Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Alya917Avatar border
TS
Alya917
[CERPEN] Betty
[CERPEN] Betty
(pexels.com)

Empat mata biru saling menatap. Aku melihatmu berdiri dengan tangannya melingkari pinggangmu. Itu kenangan terakhir kali saat aku berusaha memperbaiki segalanya dan mencoba menerima apa pun resiko yang akan terjadi setelahnya. Betapa aku ingin membanting vas bunga di nakas untuk membubarkan keramaian di pestamu saat itu. Terutama, untuk membuatmu berhenti berdansa dengan lelaki bodoh itu. Tatapanmu padaku begitu kosong, tak menyiratkan kerinduan sama sekali.

Hal itulah yang sempurna membuatku berpikir bahwa rumor tentangku telah sampai padamu. Aku tahu kamu pasti telah mendengar semua rumor tentangku dari Inez, aku tahu kamu tidak percaya begitu saja, tapi, sekarang kuakui bahwa semua rumor itu memang benar. Namun harus kamu tahu, bahwa hal terburuk yang pernah kulakukan adalah hal yang telah aku lakukan padamu. Masihkah kamu menginginkanku? Akankah kamu menyuruhku pergi dengan ragaku sendiri? Atau maukah kamu ikut ke dalam mobil bersamaku? 

Di mobil, akankah kamu percaya jika aku jelaskan bahwa perempuan yang dirumorkan bersamaku hanya persoalan akhir pekan biasa. Perempuan itu layaknya akhir pekan yang membuatku senang sesaat, kemudian, berlalu begitu saja. Tidak ada yang spesial bagiku.

Aku hanya merindukanmu, Betty. Aku rindu kamu berkata bahwa kamu menyukai tatapanku yang sayu layaknya James Dean. Dengan rambut gondrong dan kaus putih, aku hanya balas menatap bibir merahmu. Kamu harus tahu, itu adalah hal yang paling kusuka darimu, karena dari bibir itu kamu bilang "Kapan pun kita terjatuh, kita akan selalu kembali bersama".

Masih kuingat bahwa saat kamu berkata bahwa kedatanganku sudah kadaluwarsa, tapi, tidak maukah kamu memberiku kesempatan kedua? Memulai dari awal? Kita masih muda, membuat kesalahan bukankah hal wajar? Tidakkah pantas buatku mendapat kesempatan untuk memilikimu kembali? 

Penolakanmu itu yang membuatku berakhir di sini, saat ini. Berdiri depan pintu rumahmu. Dan, betapa bahagianya diriku pintu berdecit perlahan terbuka. Aku gemetar karena hujan berhasil membuatku kuyup. Ditambah lagi tatapanmu yang memandangku seolah
setan. Lantas kamu berkata "Apa kamu gila?"

Aku terlalu takut mengungkapkan maksud kedatanganku malam ini. Dengan sisa keberanian yang ada, suaraku akhirnya berhasil keluar. "Hai, Betty ... aku ingin kamu kembali. Kamu tahu, aku masih mencintaimu. A-ku hanya ingin kamu, untuk selama-lamanya."

"Biar kuingatkan, ya. Kamulah yang telah mengemudikan hubungan kita ke luar dari jalannya. Mengapa kamu harus pergi ketika aku sudah memberikan kunci untuk membiarkanmu masuk dalam hatiku? Dan, sekarang kamu berkata ingin kembali? Sekarang. Sudah. Sangat. Terlambat. Mengapa tak lanjutkan saja kencanmu dengan perempuan itu, heh?" 

"Saat itu aku hanya sedang di jalan pulang. Kemudian, mobilku mati. Dan, perempuan itu menawarkan tumpangan, menyuruhku mengemudi. Memang aku menghabiskan waktu bersamanya selama akhir pekan, tapi, karena perempuan itu yang menahanku untuk berkencan dengannya. Yang sebenarnya adalah aku selalu memimpikanmu selama bersamanya," belaku dengan penuh harapan. 

"Bukankah semua akan lebih mudah, jika, saat itu kamu berpikir dua kali sebelum kamu menerima ajakannya?"

Ucapanmu itu berhasil menegaskan semuanya. Menyisakanku yang masih menatap wajahmu yang seketika raib ditelan pintu. 

Hujan masih enggan berhenti. Seketika terlintas masa-masa saat kita berdua bersama. Saat itu hujan juga, tapi, situasinya sungguh bukan seperti kita yang kini dibatasi oleh dinding berwarna abu. Kini, aku berdiri dengan penuh cinta, berharap semua dinding itu akan runtuh. Sedangkan kamu? Terus mempertebal tembok itu. Aku benar-benar ingin kembali saat hujan bersamamu kala itu, saat waktu terasa lebih membahagiakan.

