Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

DikiRamadhan14Avatar border
TS
DikiRamadhan14
GRAMATIKA DIAKRONIS DAN SAINS ARAB

GRAMATIKA DIAKRONIS DAN SAINS ARAB
Penulis : Diki Ramadhan
Sebagai permulaan dalam menguraikan tulisan yang saya buat ini, marilah pembaca saya ajak untuk menyelami makna-makna setiap kalimat dari judul yang sudah saya susun, katalis seringkali digunakan ilmuwan kimia dalam membahasakan penyambung atau pengantar, katalis merupakan sesuatu yang dapat mempercepat atau memperlambat reaksi (reaction), namun berbeda arti dalam konteks pembahasan kali ini.

Gramatika diakronis dengan pemahaman yang sederhana adalah ilmu tata bahasa yang mengikut perkembangan zaman, dalam hal ini saya mencoba menyelami sejarah gramatika diakronis Arab dalam perspektif Aristotelian (padangan falsafah) dengan sesederhana mungkin.

Para sarjana Muslim abad ke-10, sains dibedakan menjadi ilmu-ilmu Arab dan ilmu-ilmu non Arab. Yang termasuk dalam ilmu Arab antara lain ilmu tata bahasa, etika dan dogmatik (hal ihwal), sejarah (history) dan sastra. Sementara yang menjadi bagian ilmu non Arab adalah filsafat, ilmu alam dan kedokteran. Secara garis besar pembagian itu sangat tepat jika dirunut dari abad ke-10. Cabang-cabang sains yang disebut kemudian tidak hanya sains yang ditentukan oleh pengaruh-pengaruh asing, karena sains memang benar-benar tidak populer di kalangan Muslim pada saat itu.

Namun, ilmu Arab bukan serta-merta produk murni bangsa Arab. Ilmu-ilmu itu juga dikembangkan di berbagai wilayah kerajaan Islam tempat terjadinya pertemuan antara orang-orang Arab dan non Arab, yang di sana merefleksikan pelbagai pokok bahasan yang berfokus pada kemanusian, retorika, puisi, hukum dan agama tentunya yang selama ini banyak terdapat perbedaan dan ketimpangan. Jika dilihat dari asal kedatangannya, kita dengan mudah menyusuri jejak-jejak pengaruh non Arab terhadap sains dan gramatika diakronis terhadap Arab, terutama Persia (Iran) dan Yunani. Pada masa ini ilmu-ilmu Arab berada dalam proses penegasan dirinya dan memilki kedudukan yang sangat penting.

Dalam bahasa Arab, bahasa yang bangsa Arab sendiri memilki kesenangan khusus, karena kosa katanya yang sangat banyak, bahkan masuk kategori bahasa tersulit di dunia, kekayaan bentuknya dan kemampuan pengolahannya yang inheren (berhubungan), sangat tepat mengambil posisi penting dalam bahasa-bahasa dunia. Jika dibandingkan dengan bahasa Latin yang berat atau bahkan dengan bahasa Persia atau Yunani yang bombastik, bahasa Arab dibedakan secara khas dengan kepemilikan bentuk-bentuk abstraknya, kekayaan bahasa yang mampu melayani ekspresi ilmiah, kosa kata (mufrodat) yang melimpah. Bahkan bahasa Arab mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan makna terbaik, namun karena banyaknya sinonim yang bermunculan dan dikembangkan, maka godaan-godaan untuk menyimpang di jalur logik Aristotelian bahwa penggunaan sinonim tidak diizinkan dalam ilmu pasti kecuali ilmu mantik.

Bahasa yang demikian elegan, ekspresif dan sulit seperti bahasa Arab sudah pasti mengundang banyak pengujian, ketika ia menjadi bahasa yang sopan bagi orang-orang Suriah dan Persia. Lebih dari itu semua, kajian mengenai Al-Qur’an serta pembacaan dan penafsirannnya membutuhkan perhatian yang mendalam terhadap bahasa yang digunakannya. Orang-orang tidak beriman mungkin menganggap mereka dapat menunjukkan kesa;ahan-kesalahan gramatika bahasa dalam Al-Qur’an dan karenanya mereka mengumpulkan pelbagai contoh dari puisi-puisi kuno dalam bahasa kaum Badui yang masih digunakan, untuk mendukung ekspresi-ekspresi yang digunakan Al-Qur’an.

