NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Pandemi Covid-19 Momentum Kebangkitan Konservatif Global
Spoiler for Pandemi global:


Spoiler for Video:


“I will build a great, great wall on our southern border. And I will have Mexico pay for that wall”—Donald Trump

Trump. Banyak pihak yang menertawainya, tapi banyak pihak pula yang mendukungnya. Itulah mengapa meski dengan kampanye pembuatan tembok pemisah antara AS-Mexico terkesan absurd, meski ia mengampanyekan ‘AS yang terkenal dengan ‘land of opportunity’ melakukan ‘penutupan’ terhadap imigran asing yang kebanyakan ilegal, meski ia membatasi masuknya pelancong dari beberapa negara, ia tetap memenangkan pemilu tahun 2016 dan menduduki Gedung Putih di Januari 2017.

Tentu jadi pertanyaan, mengapa dia bisa menang saat itu?

Guna menjawabnya, mari kita tengok film Mother! yang dibintangi Jennifer Lawrence (Veronica), yang secara kebetulan mengisahkan seorang istri yang terganggu dengan kedatangan orang asing di rumahnya yang tidak mempedulikan aturan yang ada di rumah tersebut. Sayangnya, suami dari pemeran utama film itu seakan tidak peduli dengan rasa keberatan istrinya.

Ternyata benar, kedatangan orang-orang asing ke rumah mereka justru membawa petaka. Rumah yang seharusnya menjadi tempat mereka berdua membangun kehidupan, membangun keluarga, hancur di akhir cerita.

Kisah tersebut menarik, karena secara kebetulan berbanding lurus dengan kekhawatiran Trump akan masa depan Amerika Serikat yang menyebabkannya mengampanyekan pembangunan tembok pemisah. Secara kebetulan pula, sosok ibu/istri di film Mother! seakan-seakan merepresentasikan kelompok Republikan-konservatif di AS. Sementara si suami yang mengizinkan semua orang masuk ke rumah mereka sehingga menyebabkan kehancuran, sebagai kelompok Demokrat-liberal.

Kebetulan yang terlalu banyak, antara arah politik AS dengan film Mother! mengingatkan saya akan ucapan jurnalis bernama Ayu Utami: “Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang ilmuwan akan mencari pola, dan seorang beriman akan mencari Tuhan.”

Pertanyaannya, pola apakah yang terbentuk selanjutnya? Apakah ‘ketertutupan’ menjadi trend selanjutnya di saat dunia tengah menyambut globalisasi sejak era 1990-2000an? Sungguh absurd! Hasilnya, Trump menjadi cemoohan semua orang dari berbagai penjuru dunia karena mengampanyekan ketertutupan di saat dunia tengah menuju globalisasi.

Tapi.. kini, apa yang dikampanyekan Trump menjadi masuk akal, semenjak pandemi Covid-19 awal 2020 lalu. Pandemi yang menyebabkan hampir seluruh negara menerapkan kebijakan ‘menutup’ pintu bagi orang-orang negara lain untuk melancong. Bahkan hingga saat ini.

Tak terkecuali Indonesia. Mulai dari penutupan penerbangan internasional, PPKM berlevel-level, hingga saat ini mempersulit arus masuk warga negara lain lewat persyaratan yang rumit.

Pada 13 September 2021 lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa pemerintah RI memutuskan tetap memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat untuk seluruh wilayah, termasuk Jawa-Bali. Dalam perpanjangan PPKM ini, pemerintah menerapkan aturan tertentu bagi pelaku perjalanan internasional. Yakni wajib melakukan tes PCR hingga tiga kali, melakukan karantina, serta menunjukkan sertifikasi vaksinasi Covid-19.

"Pengetatan syarat perjalanan internasional dari luar negeri yakni wajib full vaksinasi, PCR tiga kali tes, melakukan karantina selama 8 hari, dan pembatasan pintu masuk untuk kemudahan pengawasan," ujar Luhut.

Sumber : Kompas[Syarat Perjalanan Internasional Selama PPKM, PCR 3 Kali hingga Karantina 8 Hari]

Kebijakan ini bukan tanpa alasan yang kuat. Pasalnya, pada 14 September 2021 lalu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan secara kumulatif ada 31.187 orang yang masuk ke Indonesia, namun sebanyak 1.636 orang diantaranya dinyatakan terpapar virus corona meski telah membawa surat bebas Covid019 dari otoritas negara asal.

Dari 1.636 kasus positif itu, 702 pendatang dari Arab Saudi, 582 orang dari Malaysia, 143 orang dari UEA, 54 orang dari Korea Selatan, 36 orang dari Jepang, 35 orang dari Turki, 25 orang dari Taiwan, 23 orang dari Singapura, 20 orang dari Amerika Serikat, dan 16 orang dari Qatar.

Akibatnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mempertanyakan kapasitas laboratorium pemeriksaan masing-masing negara tersebut. Ditambah lagi, pemerintah tengah mengawasi secara khusus tiga varian anyar, yakni varian C.37 Lambda, varian B.1621 Mu, dan varian C.1.2 agar tidak semakin menyebar dan membawa dampak cukup buruk dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.

Sumber: CNN Indonesia [Ribuan Orang Tiba di RI Positif Covid Bawa Surat Negatif]

Dari paparan tersebut, dapat kita lihat bahwa trend globalisasi yang dihambat oleh Trump, yang dipresentasikan lewat film Mother! menjadi masuk akal sejak adanya pandemi. Globalisasi tak akan ada artinya jika suatu negara mengalami kehancuran karena masuknya virus ke negeri tersebut yang dibawa oleh orang luar. Negara-negara yang ada di dunia kini kembali menuju konservatisme demi melindungi masing-masing warganya.
Diubah oleh NegaraTerbaru 16-09-2021 00:06
ayuritmalinaAvatar border
eyefirst2Avatar border
luckyboyz155221Avatar border
luckyboyz155221 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.