Apa kamu masih ingat? Kita menonton film Peter Pan. Kisah cinta Peter dan Wendy yang berakhir tragis. Dan, aku selalu ingat kamu berkata bahwa kamu tidak suka akhir dari film itu. Kamu ingin Peter dan Wendy bersama. Saat itu aku hanya membalas dengan senyum dan usapan di kepalamu tanpa menyetujui perkataanmu, seraya membatin "Ayolah, itu hanya sebuah film".

Bahkan, kata-katamu pada saat itu membuatku gemas tertawa—tapi, kini membuatku menatap nanar, adalah, "Jika, aku Wendy, aku akan selalu dan selamanya bersama Peter." Aku mengutuk diri sendiri, kenapa saat itu aku tidak mengambil perkataanmu sebagai janji? Terlambatkah sekarang untuk mengatakan bahwa aku tidak suka akhir dari film itu? 

Betty, tidakkah kamu mau mengubah akhir dari film itu? Akankah kamu mau menjadi Wendy yang saat itu kamu bilang bahwa dia akan selalu dan selamanya bersama Peter Pan? Seandainya kamu tidak mau, satu hal yang harus kamu tahu. Aku akan tetap dan terus menjadi Peter Pan. Kamu akan terus ada dalam hatiku. Selamanya. Selalu. Kamu harus tahu, aku akan terus mencintaimu hingga hari kematianku. 

***

Enam bulan aku putuskan untuk memberimu ruang. Kusibukkan hari sebagaimana remaja tujuh belasan umumnya, lulus dari sekolah. Waktu berlalu, tapi, sedikit pun duniaku enggan berlalu darimu. Aku tidak ingin mengubah ketetapan hatiku, menjadi Peter Pan. Aku tidak akan ingin menghapus Wendy dalam film. Wajahmu takkan terhapus dalam mimpi-mimpiku. Kubiarkan hati ini tetap sepotong, apa pun yang terjadi, namamu akan selalu terucap dalam bibirku.

Bip! Suara ponselku berbunyi setelah senja berakhir. Pesan masuk. Dengan malas aku membuka dan membacanya. Mataku melebar, bola mataku hendak keluar saat diriku mulai memahami isi pesan masuk itu, kata demi kata. 

James, bisakah kamu datang ke rumahku sekarang untuk menghadiri acara keluarga? 

Betty-

Pikiranku dihujani berbagai pertanyaan setelah membaca pesan di layar ponsel. Berulang kali aku membacanya, takut kalau misalnya mataku salah mengeja nama pun kalimat. Mataku berkedip beberapa kali, lantas kukucek. Tamparan pun tidak absen di pipiku. Tidak. Aku tidak salah baca, pesan ini bukan mimpi. Aku membalas cepat, mengiyakan, aku segera datang. Tidak akan kusia-siakan kesempatan malam ini. Untuk ke sekian kalinya aku akan berjuang dan mencoba mengubah akhir film ini, film kita. 

Bergegas aku merapikan diri, mengemudikan mobilku melesat cepat ke arah tujuanku. Sampai di sana, aku langsung diarahkan untuk masuk ke rooftop. Ternyata pesta kecil, hanya keluarga saja yang hadir. Aku mencari sosok yang menjadi alasanku datang ke sini. Aku melihatnya sekarang. 

Kamu di sana ternyata. Tertawa bersama teman laki-lakimu. Sudah lama aku tidak melihat manisnya bibir merahmu dari senyuman itu. Tidak ada yang berubah, kamu masih menggunakan lipstik merah, hal klasik yang kusukai darimu. Tapi, tunggu, sejak kapan cincin itu tersemat di jari lentikmu. Ujung bibirku tertarik sampai kuping saat kamu menghampiriku, seraya senyum menyapa.

Ya, aku telah menunaikan permintaanmu, maukah kamu menjadikan aku milikmu lagi? Maukah kamu mencintaiku lagi? Maukah kamu menciumku di rooftop ini di depan semua orang? Jika, kamu melakukan itu, apakah itu akan menjadi seperti yang aku impikan walaupun aku telah melukai sayapmu? Berdiri dengan kardigan putihmu lagi? Berpelukan di mobilku lagi?

Berhenti di lampu jalan. Aku segera pulang setelah kamu menyampaikan alasan memintaku datang. Aku merindukanmu, Betty.

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
372
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.