Roda kehidupan memang penuh susah untuk ditebak. Terkadang kita berada di posisi atas, terkadang pula kita berubah giliran dengan berada di bagian bawah. Tatkala sedang di atas angin pun serasa tak lepas dari sanjungan dan di elu-elukan oleh banyak orang. Namun sebaliknya, saat kita masih berada di posisi bawah / terjatuh pun juga tak luput dari cibiran, bahkan di pandang sebelah mata. 

Bukan bermaksud mengungkit akan perilaku seseorang semata, namun saya pribadi rela membuka kenangan pahit masa lampau yang pernah hinggap dan berbekas hingga kini. Dahulu, 10 atau 11 tahun silam saya memang mendekati seorang perempuan (sebut saja cewek itu bernama V). Sama-sama berstatus mahasiswa perantauan, sering ketemu dan mulailah tumbuh rasa naksir kepada dirinya.
Singkat cerita, belumlah sampai mengutarakan isi hati, namun si gebetan ini pun berikan respon yang cukup membekas sampai sekarang. Proses pedekate pun tak berjalan lancar, atas satu dan lain hal .. 'Si V' ini pun terus menghindar sehingga akhirnya terbaca dari sikap dan tutur katanya yang mungkin kurang suka dengan saya. 



Hingga terucap sebuah kalimat yang cukup hingga sekarang pun juga tak bisa terlupakan.




Sesaat mungkin kalimat ini bakal menyayat dan membuat sakit hati, namun tidak dengan saya. Justru sekarang ini barulah terpikir betapa berharganya Si V bagi hidup saya. Berkat ucapannya tersebut, saya jadikan cambuk kepada diri sendiri untuk cepat selesaikan kuliah dan mencoba mencari peruntungan di pekerjaan lain. Syukur Alhamdulillah, .. hingga akhirnya saya seperti sekarang dan sudah berkeluarga serta hidup damai lengkap dengan 'Si Kecil'.

Dunia memang selebar daun kelor, sampai pada akhirnya kami berdua (saya & Si V) ini dipertemukan kembali lain waktu. Di sebuah tempat makan, sepulang kerja sebuah kesemptan mempertemukan kami berdua. Pertemuan pun berlangsung berbeda, tak seperti semasa kuliah saat dirinya berusaha menghindar. 

Justru Si V lah yang lebih duluan mengenali saya, menurutnya sedikit yang berubah pada postur tubuh saya sehingga dirinya pun berasa tak pangling. Suasana pertemuan pun cair, kami berdua ngobrol ngalor ngidul sampai tak berasa kalau sudah 2 jam lebih dihabiskan. Hingga pada satu obrolan, saya bagikan akan kondisi terkini, telah berkeluarga dan dikaruniai buah hati. Kemudian dirinya pun melanjutkan akan cerita bahwa statusnya yang masih sendiri. 

Cerita ane stop sampai di sini, saya penasaran dengan bagaimana Kaskuser ketika bertemu lagi di lain kesempatan dengan gebetan atau orang yang pernah di sukai, namun ia lah sosok yang pernah tak menggubris bahkan terkesan merendahkan. 
Apa yang akan kamu lakukan?