newsmerahputihAvatar border
TS
newsmerahputih
Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme


Merahputih.com - Coba ketik 'banjir' di kolom pencarian Google. Di laman depan mesin pencari tersebut, dengan judul 'cerita populer', pasti langsung muncul artikel-artikel terkait kata kunci yang tadi kamu masukkan di kolom pencarian.

Masih kurang informasi tentang banjir? Pilih opsi 'berita' di bawah kolom pencari, tepatnya di sebelah kanan opsi 'peta'. Setelahnya akan muncul seabrek berita tentang banjir, dari yang terbaru hingga paling lama.

Semudah itulah mencari berita di masa serba canggih ini. Kamu tidak perlu langganan koran, punya kuota internet saja sudah cukup untuk selalu up to date dengan isu-isu terkini. Semua isu hangat tersebut bisa pula kamu akses di manapun.

Mungkin kemajuan teknologi ini amat menguntungkan untuk kamu. Tapi bagi Sari, (bukan nama asli), kemajuan teknologi ini membuatnya harus lebih tangguh menjalankan profesinya sebagai wartawan media cetak.

Sudah tidak terhitung lagi berapa media cetak dengan nama besar yang harus tergerus oleh keadaan. Sementara sebagian lainnya harus mempertahankan eksistensi di tengah gempuran informasi baik dari warganet maupun portal online.



Dengan semakin terseok-seoknya langkah perusahaan, otomatis wartawan yang berada di dalamnya pun mendapat tekanan tinggi. Mulai dari pengurangan karyawan besar-besaran hingga pemotongan gaji dilakukan oleh perusahaan demi menyambung nyawa. Bagaimanakah cara Sari menghadapi ketidakpastian dan tekanan besar tersebut?

Sari masih terus berjuang dengan keadaan seperti itu. Di satu sisi ia harus berjibaku dengan berita dan narasumber, di sisi lain ia harus bertahan di 'kapal oleng'. Ia mengungkapkan bahwa media tempatnya bekerja sudah mulai goyang sebelum pandemi. "Sekitar akhir 2019 hingga awal 2020, waktu itu beberapa temen udah mulai ada yang dicut (diberhentikan)," tuturnya mengisahkan.

Yang lebih parahnya lagi, sebetulnya waktu itu nama Sari juga disebut-sebut sebagai salah satu karyawan yang akan diberhentikan. "Mungkin dipertimbangkan karena mesti bayar pesangon," ucap perempuan yang sudah berkarir sebagai jurnalis sejak 2015.

Keadaan semakin memburuk karena beberapa rekan kerjanya di kantor harus menjadi korban pengurangan pegawai. Dirinya pun cukup merasa hal tersebut memberi dampak bagi dirinya.

"Jujur puyeng sih. Apalagi ngga lama setelah itu ada pandemi. Makin bingung gimana nanti nyari kerja lagi dan sebagainya. Ditambah banyak industri media yang terpaksa PHK-in karyawannya kan. Yang terlintas saat itu sih gimana bakalan dapet kerja lagi di bidang ini karena hampir semua media kayanya terseok-seok," bebernya.



Gelombang PHK makin membesar di akhir 2020. Karyawan yang memasuki masa purnatugas di pensiunkan lebih cepat. Sedangkan yang usianya di bawah 50 tahun dipensiunkan dini. "Dari direksi sempat ada ultimatum ya akhir tahun kalau pendapatan enggak sesuai target bisa aja ditutup. Sebagian besar dari kita udah pasrah aja sih," ungkapnya.

Melihat ketidakmampuan pihak atasan dalam mengatur manajerial membuat beberapa karyawan ingin berinisiatif untuk berunjuk rasa. "Sempet rame bikin serikat pekerja, berupaya memperjuangkan hak-hak kalau memang bakal PHK besar-besaran. Di titik ini pasrah, yaudah aja kalo emang kena PHK. Asal dapat pesangon," ucapnya.

Dalam kondisi genting dan harus meningkatkan omzet, Sari mengungkapkan bahwa tugasnya sebagai jurnalis kini menjadi ganda; mencari berita dan mencari iklan. "Yang susah tuh sekarang disuruh nyari iklan juga," jelasnya. Pihak kantornya meminta ia menawarkan ke narasumber jika mereka mau pasang iklan. Hal tersebut kerap ia lakukan setiap selesai wawancara.

"Susah sih. Itu enggak enak. Makanya enggak pernah dapet. Hahaha," tawanya.

Liputan sambil menawarkan iklan enggak enak banget! (Sumber: Pexels/fox)
Walaupun kondisi kantornya sedang lesu, Sari masih cukup beruntung. Pembayaran gajinya masih lancar dan tidak dikurangi. Dirinya pun masih mendapatkan bonus walaupun nominalnya tidak sefantastis sebelumnya.



Salah satu prinsip yang dipegang teguh olehnya adalah berusaha tetap fokus bekerja dan tidak membuat kesalahan fatal. Tujuannya agar bisa tetap dipertahankan kantor. "Gaji dan tunjangan pun enggak pernah terlambat dan berkurang ya. Gue masih optimis aja sih buat kerja yang bener," ujarnya.

Di balik kesuraman yang muncul dari tempatnya bekerja, satu hal yang membuatnya tetap semangat dan tangguh adalah putra semata wayangnya. Selain aspek ekonomi, ia mendapat banyak keuntungan dari segi parenting.

Perusahaan tempatnya bekerja masih memberlakukan work from home. Ia pun jadi punya lebih banyak waktu dengan anaknya. "Itu jadi salah satu pertimbangan buat enggak pindah-pindah kerja dulu selama enggak terpaksa. Lagian kan dapur kudu tetap ngebul ya," akunya.

Dengan semakin berkembangnya industri portal online, tentu tidak sedikit yang memandang sebelah mata profesi jurnalis media cetak. Tidak sedikit pertanyaan yang muncul seperti 'emang media cetak masih laku ya?' Untuk pertanyaan demikian, Sari punya jawaban jitu. "Biasanya jawab nanti setelah tayang saya kirimin koran atau pdf-nya ya bu/pak. Gitu aja," tuturnya tergelak.


Sumber
side.idAvatar border
newsbolaskorAvatar border
kabarotocomAvatar border
kabarotocom dan 2 lainnya memberi reputasi
3
579
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.