si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Chengdu J-10 | Kisah Anak Haram yang Tidak Diakui Oleh F-16 Fighting Falcon
Jika membahas pesawat F-16 seolah tidak akan ada habisnya, selain membicarakan varian original yang dibuat Amerika atau dikembangkan negara lain dibawah lisensi, ada bahasan menarik mengenai pesawat yang dibuat secara "ilegal" oleh negara lain. Negara yang dimaksud adalah China, setelah pada thread sebelumnya ane membahas Mitsubishi F-2yang dibuat Jepang dibawah lisensi, kali ini ane akan membahas pesawat Chengdu J-10 buatan China yang juga dibuat dari basis F-16.

Jika Mitsubishi F-2 adalah anak kandung yang diakui oleh F-16, maka Chengdu J-10 adalah anak haram yang tidak diakui oleh F-16. Dibandingkan F-2, J-10 memiliki desain yang berbeda, sehingga membuatnya tak serupa dengan desain F-16. Lalu bagaiamana bisa China membuat tiruan F-16 tersebut ? Mari simak sejarahnya terlebih dahulu, selamat membaca emoticon-Angkat Beer



BAGIAN 1: Sejarah Awal


Pesawat buatan China ini memang penuh kontroversi, karena diduga China berhasil mendapat skema F-16 melalui Israel. Sebelum kita mengenal kontroversinya, mari mengenal sejarah awalnya. Program unuk membuat pesawat tersebut dimuali pada tahun 1986, pesawat ini ditunjuk untuk misi "air superiority" pada era Perang Dingin, dikategorikan sebagai pesawat Generasi 4, program pesawat ini kemudian diberi kode "Project 8610".

Dua tahun sebelumnya, yakni pada tahun 1984, proposal untuk desain pesawat kemudian dibuat oleh tiga manufaktur pesawat besar. Yang pertama datang dari Shenyang, desain mereka didasarkan strake-wing yang mirip F-16. Yang kedua datang dari Hongdu, desain pesawatnya mirip dengan MiG-23/Su-24 dengan sayap sapuan variabel. Yang ketiga adalah proposal Chengdu Aircraft Design Institute, dengan desain mirip Saab 37 Viggen.


Quote:



Proposal Chengdu kemudian dipilih pada Februari 1984. Bulan berikutnya Chengdu secara resmi diarahkan untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tersebut. Song Wencong kemudian ditunju menjadi kepala desainer. Setelah itu mereka mulai mencari mesin yang sesuai selama tahap proposal desain.

Kandidatnya adalah Woshan WS-6 yang ditingkatkan, WP-15, atau mesin baru. Mesin baru akhirnya dipilih, yakni Shenyang WS-10 dipilih. Setelah desain pesawat dan mesin ditentukan, pemerintah menyetujui program tersebut pada tahun 1986.


BAGIAN 2: From Israel to China


Dikutip dari artikel The National Interest, sebenarnya ada banyak bukti bahwa pengembangan J-10 didasarkan oleh jet tempur yang dikembangkan oleh Israel dengan memakai mesin Amerika pada 1980-an. Awalnya Israel pertama kali mulai memproduksi jet tempurnya sendiri setelah pesanan pesawat Dassault Mirage V dibatalkan oleh Prancis pada tahun 1967.

Agen intelejen Israel lantas berhasil memperoleh skema alias cetak biru Mirage V, yang memungkinkan Israel Aerospace Industries (IAI) untuk memproduksi dua pesawat varian lokal berdasar deasain Mirage V, yakni Nesher dan kemudian Kfir. Keduanya pun sempat bertugas dengan IAF (Angkatan Udara Israel) dan diekspor secara luas. Antara tahun 1969-1979, IAF juga menerima pesawat tempur F-4 Phantom bermesin ganda berperforma tinggi serta F-15 Eagle dari Amerika Serikat.

Namun, pihak IAF masih menginginkan pesawat tempur taktis bermesin tunggal yang lebih murah untuk menggantikan jet A-4 Skyhawk dan Nesher yang semakin menua. Israel kemudian membangun pengganti Nesher di dalam negeri, pesawat tersebut lantas diberi nama "IAI Lavi" (Lion Cub)yang memiliki desain sayap delta untuk kinerja di kecepatan tinggi. Sayap delta ini lantas dikombinasikan dengan canard, dua set sayap kecil di dekat hidung pesawat yang digunakan untuk meningkatkan daya angkat dan kemampuan manuver.

Lavi tidak mampu bermanuver dengan baik, sehingga secara aerodinamis tidak stabil. Tetapi sistem kontrol penerbangan fly-by-wire quadruple-redundant yang canggih mengatasi ketidakstabilan tersebut. Pada bagian bodi pesawat dibuat dari bahan komposit untuk menurunkan bobot Lavi hingga membuatnya berbobot 7,25 ton. Mesin Turbofan Pratt & Whitney 1120 dipilih menjadi dapur pacu pesawat, sehingga menghasilkan daya dorong yang besar. Memungkinkan Lavi terbang jauh dan cepat membawa muatan hingga enam belas ribu pon.


