Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bgv.memberAvatar border
TS
bgv.member
Perang Afghanistan Berkecamuk Lagi, RS Kewalahan Rawat Korban Luka
Perang Afghanistan Berkecamuk Lagi, RS Kewalahan Rawat Korban LukaJakarta - Sejumlah laporan dari kota Laskar Gah di Afghanistan selatan menunjukkan puluhan pejuang Taliban tewas dalam serangan udara dan pertempuran sengit di jalan-jalan di tengah operasi pasukan pemerintah mengusir mereka.
Sebagian besar kota Laskar Gah - ibu kota strategis provinsi Helmand - sempat dikuasai oleh Taliban.

Banyak yang meninggal kota itu dan yang masih terperangkap kekurangan makanan, air dan obat-obatan. Sebagian pihak menggambarkan melihat mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan.

Makin banyak anak-anak dan perempuan yang menjadi korban akibat pertempuran antara pasukan pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban dalam memperebutkan kota-kota utama, seperti Lashkar Gah dan Kandahar.

Sejumlah dokter mengungkapkan bahwa pihak rumah sakit tengah berjuang mengatasi lonjakan jumlah korban yang terluka.

"Saya tidak pernah mengalami situasi tegang seperti ini sepanjang hidup saya," tutur Dokter Masood Khan yang sudah tujuh tahun bekerja untuk lembaga Medecins Sans Frontieres (MSF).

"Akibat pertempuran, banyak orang terluka. Beberapa dari mereka bahkan tidak dapat menjangkau rumah sakit. Secara umum kami menerima lebih banyak pasien dari biasanya."

Mereka kini menargetkan kota-kota dan selama sepekan terakhir terjadi pertempuran sengit di sekitar Herat, dekat perbatasan barat dengan Iran, serta Lashkar Gah dan Kandahar di bagian selatan.

Nasib Laskar Gah pun tergantung pada keseimbangan dan, ada laporan bahwa pasukan Taliban telah mengambil alih rumah-rumah, toko-toko dan pasar, sehingga orang-orang di kota itu terjebak.

Dokter Khan mengungkapkan tengah berjuang mengatasi pasien terluka parah yang terus-menerus mengalir datang ke rumah sakit Boost dengan kapasitas 300 tempat tidur dan merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan di provinsi Helmand yang menangani layanan darurat dan bedah.

Ia menuturkan, ketersediaan di rumah sakit itu sudah nyaris habis.

Selama tiga bulan terakhir, rumah sakit Dokter Khan merawat rata-rata lima orang yang terluka parah setiap harinya. Tapi dengan lonjakan kekerasan belakangan, itu artinya korban warga sipil pun bisa jadi akan lebih banyak.

Hanya dalam tiga hari antara 29 hingga 31 Juli, rumah sakit telah merawat 70 korban luka akibat pertempuran.

Dari 482 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Mei hingga Juli, hampir 90 persen di antaranya mengalami cedera akibat tembakan dari beberapa jenis peluru. MSF mengatakan akan ada lebih banyak korban luka yang tak bisa mencapai ke rumah sakit.

"Konflik ini mempengaruhi semua orang. Bahkan di rumah sakit, kami tidak merasa betul-betul aman ketika mendengar suara tembakan," kata dia.

"Ada pertempuran di mana-mana. Kami mendengar banyak suara di rumah sakit kami."

PBB menyatakan pada Selasa bahwa sedikitnya 40 warga sipil tewas dalam 24 jam terakhir.

'Taliban ada di mana-mana'

Pasukan pemerintah Afghanistan telah meminta sekitar 200.000 penduduk Lashkar Gah untuk pergi. Pasukan angkatan udara mengebom posisi para pemberontak dan ada laporan yang menyatakan pertempuran memanas di dekat markas polisi.

Taliban telah merebut lebih dari selusin stasiun radio dan TV lokal.

"Taliban ada di mana-mana di kota, Anda dapat melihat mereka dengan sepeda motor di jalan-jalan," cerita seorang penduduk kepada kantor berita AFP tanpa menyebut nama.

"Mereka menangkap atau menembak orang-orang yang memiliki telepon pintar," lanjut dia lagi.

