ryanmallay2000Avatar border
TS
ryanmallay2000
Hukuman Bermanfaat
    “Kamu mengenali saya kah, tidak?”, seseorang menepuk pundakku saat apel malam.
“Siap, Tidak”, jawabku polos.  Maklum saat itu tingkat konsentrasiku jauh dibawah normal karena seharian mengkuti latihan yang menguras tenaga, wajar saja saat apel malam, bulu mata atas dan bawah pengen reunian alias mengantuk berat.

“Kamu masuk bak mandi, dan menghadap saya segera”, perintah seniorku yang sangat usil itu. Hukuman yang sangat tidak sukai yaitu disuruh masuk bak dan menghadap dia, sudah pasti nanti aku dikerjain. Yang jelas pasti aku disuruh push up sampai lupa hitungannya.

            Terkadang aku berpikir tindakan yang menyiksa itu tidak dapat dipopulerkan, apalagi seniorku itu bercita-cita jadi prajurit bukan selebriti, tapi kenapa dia selalu usil, kami juniornya selalu di cek harus mengenali suara dia.

            Hukuman masuk bak mandi menjadi kebiasaan dalam asramaku dan setelah itu rangkaian senam yang dikategori hukuman harus dilakukan. Tidak hanya kasihan kami yang dihukum, tapi piketpun menerima imbasnya yang selalu harus menguras bak setelah seseorang dihukum. Ternyata itu untuk membersihkan bak mandi yang setiap saat harus dikuras.

            Sampai dengan aku lulus Akabri, hukuman itu tidak terlupakan olehku, terutama keusilan senior yang minta dikenali suaranya.

            Baru berdinas dua bulan, akupun diperintahkan untuk melaksanakan tugas operasi ke provinsi paling barat Indonesia yang saat itu sedang bergejolak. Perasaan takut muncul karena momentum perdanaku menuju medan laga, tapi ketakutan hilang saat aku sadari sejatinya hidupku akan selalu berada di lokasi yang berbahaya.

            Akupun berangkat bersama pasukanku, aku menjadi seorang Komandan Pleton yang membawa 37 orang anggota. Ada yang lebih tua dari aku dan berkeluarga ada pula yang sebaya dengan aku. Dikarenakan pangkat dan jabatan, mereka semua menjadi tanggung jawabku. Yang menjadi ganjalanku, ketika terjadi korban, bagaimana caranya aku memberitahukan kepada isteri ataupun anaknya? Makanya aku wanti-wanti untuk tidak ada yang korban dalam pasukanku.

            Mulailah kami hidup tidak normal di medan perang, tidak pernah nyanyak tidur di kasur karena memang kami selalu di hutan, tidak pernah enak makan seperti di restoran karena hanya isi hutan yang dapat kami makan.

            Berulang kali terjadi kontak tembak dengan musuh sudah menjadi permainan biasa, maklum perang itu seperti mainan tetapi mati nya benaran. Saking terbiasanya prajuritku sudah hilang akal sehatnya, disaat kontak tembak malah masih sempat rokok an.

“Dor, dor,dor”, tiga kali tembakan terdengar saat kami sedang patroli, spontan semua prajuritku tiarap. Kami terdiam sejenak, selanjutnya tembakan rentetan menghujani posisi kami.

“Sebelas Dua Ratus,” aku berteriak untuk memberitahukan bahwa musuh menembak dari arah jam 11 jarak 200 meter.

“SMS, tersebar”, anggotaku terdepan memberitahukan kami bahwa musuh yang dihadapi menggunakan senjata mesin sedang yang tembakan menyebar ke segala arah.

“Berlindung, hentikan tembakan” instruksiku untuk mereka.

            Semua anggotaku mengikuti instruksi karena saat itu kami kalah dari aspek medan yang mana kalau dihadapi secara langsung akan korban dipihakku, makanya aku suruh bertahan saja dulu. Musuh terus gencarkan tembakannya.

            Aku dan anggotaku sama-sama kami ambil sebatang rokok, bukannya sombong tapi hanya menambah sugesti untuk tidak takut. Hampir separuh batang rokok, musuhpun berhenti menembak. Mereka bersorak girang mengira sudah menang karena kami tidak menembak mereka.

            Disaat mereka berlari mendekati kami, spontan aku perintahkan seluruh anggotaku “Buka tembakan”,. Musuh langsung kocar kacir karena tidak sempat menembak dan kamipun berhasil memenangkan pertempuran tanpa korban.

            Hari sudah menjelang gelap, aku perintahkan pasukan untuk berbivak, kamipun melaksanakan istirahat di bivak masing-masing.

            Ketika malam hari, aku mendengar adanya suara tembakan, tapi dari jarak yang sangat jauh. Tidak lama berselang, di radio aku mendengar bahwa Pleton temanku ada yang tertembak.

            Kamipun bersiaga, mengantisipasi adanya serangan mendadak.

            Namun alangkah kagetnya aku, menerima berita bahwa Komandan Pleton (temanku) menembak anggotanya disaat anggota sedang buang air di luar area bivak.

“Koq, bisa terjadi?” tanyaku kepada temanku itu.

“Aku tidak mengenali suara dia (korban), maka aku langsung tembak, aku kira musuh” jelasnya dengan nada menyesal.

            Akhirnya aku tahu, seniorku yang dulu usil, mengajariku untuk mengenali suara anggota agar tidak terjadi korban sia-sia. Mohon maaf, aku sudah berburuk sangka. Hukuman itu ternyata bermanfaat.

bonita71Avatar border
bukhoriganAvatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
442
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.