Quote:



Jika dua set canard dihilangkan, Lavi sangat mirip dalam penampilan dan kemampuan dengan F-16 buatan Amerika yang juga digunakan oleh Israel. Namun, Lavi yang lebih berorientasi untuk misi serangan darat memang berbeda dalam beberapa hal. Lavi memiliki kecepatan maksimum Mach 1,6-1,8 yang lebih rendah dibandingkan dengan Falcon yang mencapai Mach 2.

Avionik milik Lavi yang dirancang oleh Israel sebanding dengan model F-16C yang lebih baru daripada F-16A yang lebih sederhana. Namun, pada tahun 1980-an biaya pengembangan jet tempur telah tumbuh secara masif sehingga menghabiskan kas negara. Lavi tidak seperti Nesher dan Kfir, keduanya dikloning dari desain yang sudah ada. Sementara Lavi merupakan pesawat yang benar-benar baru. Meski diklaim baru, sulit menyangkal bahwa memang ada keterlibatan besar Amerika Serikat dalam pengembangan Lavi. Baik dari segi desain maupun avionik.

Pada masanya IAI berharap dapat mengembalikan biaya pengembangan yang mahal dengan mengekspor Lavi, terutama ke negara-negara yang menghadapi embargo karena catatan hak asasi manusia yang buruk seperti Afrika Selatan era Apartheid, Chili dan Argentina.


Quote:



Memasuki tahun 1987 IAI membangun dua prototype Lavi dengan konfigurasi dua kursi, keduanya lantas menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam delapan puluh dua penerbangan uji. Tiga prototype lanjutan juga sedang dibangun. Lavi waktu itu juga telah menguji mesin turbofan PW1120 pada F-4 'Super Phantom' yang menunjukkan kinerja luar biasa pada demo di Paris Air Show dan sempat dipertimbangkan untuk ekspor. Namun, karena biaya produksi yang luar biasa mahal membuat Israel tidak melanjutkan tahap produksi Lavi. Pada 30 Agustus, melalui pemungutan suara, kabinet Israel membatalkan produksi Lavi. Sebagai gantinya, sembilan puluh F-16 tambahan dibeli.

Masih berdasar sumber artikel The National Interest, keterlibatan Israel dalam pembuatan J-10 telah dimulai ketika China pertama kali membuka hubungan diplomatik dengan Israel pada Januari 1992. Kabarnya kontraktor Israel dilibatkan untuk memberikan garis besar aerodinamis dan struktural untuk J-10. Pengaruh Israel pada desain J-10 tidak bisa dibantah lagi, misalnya pengaturan sayap delta dan canard yang berpasangan, pesawat tempur bermesin tunggal, serta desain saluran udara yang sama.

Dalam buku yang berjudul "Lavi: the United States, Israel and a Controversial Fighter", yang ditulis oleh John W. Golan. Dalam buku tersebut dituliskan bahwa, keterlibatan Israel dalam pembangunan J-10 menimbulkan kekhawatiran atas transfer teknologi Israel-China, yang mendorong anggota Kongres Amerika untuk melarang ekspor pesawat tempur F-22 Raptor berteknologi tinggi kepada Israel.

Pada tahun-tahun terakhirnya, pemerintahan Clinton juga melarang Israel untuk mengekspor pesawat peringatan dini (AEW) Phalcon, memaksa China untuk menghabiskan bertahun-tahun di dalam negeri mengembangkan berbagai macam pesawat AEW sendiri. Menurut Golan, keterlibatan Israel dalam program J-10 tampaknya telah dibatasi pada waktu yang hampir bersamaan dengan masuknya Rusia sebagai pemasok sistem avionik pesawat.

Sebenarnya baik Song (ketua desainer J-10) dan IAI dengan tegas membantah kolaborasi dalam pengembangan J-10. Namun, pada tahun 2008, jurnal militer Jane melaporkan bahwa dalam wawancara panjang dengan beberapa insinyur Rusia yang pernah berkunjung ke fasilitas Chengdu. Mereka mengatakan bahwa, China diuntungkan dari program Lavi Israel, termasuk akses ke teknologi pesawat Lavi buatan Israel Aircraft Industries (IAI). Jane juga diberitahu bahwa pejabat Chengdu dari tingkat tertinggi menyatakan bahwa mereka berhasil memiliki salah satu prototype Lavi di fasilitas mereka.