Seorang warga bernama Saleh Mohammad mengatakan ratusan keluarga berhasil melarikan diri, tapi banyak juga di antaranya yang terjebak di tengah baku tembak.

"Tidak ada cara untuk melarikan diri dari daerah itu, karena pertempuran sedang berlangsung. Tak ada jaminan bahwa kami tidak akan terbunuh di jalan," kata Mohammad.

"Pemerintah dan Taliban menghancurkan kami," ucap dia lagi kepada AFP.

Dokter Khan belum bisa pulang selama dua hari terakhir karena pertempuran masih bergolak. Sebagaimana stafnya, ia tinggal di rumah sakit.

"Akses ke rumah sakit sangat sulit. Jadi kami tinggal di rumah sakit. Kami bekerja siang dan malam dan tidur di bunker."

Menurut Dokter Khan, jumlah pasien dan kebutuhan meningkat tetapi pasokan medis serta staf justru menurun.

"Kami berusaha memberikan perawatan berkualitas kepada pasien. Tapi kami tidak menerima cukup pasokan. Semua toko tutup di kota. Kota benar-benar terkundi," ungkap dia.

Mati dan terluka
Rumah sakit di Kandahar, kota kedua Afghanistan, juga dilaporkan menangani lebih banyak pasien.

"Dalam tiga minggu kami menerima 145 jenazah," kata Dokter Daud Farhad, Kepala Rumah Sakit Merwais di Kandahar.

Menurut dia, situasi saat ini menjadi lebih baik karena pasukan pemerintah kembali menghalau serangan Taliban yang dimulai sejak tiga pekan lalu.

Dokter Farhad mengatakan kepada BBC bahwa pada hari-hari tertentu, mereka bisa menerima 10 hingga 30 pasien luka korban.

Rumah sakit Merwais memiliki 115 dokter dan 600 tempat tidur, tetapi mereka juga telah mendirikan bangsal darurat dengan kapasitas 30 tempat tidur terpisah untuk menangani kian banyaknya korban.

"Tiga minggu lalu, Taliban tiba di dekat kota dan kami mulai menerima korban. Sampai sekarang kami telah menerima 513 kasus," urai dia.

"Warga sipil yang terluka mencapai 80 persen. Di antara mereka ada yang terluka parah, 110 di antaranya anak-anak, sekitar 75 pasien adalah perempuan."

Kekurangan staf

Dokter Farhad mengatakan bahwa rumah sakitnya tempat di mana Palang Merah Internasional juga beroperasi memiliki stok obat-obatan yang cukup dan mampu memberikan perawatan yang baik.

Tapi karena begitu parahnya cedera, ia khawatir beberapa dari mereka yang terluka berpotensi meninggal dalam beberapa hari mendatang.

"Kami menangani luka tembak, luka ranjau, luka bakar, shock akibat ledakan bom, luka pecahan peluru. Ada pasien yang kehilangan kaki dan tangan," terang Dokter Farhad.

Konflik telah mengakibatkan ribuan orang mengungsi dan, di banyak kota besar juga kecil, beberapa di antara mereka adalah dokter.

"Sebagian besar dokter kami tinggal di rumah sakit, tetapi perawat dan staf medis lainnya yang tinggal di luar rumah sakit sulit untuk datang ke rumah sakit. Kami juga kekurangan staf non-medis," tambah Dokter Farhad.

MSF menyatakan sejak Mei, para staf juga telah menyaksikan alarm peningkatan yang mengkhawatirkan dari tingkat keparahan penyakit pasien.

Dia pun menambahkan, "Orang-orang telah menggambarkan bahwa bagaimanapun, betapapun mereka membutuhkan perawatan medis, mereka terpaksa harus menunggu di rumah sampai pertempuran mereda atau mengambil rute alternatif yang berbahaya".

"Dengan perang yang berlangsung tak jauh dari rumah sakit Boost, dan orang-orang yang terlalu takut untuk meninggalkan rumah karena kekerasan di mana-mana, akses ke perawatan kesehatan menjadi sangat terbatas."

https://news.detik.com/bbc-world/d-5...rom=wpm_nhl_20

0
571
3
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.