Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

event3Avatar border
TS
event3
KETULUSAN CINTA
Gilang pun tiba dirumah dan disambut Adiyaksa.

"Pa, ada yang Ingin Gilang tanyakan," tukasnya sembari ikut duduk di sofa.

"Hahaha..., Tanya apa Lang. Papa akan menjawabnya," timpal Adiyaksa sembari terkekeh.

"Pa, tolong jujur Pa. Apa benar aku anak Papa Romy dan Mama Sandra?" tanya Gilang ingin memastikan.

"Hahaha..., rupanya kamu sudah ketemu mereka Lang," tebak Adiyaksa sembari meletakkan majalah yang Ia baca di sofa sampingnya.

"Iya Pa, mereka bilang aku punya tanda lahir di pinggang belakang ku. tapi Pa, Bayu juga punya tanda yang sama denganku," tutur Gilang.

Adiyaksa pun mengulum senyum dan mengambil sesuatu dari kamarnya yang tak jauh dari ruangan itu. "Lang, lihat ini!" tukas Adiyaksa. Ia menunjukkan sebuah gelang putih.

Gilang pun meraih benda tersebut dan menatap heran.

"Gelang? maksudnya apa Pa?" tanya Gilang tak mengerti.

"Ini sudah melingkar ditangan mu sejak bayi, Lang. Tunjukkan pada mereka. Papa menyimpannya dengan sangat baik. Soal tanda lahir itu mungkin sebuah kebetulan," jelas Adiyaksa.

"Kalau begitu, aku benar anak mereka." Pungkasnya. "Tapi Pa, apa Papa mengizinkan aku akan bersama mereka Pa?" tanya Gilang.

"Papa, sebenarnya sedih jika kamu pergi. tapi apa boleh buat, Papa akan ikhlas kamu bersama orang tua kandungmu. Sudah sekian lama akhirnya kamu menemukan mereka" tutur Adiyaksa memasang muka sedih.

"Pa, Gilang akan sering menemui Papa. Gilang janji," tukas Gilang.

"Baiklah Lang, Papa ikhlas," Ulas Adiyaksa.

Gilang pun segera berkemas dan pergi. Namun tawa Adiyaksa sekita pecah. Sudah lama Ia menahan tawa itu.

"Hahaha..., Sudah dimulai," decaknya menyeringai sembari menggaruk pelipisnya.

Kembali ke keluarga Arga!!!

"Maaf Pa, Ma. Papa dan Mama yakin kalau Gilang benar anak Papa dan Mama," tukas Arga memastikan.

Mendengar ucapan Arga mereka pun saling melempar pandang.

"Kenapa kamu berpikir begitu, nak?" Tanya Dana pada putranya.

"Bukan begitu Pa, apa tidak sebaiknya kalian tes DNA terlebih dahulu, untuk memastikan benar tidaknya Gilang anak dari Papa Romy dan mama Mutia," saran Arga. Sambil memandangi mereka satu persatu.

"Benar juga katamu Ar, tapi papa yakin kok karna dia punya tanda lahir dan menjadi anaknya Adiyaksa. Masak ia kedua putra ya punya tanda lahir," sanggah Romy.

"Dia punya putra yang lain?" tanya Arga pada Romy.

"Iya, Dia seusia kamu, lah," jawab Romy.

"Papa tau namanya?" tanya Arga.

"Eee..., Kalau gak salah Bayu namanya," jawab Romy lagi.

"Bayu!" Arga nampak pucat mendengar nama itu.

"Pa, apa mungkin Bayu yang Papa Romy katakan adalah Bayu yang Papa pernah terima di kantor?" Tanya Arga menebak.

"Mungkin! tapi Ar, nama Bayu kan bukan cuma satu dikota ini," tukas Dana.

"Iya juga sih. tapi Pa, Arga harus pergi. Arga tidak tenang dengan Vania dan calon bayiku," ucapnya. Ia kmbali mengingat keadaan Vania.

"Tapi nak ini sudah malam, besok saja ya toh gak akan berhasil. Karena,kita tidak tau dia dibawa kemana," cegah Romy.

"Benar Arga, bukan kamu saja yang khawatir pada Vania. tapi kita juga," timpal kakek.

"Assalamualaikum!" Terdengar sapaan seseorang baru masuk.

"Gilang," tukas Sandra. Lalu langsung memeluk.

"Mama pikir, kamu tidak akan kembali," jengah Sandra lagi khawatir.

"Enggak Ma, Papa Adiyaksa baik kok. Justru dia dengan mudah ngizinin Gilang untuk kesini," jelas Gilang menatap Sandra sendu.

Romy dan Sandra pun bergantian memandang. mereka merasa aneh dengan hal itu pasalnya Adiyaksa sangat jahat. Namun mereka pun menepis pikiran itu.

"Oya, tadi Papa kasih gelang ini pada Gilang, Dia bilang aku memakainya waktu bayi." tutur Gilang menunjukkan Gelang yang diambil dari tasnya.

Sandra pun mengambil dan memeriksanya.

"Benar, ini ada namamu, Lang. Ardan Permana," ungkap Sandra.

"Ya berarti benar Gilang anak kita. Tidak perlu diragukan lagi," tukas Romy.

" Ya sudah kalau sudah clear, Arga kekamar dulu," pamit Arga lalu melangkah pergi dengan kemas.

"Nak, Mama,Papa dan Kakek pamit sekalian ya!" teriak Mutia.

"Ita Ma," sahutnya. Sambil melangkah lemas.

Arga pun mendudukkan tubuhnya ditepi ranjang dan meraih foto Vania diatas meja samping tempat tidur. Lalu mengusap kacanya. Ia mencium foto itu dan menangis.

"Sayang, aku kangen sama kamu. Bagaimana keadaan kamu dengan anak kita sekarang? Apa sudah makan? Kamu pasti ngidam sesuatu, kan? tapi aku gak bisa bikinin atau beliin buat kamu," tutur Arga memeluk foto itu. Walaupun laki-laki jika menyangkut anak dan istri Arga begitu rapuh. Mungkin lebih rapuh dari perempuan saat menangis.

"Sayang, aki janji akan nyelamatin kamu. Kamu baik-baik ya, dimana pun kamu saat ini, jaga dirimu dan calon anak kita " pesannya berbicara sendiri. Arga pun merebahkan diri diranjang sambil memeluk foto Vania.

Ia mengingat semua tentang pertengkaran saat pertama menjadi suami istri. kemanjaan-kemanjaan Vania dan hak-hal romantis yang mereka alami.

Sama dengan Vania yang saat ini mengingat hal itu. Ia dikurung disebuah ruangan yang ada ranjangnya lebih tepatnya kamar. Dari penampakannya barang-barang dan ruangan yang luas Rumah itu terbilang mewah. Tubuhnya lemas dan air matanya berderai.

"Kak, aku kangen. Aku pengen dimanjain sama Kakak," tuturnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia pun mengelus-elus perutnya

"Nak, yang kuat ya didalam perut Mama, Papa pasti nemuin kita," ucapny menguatkan.

Tak lama perutnya pun keroncongan.

"Aku lapar, bagaimana aku bisa makan. Ruangan ini sangat rapat bagaimana aku keluar?" gumamnya bertanya sendiri sembari menatap setiap sudut ruangan itu.

****************Bersambung**********************

0
315
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.