Quote:



Bagaimanapun, J-10 dengan jelas meniru desain Lavi daripada menjiplak langsung. Secara signifikan J-10 lebih panjang dan lebih berat, serta memiliki desain sayap yang berbeda. Dalam bukunya, Golan menjelaskan bahwa China tidak memiliki akses ke mesin PW1120 yang ringkas dan kemampuan untuk memproduksi komponen komposit ringan dalam skala luas.

Oleh karena itu, Song harus memperpanjang badan pesawat J-10 dua meter untuk mengakomodasi mesin AL-31F turbofan buatan Rusia, pemasangan mesin ini menambah bobot pesawat menjadi 11,75 ton. Meskipun demikian, J-10 tetap menjadi pesawat tempur multiperan yang gesit, serbaguna dan murah yang dirancang sejak awal untuk menggabungkan sistem avionik berteknologi tinggi dan senjata berpemandu.


SEJARAH BAGIAN 3: Uji Coba dan Produksi Massal


J-10 pertama kali dibangun dan dikembangkan pada tahun 1988 dan mulai dirakit pada Juni 1997. Lei Qiang menerbangkan pesawat pertama pada 23 Maret 1998, Lei dipilih karena pengalamannya dengan pesawat modern, asing, dan pesawat Generasi Ketiga. Penerbangan tersebut pun berjalan sukses. Pusat pelatihan People's Liberation Army Air Force (Angkatan Udara China) kemudian menerima J-10 lebih cepat dari jadwal mulai tahun 2003. Tes senjata kemudian dilakukan pada musim gugur tahun itu.

Desain pesawat selanjutnya lantas diselesaikan pada tahun 2004, pada tahun yang sama pesawat mulai memasuki layanan Angkatan Udara China. Foto-foto pertama J-10 keluar 3-4 tahun setelah pnerbangan pertamanya, proyek ini juga sangat dirahasiakan. Pesawat pertama kali ditunjukkan kepada publik hanya pada tahun 2006. Diperkirakan sekitar 240 pesawat dalam layanan aktif saat ini.

Batch pertama J-10, yakni sekitar 50 pesawat didukung oleh mesin AL-31FN turbofan buatan Rusia. Batch ini dikirim ke angkatan udara China antara tahun 2004 dan 2006. Sebelum memutuskan memakai mesin buatan Rusia, China ingin memakai mesin Shenyang WS-10 buatan lokal. Karena biaya yang terlalu mahal, maka mereka memutuskan memakai mesin buatan Rusia. Mesin WS-10 lantas diperkenalkan pertama kali di Pameran Penerbangan & Dirgantara Internasional China 2018, nozzel mesin dimodifikasi untuk kemampuan TVC (thrust vectoring control).

Pada bulan Maret 2020, sebuah video dari media pemerintah China menunjukkan varian J-10C dilengkapi dengan WS-10. Pada tahun 2021, China mulai memasang kembali mesin baru yang kemudian diberi nama WS-10B untuk pesawat J-10B.


Quote:



Transfer teknologi Israel ke China yang sangat penting adalah pada segmen persenjataan, rudal pencari panas Python-3 buatan Israel, yang punya kemampuan untuk menyerang pesawat musuh dari aspek apa pun menggunakan penglihatan yang dipasang pada helm pilot. Teknologi ini kabarnya juga dilisensikan untuk diproduksi oleh Xi'an Aircraft Corporation Chinapada tahun 1989, rudal ini lantas dikenal sebagai rudal PL-8, yang tetap beroperasi hingga saat ini.

Teknologi lain yang ditransfer termasuk radar doppler E/LM-2035, yang dipasang pada pesawat tempur J-8 dan J-10, selain itu sistem navigasi inersia Tamam juga dilisensikan kepada China.


Quote:



Sementara itu, J-10A (varian awal) menggunakan radar kontrol tembakan multi-mode yang dirancang di China. Radar memiliki antena array yang dipindai secara mekanis dan mampu melacak 10 target, dan menembak 2 target secara bersamaan dengan rudal pelacak radar semi-aktif. Untuk J-10B, pada bagian hidung kemudian dimodifikasi untuk mengakomodasi radar AESA.

Perancang radar AESA untuk J-10B adalah Zhang Kunhui, kepala 607 Research Institute di Neijiang, Sichuan. Zhang Kunhui menjadi wakil kepala Lembaga Penelitian ke-607 pada tahun 1997, dan empat tahun kemudian pada tahun 2001, ia menjadi kepala lembaga tersebut, ketika program AESA untuk J-10B dimulai.

