GudangOpiniAvatar border
TS
GudangOpini
INI EFEK LUHUT NGURUSI KESEHATAN, ANGKA KEMATIAN TIDAK DIANGGAP!

Oleh: Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik

"Evaluasi tersebut kami lakukan dengan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian karena kami temukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang. Sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian,[Luhut Panjaitan, 9/8]

Pemerintah menghapus angka kematian dalam indikator penanganan Covid-19. Alasannya, karena adanya masalah dalam input data yang disebabkan akumulasi dari kasus kematian di beberapa minggu sebelumnya.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat mengumumkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (9/8/2021).

Dengan dikeluarkannya angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 karena ada problem pendataan, terdapat 26 kota dan kabupaten yang level PPKM-nya turun dari level 4 menjadi level 3. Dan hal ini, tentu saja dapat 'diklaim' sebagai 'keberhasilan' dalam menanggulangi pandemi.

Semestinya jika soalnya adalah problem pendataan, datanya yang diperbaiki. Bukan malah mengeluarkan data kematian dari indikator penanggulangan pandemi.

Padahal, dalam urusan pandemi justru nyawa semestinya dinomorsatukan. Data Kematian, wajib dijadikan parameter induk untuk mengukur tingkat keberhasilan penanggulangan pandemi, disamping faktor-faktor lainnya (tingkat infeksi, kesembuhan, tracking, testing, isolasi, vaksinasi, BOR rumah sakit, ketersediaan alat medis dan obat-obatan, kesiapan Nakes, dll).

Boleh saja infeksi belum mereda, tapi jika jumlah kematian menurun atau dapat dihentikan tentu hal ini dapat dijadikan pertimbangan bahwa pandemi sudah mulai terkendali. Ketimbang, kasus infeksi menurun tapi kasus kematian justru naik, meski hal ini kemungkinan anomali.

Data infeksi menurun saja belum dapat dijadikan ukuran keberhasilan menanggulangi pandemi, jika ternyata data testing juga menurun. Sebab, boleh jadi menurunnya data infeksi bukan karena menurunnya kasus, tetapi karena menurunnya jumlah testing.

Justru angka kematian, adalah parameter paling objektif yang tidak dapat dimanipulasi dengan penurunan testing. Bahkan, sebenarnya yang membuat covid-19 mengerikan bukan soal infeksinya yang meluas melainkan tingkat kematiannya yang tinggi.

Per 10 Agustus 2021 saja dari 3,72 juta kasus infeksi, sudah ada 111 ribu data kematian karena Covid-29. Angka yang sangat mengkhawatirkan.

Yang mengkhawatirkan dari Covid-19 bukan soal infeksinya tetapi kematiannya. Dahulu, mendengar orang sakit pikiran orang selalu mengarah pada keyakinan pasti sembuh dan segera pulang dari rumah sakit. Sekarang, orang sakit di rumah sakit karena covid-19, pikiran orang khawatir karena banyak kasus covid-19 berujung dengan kematian.

Lalu seenaknya, Luhut Panjaitan mengeluarkan data kematian dari parameter penanggulangan pandemi? apa agar dianggap pemerintah berhasil menanggulangi pandemi? apa data kematian mau dibuang, agar Jokowi segera dinobatkan Presiden yang paling sukses menanggulangi pandemi?

Ngeri! urusan kesehatan ditangani Luhut, nyawa menjadi tidak berharga. Orientasinya hanya pada data yang dapat dijadikan dasar kesimpulan pandemi dapat dikendalikan. Sementara, data kematian diabaikan. [].

0
1.2K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.5KThread3.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.