gambar

Sebagai pejabat negara memang harus memiliki kesabaran yang tinggi. Mesti siap dikritik, dicaci, bahkan direndahkan sekalipun. Apalagi jika kebijakannya tidak memihak kepada rakyat. Semua itu merupakan salah satu risiko menjadi seorang pejabat pemerintahan.

Sejak era reformasi, demokrasi di negeri ini kian terbuka. Semua orang bisa bersuara, dan setiap individu mampu mengeluarkan kritikan pedas sekalipun. Beragam cara yang dilakukan masyarakat untuk mengkritik seorang pejabat. Apalagi di era digital seperti saat ini, seluruhnya seakan dengan mudah dibuat dan diakses oleh siapapun.



gambar

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak meme yang menyinggung salah seorang pejabat pemerintahan, sudah banyak sekali karikatur-karikatur yang menggambarkan kondisi, kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Semua itu merupakan bagian dari cara perlawanan dalam diam, atau sikap satire yang dilakukan oleh masyarakat dalam menentang segala hal yang tak sesuai dengan keinginan dan harapan seluruh masyarakat Indonesia.

Sikap kritik keras yang dilakukan sebagian masyarakat tidak hanya tertuang dalam media digital saja dengan pembuatan meme, video parodi, atau menciptakan lagu yang menyinggung. Namun, terkadang terdapat pula aksi pencoretan dinding-dinding jalan dengan kata atau kalimat keras dan bernada sindiran yant mana sering disebut dengan vandalisme.



gambar

Vandalisme sendiri ialah sebuah tindakan yang disengaja dan ditujukan untuk merusak atau menghancurkan satu objek milik orang lain. Vandalisme ini dapat berupa grafiti, gambar, coretan, dan lain-lain dalam sebuah objek atau properti. Dan tujuan dari aksi vandalisme ini biasanya karena ingin menyampaikan pesan, ekspresi rasa frustasi, balas dendam, untuk mendapatkan uang, atau sekedar bersenang-senang. 

Vandalisme dapat mengenai siapapun termasuk seorang pejabat negara sekalipun. Hal tersebut telah dirasakan oleh ketua DPR RI yakni Puan Maharani yang tak lain adalah anak mantan presiden RI Megawati Soekarnoputri. Sebuah baliho berukuran besar yang terpasang di depan kantor DPC PDIP Blitar. Tepatnya di Jalan Irian Jaya, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro harus terkena aksi vandalisme.



gambar

Dalam baliho tersebut terpajang gambar Puan Maharani, namun sebuah coretan hitam dengan kalimat "Open BO" tertulis di baliho tersebut. Tentu aksi ini menuai protes dari para kader PDIP hingga melakukan aksi tak pantas tersebut kepada pihak kepolisian. Dan saat ini masih dalam proses penyelidikan.

Siapapun yang melakukan aksi vandalisme tersebut memang terkesan nekat dan berani. Apalagi kalimat dalam coretan tersebut sangat menjatuhkan sekali martabat pejabat negara. Istilah open BO sering dipakai untuk para pekerja seks komersial (PSK) saat menjajakkan dirinya. Mereka yang memajang identitas open BO biasanya adalah orang-orang yang siap dipesan kapanpun.



gambar

Dengan adanya aksi vandalisme tersebut bisa menjadi perhatian bagi masyarakat semua. Jangan sampai kritikan yang kita sampaikan menggunakan kalimat yang menjatuhkan harga diri seseorang meski untuk ukuran pejabat tinggi hal tersebut bukan masalah besar karena sudah terbiasa.

Sumber :

Opini dan ulasan pribadi

1