Dua minggu yang lalu saya kembali ke Padangsidimpuan. Hampir 10 hari lamanya saya berada di ibukota Tapanuli Selatan.



Satu hal yang saya ingat selama disana adalah menikmati segelas kopi di pagi hari dan secangkir teh saat matahari mulai terbenam.



Barangkali perdebatan siapa yang lebih baik antara timnas Italia dan Inggris sudah terjawab pada 11 Juli 2021 lalu.

Kedua tim bertemu pada laga puncak Piala Eropa 2020 yang dimainkan di Stadion Wembley.



Setelah turnamen terbesar di Benua Biru berakhir maka kegiatan para pelaku sepakbola kembali ke ranah klub.

Bagi saya, kompetisi antarklub di Inggris dan Italia memiliki daya tarik tersendiri. Meskipun saya juga tetap mengikuti Bundesliga di Jerman, La Liga di Spanyol, pun sesekali melirik perkembangan informasi di Prancis.

Khusus yang terakhir, musim yang baru ini akan lebih semarak dengan hadirnya Lionel Messi bersama Paris Saint Germain.

Namun tetap saja, Premier League dan Serie-A adalah yang terutama.



Pertanyaan berikut: mana yang lebih baik, Serie A Italia atau Premier League Inggris ?!!?

Barangkali jawaban dari pertanyaan tersebut akan lebih menarik apabila diajukan kepada dua sosok berikut, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti.

Carlo Ancelotti adalah salah satu manager sepakbola tersukses di dunia.



Dalam perjalanan kariernya, pria kelahiran 62 tahun lalu ini pernah menjajal kompetisi Serie A dan Premiere League.

Carlo Ancelotti sukses dengan sejumlah trophy saat menukangi Juventus dan AC Milan di kompetisi Serie A, selain juga pernah menjadi allenatore Parma dan Napoli.



Sementara gelar Premier League musim 2009-2010 diraihnya saat menjadi nahkoda Chelsea.

Tak hanya Chelsea, Carlo Ancelotti juga didapuk sebagai manager Everton selama kurang lebih satu setengah tahun, sebelum musim ini pria Italia tersebut kembali membesut Real Madrid.



Dalam sebuah wawancara sesaat ditunjuk untuk menangani Everton, Don Carlo tidak menjawab dengan gamblang ketika ditanyakan kepadanya mana yang lebih baik diantara Serie A maupun Premier League.

Hanya saja dia mengatakan bahwa Premier League lebih menarik ketimbang Serie A.

"Lebih menyenangkan memimpin tim di Premier League. Di Italia ada banyak tekanan dari para pendukung yang berujung kekerasan. Sementara suasana lebih baik ada di Inggris".



Sementara pendapat berbeda sempat diutarakan Jose Mourinho seusai meraih gelar Serie A bersama Inter Milan pada musim 2008-2009.

Saat itu, pria asal Portugal tersebut mengatakan bahwa perhelatan Serie A jauh lebih baik ketimbang Premier League.



"Di Inggris, saya memenangkan banyak pertandingan dengan mudah dan dengan selisih poin yang meyakinkan. Di Italia, semua lebih sulit", imbuhnya kala itu.

Jose Mourinho melatih Inter Milan setelah sukses bersama Chelsea. Belakangan, perjalanan hidup membawa The Special One kembali ke tanah Inggris.



Tak hanya kembali menjadi Manager Chelsea, Mourinho tercatat juga menangani dua klub besar Premier League lainnya, Manchester United dan Tottenham Hotspur.

Seperti hidup yang selalu punya kejutan, bahkan musim ini Jose Mourinho akan menghabiskan waktu di kota abadi bernama Roma.



Tak perlu lama menganggur usai di PHK Spurs, Mourinho dipercaya untuk menjadi manager serigala-serigala kota Roma bernama AS Roma.

Jujur saja, sebelumnya saya lebih menikmati seduhan teh dibandingkan kopi.



Akan tetapi pengalaman sepuluh hari di Padangsidimpuan sudah merubah sedikit pandangan saya tentang teh dan kopi.

Premier League musim baru dimainkan sepekan lebih dahulu dari kompetisi Serie A di Italia.

Layaknya secangkir teh yang menjadi kegemaran publik Inggris, Premier League langsung menghadirkan hiburan dahsyatnya.

Pada pekan pembuka yang dimainkan sejak 14 hingga 15 Agustus lalu, tercatat 34 gol tercipta pada sepuluh pertandingan yang dimainkan.

Catatan gol yang jauh diatas pekan pertama La Liga Spanyol, Ligue 1 Prancis ataupun Bundesliga Jerman.



Sepekan berselang, di saat Premier League memainkan matchweek kedua, sepakbola Italia kembali berdenyut.

Serie A memainkan musim barunya. Serupa dengan Premier League, Serie A Italia juga diikuti 20 klub. Itu artinya sepuluh pertandingan akan menjadi tontonan setiap pekan.

Gaya bermain klub-klub Italia yang lebih bertahan nampaknya perlahan ditinggalkan.

Situasi yang mirip dengan performa tim Azzurri saat menjadi juara Piala Eropa 2020. Kita tentu ingat Italia tampil agresif dan mencatatkan banyak gol untuk menjadi kampiun.

Ketika laga penutup giornata pertama musim ini dimainkan, jumlah gol pada pekan pembuka Serie A Italia sudah satu gol lebih banyak dari total keseluruhan gol pada pekan perdana Premier League musim 2021-2022.

Ditambah satu gol tunggal Brahim Diaz yang membawa AC Milan mengalahkan Sampdoria di Stadion Luigi Ferarris, total 36 gol menjadi pemandangan akhir pekan pembuka Serie A musim ini.



Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Serie A Italia lebih baik dari Premier League Inggris. Apalagi hanya dari ukuran jumlah gol.

Siapa lebih baik dari siapa mengundang banyak parameter. Mulai dari sudut pandang siapa hingga material detil dalam pembahasannya.



Sebagai penikmat tontonan sepakbola, analogi pandangan baru saya tentang teh dan kopi mungkin menjadi benang merah.

Apalah artinya secangkir teh di sore hari tanpa segelas kopi sebelumnya. Apalagi teh dan kopi lokal Indonesia memang nikmat tiada tara.



Sepakbola pun semakin candu dengan menikmati riuhnya kompetisi Serie A dan Premier League bersama teh dan kopi.

#RinganJari