhir baik kak.”

Ana mengangguk kemudian berpamitan pada Novan dan pergi meninggalkannya. Melihat Ana yang sudah berlalu kemudian Novan pun pergi menuju kakaknya kembali.

Diperjalanan pulang, Ana terus teringat ucapan Novan yang terakhir. ‘Apa mungkin memang aku yang terlalu memaksa untuk bersama Rico?’ pikir Ana.

Ana kini merasa kalau selama ini hanya dia seorang yang menginginkan hubungan dengan Rico. Mungkin itulah yang membuat Rico bertindak seenaknya padanya. Setidaknya hal itu yang sedang ada dalam pikiran Ana saat ini.

Disela-sela lamunannya tentang Rico. Ana teringat kembali sikap manis Novan tadi, kemudian tersenyum kecil. “Bisa-bisanya lari begitu didalam mall hanya untuk mengejarku,” gumam Ana pelan.

Novan seperti Oase bagi Ana. Ditengah kegersangan hubungannya dengan Rico. Dia hadir membawa warna baru bagi Ana. Hatinya semakin berdegup kencang ketika memikirkan Novan.

Tapi dia masih tidak jujur dengan perasaannya sendiri. Perasaannya yang lambat laun mulai melangkah menuju Novan.  Dia pun terlalut dalam pikirannya tentang Rico dan Novan disepanjang perjalanannya menuju rumah.

***

Halo,
Terimakaaih buat kalian yang udah bace sampe chapter ini 🥰🥰
bukhoriganAvatar border
sin606Avatar border
sin606 dan bukhorigan memberi reputasi
2
396
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.