Bangsa Arab menelusuri jejak ilmu bahasa mereka, seperti banyak ilmu yang lain, hingga ke masa Ali bin Abi Thalib, yang kepadanya dinisbatkan juga pembagian tripartit pidato Aristoteles. Kajian tersebut mulai dikembangkan di Basrah dan Kufah. Pada perkembangan awal, terdapat ketidakjelasan, karena dalam sistem tata bahasa Sibawaih (780) kita mendapati sistem yang telah selesai, sebuah karya kolosal seperti Al-Qanun fi Al-Thibb telah selesai milik Ibn Sina (Avicenna) pada masa sesudahnya, hanya dapat dijelaskan oleh generasi-generasi kemudian sebagai produksi dari banyak sarjana yang bekerja bersama-sama dalam sebuah kolaborasi.

Ilmu gramatika bahasa sejauh ia tidak dibatasi hingga pengumpulan karya berjudul Examples, Synonyms, saat ia begitu ditentukan oleh pokok-pokok bahasan yang dibicarakan secara khusus dipengaruhi logika Aristotelian. Bahkan sebelum Muslim, bangsa Suriah dan Persia telah mempelajari warisan tersebut dengan tambahan pemikiran Stoikisme dan Neo Platonik. Ibn Al-Muqaffa yang pertama kali akrab dengan Khalil pakar gramatika, kemudian ilmu gramatika bahasa maupun logika ilmu alam dapat diakses oleh seluruh bangsa Arab yang ada di masa kekuasaan Pahlawi. Sejalan dengan adanya beragam kalimat yang disebutkan satu per satu, pada satu waktu ada lima di saat yang lain ada delapan atau sembilan, demikian juga tiga bagian dari pidato, kata benda, kata kerja, dan partikel imbuhan. Dalam representasi kemudian terdapat perdebatan sengit antara bunyi bahasa dan pemikiran. Pertanyaan yang dibicarakan adalah apakah bahasa merupakan hasil ordonasi atau koordinasi atau bahkan produk alam, namun perlahan-lahan pandangan filosofis menjadi lebih menonjol sehingga bahasa menjadi sebuah ordonasi.

Selain logika, pemgaruh ilmu-ilmu alat dan matematika juga perlu mendapat perhatian khusus di sini. Seperti halnya prosa mengenai hubungan yang biasa serta sajak-sajak yang ada dalam Al-Qur’an, bait-bait puisi tidak hanya dikumpulkan, tetapi juga disusun berdasarkan prinsip-prinsip klasifikasi khusus, misalnya sesuai dengan kadar dan ukuranny. Setelah munculnya ilmu gramatika atau tata bahasa dalam sastra, Khalil (791), guru dari Sibawaih, yang kepadanya dinisbatkan penerapan qiyas untuk ilmu gramatika bahasa pertama kalinya, bahkan konon telah menciptakan ilmu metrik.

Sementara bahasa kemudian dianggap sebagai elemen nasional dan konvensional dari puisi, gagasan dan pemikiran yang ditunjukkan adalah bahwa apa yang alamim yang lazim bagi semua masyarakat, akan ditemukan sesuai dengan kadar dan ukurannya masing-masing. Tsabit bin Qurra (836 - 901) menyebutkan dalam klasifikasinya mengenai sains, bahwa kadar dan ukuran merupakan sesuatu yang esensial, sementara penelitian mengenai kadae dan ukuran merupakan bagian dari sains alam, dan dengan demikian juga merupakab bagian dari filsafat.

Ilmu gramatika juga dibatasi sebagaimana bahasa Arab, berkaitan dengan keganjilan-keganjilannya yang ia tidak memilki tempat untuk memasukinya. Dalam banyak hal, ia merupakan produksi yang dipaksakan dari intelegensi Arab yang diamati dengan teliti dan dikumpulkan dengan rajin, sebuah produksi yang mungkin patut dibanggakan. Seorang apolog dari abad ke-10, yang terlibat dalam memerangi filsafat Yunani berkata, “Dia yang dianugerahi kejelian dan kedalaman puisi serta gubahan syair Arab, sungguh-sungguh memahami bahwa mereka telah melampaui semua hal ini sebagai angka, garis dan titik yang tidak akan diajukan sebagai pembuktian pendapat mereka, oleh orang-orang yang dengan malas memimpikan bahwa mereka mampu memahami hakikat segala sesuatu. Saya tidak melihat adanya kemajuan esensial dari hal-hal seperti angka, garis dan titik, jika, dengan mengabaikan sedikit keuntungan yang mungkin menyertai hal-hal tersebut yang dianggap membahayakan keimanan dan diikuti oleh pelbagai konsekuensi, yang untuk melawannya kita harys melibatkan pertolongan Tuhan (Allah SWT).”

Maka dengan ini semua dalam pelbagai karakter ungkapan Arab, kita mungkin masih dapat melihat kepelikan intelegensi yang membentuk ungkapan-ungakapan tersebut, meskipun pada saat yang sama kita mungkin melihat kurangnya energi, yang dapat diamati dalam seluruh perkembangan gramataika dan sains di Arab.

SEKIAN
0
844
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.