Kontraktor utama AESA ini adalah perusahaan bernama Radar and Electronic Equipment Research Academy of Aviation Industry Corporation of China yang berlokasi di Sichuan, dibentuk pada Maret 2004 dengan menggabungkan Lembaga Penelitian ke-607 dan Pabrik ke-171, dengan Zhang Kunhui ditunjuk sebagai kepala penelitian

Menurut media pemerintah China, AESA untuk J-10B membutuhkan waktu 8 tahun untuk dikembangkan, yang akhirnya selesai pada 2008. Meski banyak yang menduga radar itu adalah tipe radar pasif (PESA), tetapi selama debut singkatnya di Pameran Elektronik Pertahanan Internasional China (CIDEX) ke-7 pada Mei 2010 dan Konferensi Internasional ke-6 tentang Radar yang diadakan di Beijing pada September 2011, sumber resmi China mengklaim bahwa itu adalah radar aktif (AESA).



Varian Pesawat


Oleh NATO, Chengdu J-10 mendapat nama kesayangan "Firebird"Sementara menurut ejaan Pinyin, yang digunakan untuk mengeja nama dan kalimat China dalam tulisan alfabet Latin dan juga dalam metode input komputer tertentu untuk memasukkan karakter Cihna, pesawat ini disebut sebagai "Měnglóng" atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai "Vigorous Dragon". Chengdu J-10 secara umum saat ini terbagi menjadi dua jenis, yakni pesawat latih dan pesawat tempur. Dan berikut ini adalah beberapa varian dari Chengdu J-10 yang sudah dan akan diproduksi:


1. J-10A



Foto: Marianna Rychkovskaia via jetphotos.com


Varian pesawat pertama yang diproduksi oleh Chengdu, yang masi mesin AL-31F turbofan buatan Rusia. Pesawat ini memiliki konfigurasi kursi tunggal yang digunakan sebagai pesawat tempur uatama.


2. J-10S



Foto: Andrei Shmatko via jetphotos.com


Dibuat sebagai pesawat latih untuk calon pilit J-10, yang unik dari pesawat ini menyediakan konfigurasi kursi tunggal dan kursi ganda. Pada varian ini masih menggunakan mesin buatan Rusia.


3. J-10B



Foto: tianqi yao via jetphotos.com


Varian upgrade terkini dengan penyempurnaan dan penggunaan mesin terbaru buatan sendiri, yakni memakai mesin WS-10B buatan Shenyang. Varian ini juga sudah dilengkapi radar AESA.


4. J-10C



Foto: ShirokaneRinko via jetphotos.com


Varian upgrade dari J-10C statusnya masih prototype alias belum diproduksi massal, beberapa sumber mengatakan bahwa kedepannya varian ini akan dikembangkan untuk platform kapal induk dengan konfigurasi twin engine.


Quote:



Meski Statusnya Anak Haram, Pesawat J-10 Tidak Bisa Diremehkan


Meski statusnya hanya anak haram yang tidak diakui oleh F-16 Fighting Falcon, akan tetapi dengan jumlah pesawat yang mencapai 200 unit lebih membuat J-10 tidak bisa diremehkan begitu saja. Dengan mengambil basis IAI Lavi buatan Israel, pesawat ini masih punya kemampuan yang mumpuni di era modern ini. Terlebih lagi dengan jumlahnya yang banyak, hal itu akan memudahkan China untuk melakukan "psywar" terhadap Negeri Sakura dan Taiwan dengan menerbangkan J-10 mendekati wilayah ruang udara kedua negara tersebut.

Lawan tanding J-10 saat ini adalah Mitsubishi F-2 buatan Jepang, yang mengambil platform F-16. Bedanya F-2 menyandang status anak kandung yang diakui oleh F-16. Meski F-2 diunggulkan karena ukuran yang besar dan mampu senjata yang lebih banyak, akan tetapi dengan kemampuan thrust vectoring yang dimiliki J-10, pesawat bisa bermanuver lebih baik dan kemungkinan bisa membalikkan keadaan jika keduanya bertemu.

Meskipun bukan pesawat yang mengusung teknologi stealth, lahirnya J-10 menandai tonggak penting dalam modernisasi militer China yang berhasil dicapai dengan sedikit bantuan asing. Sementara itu, persaingan "anak kandung vs anak haram" ini cukup menarik untuk diikuti, sama-sama sudah mandiri dalam pembuatan pesawat tempur, antara Mitsubishi F-2 dan Chengdu J-10 manakah menurut agan yang terbaik ?


Quote:



Demikian sejarah panjang dari anak haram yang tidak diakui oleh F-16, semoga pembahasan kali ini bisa bermanfaat dan memambah referensi baru untuk agan dan sista, sampai jumpa emoticon-Angkat Beer




Referensi Tulisan: 1.2.3.4
Ilustrasi Foto: Google Image, Chinese Ministry of Defense, jetphotos.com
Diubah oleh si.matamalaikat 13-03-2022 04:44
kojojotojoAvatar border
Split HorizonAvatar border
SoupAyamAvatar border
SoupAyam dan 26 lainnya memberi reputasi
27
12.8K
73
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan KepolisianKASKUS Official
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.