Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nurdiansyahoemAvatar border
TS
nurdiansyahoem
[Sebuah Cerpen) Anjing Putih Tuan Pant
Pagi agan-aganwati penghuni lama kaskus. Bertemu lagi dengan ane, seorang newbie yang masih berusaha untuk mencari satu tempat di hati agan-aganwati semua. Di thread kali ini, ane mau share cerita pendek ane yes. Semoga menghibur.

Anjing Putih Tuan Pant

anjing piaraan yang malang dan sok penting
sok jagoan dan amit-amit kosongnya
tak ada yang mau mengikuti di belakangnya
(Pobre senor: Mario Benedetti)



Demi kelangsungan hidupnya, anjing putih yang kini belepotan lumpur itu memasang wajah iba. Mengharapkan rasa kasihan dari siapa saja yang melewatinya. Anjing betina itu takut untuk kembali ke rumah majikannya yang telah mengusirnya dengan kasar. Anjing itu pun, takut untuk mencuri makanan di rumah-rumah di sekitarnya. Kota itu pun agaknya, terlalu bersih untuk bisa mencari-cari makanan sisa di tempat pembuangan sampah. Saat itu barangkali, hanya cara itu yang anjing itu bisa lakukan. Dengan wajah yang tirus karena terlampau kurus itulah, anjing itu coba meyakinkan orang-orang agar mau sedikit memberi perhatian—belas kasih—kepadanya.

Sore itu, rasanya sama seperti sore-sore yang lalu. Siapa saja yang melewatinya masih tetap abai kepadanya. Tak sedikit pun peduli kepada anjing putih yang kini duduk manis sambil sesekali menjulurkan lidahnya di emperan sebuah toko pakaian yang senasib dengannya; sama-sama tak mendapatkan perhatian dari orang-orang yang melewatinya. Hingga pada akhirnya, Tuhan menggerakkan hati seorang lelaki paruh baya untuk menghentikan laju kendaraannya.
"Anjing malang!" Ucapnya sambil mengusap-usap kepala anjing itu. Lidah anjing itu menjulur panjang. Senang. Penantiannya selama ini membuahkan hasil.
"Jangan takut! Nama saya, Pant. Ayo!" Lelaki paruh baya yang biasa dipanggil Tuan Pant itu membuka pintu mobilnya,
"Ayo masuk!" Perintah Tuan Pant kepada Anjing itu.
Seperti mengerti dengan bahasa Tuan Pant, anjing itu bangkit dan setengah berlari masuk ke dalam mobil Tuan Pant.
"Anjing Pintar!"
***

Semua orang tahu, siapa Tuan Pant. Pemilik peternakan domba dan juga sapi yang tinggal di pinggiran kota itu. Tinggal di atas tanah miliknya sendiri, yang luasnya beberapa hektar, Tuan Pant mengelola sendiri peternakannya. Dibantu oleh beberapa orang pekerja dan juga anjing-anjing piaraannya untuk menjaga domba atau pun sapi miliknya, Tuan Pant sukses menghasilkan uang yang banyak dari peternakannya. Dan sebab itu pula, kerap kali Tuan Pant membangga-bangga dirinya dan peternakannya itu. Tapi sekalipun Tuan Pant adalah seorang yang banyak omongnya. Namun bagaimana pun, semua orang juga tahu, Tuan Pant adalah orang yang baik. Tuan Pant pun tak pernah pelit dengan hartanya, sekalipun di setiap Tuan Pant mengeluarkan uangnya, pasti ada maksud terselubung di balik itu. Tapi apa pun itu, bagaimana pun itu, tak
sedikit pula uang Tuan Pant yang habis untuk membangun jalan-jalan ataupun berbagai hal lainnya di kota itu. Dan karena uang-uangnya itu pula orang-orang menaruh segan kepadanya.
Segala yang dimiliki oleh Tuan Pant adalah hasil jerih payahnya sendiri. Orang-orang di kota ini, yang hidupnya lebih lama darinya, tahu benar bagaimana Tuan Pant memulai kehidupan mewahnya. Begitu banyak kesulitan-kesulitan yang dilewati oleh Tuan Pant, sebelum akhirnya bisa hidup mewah seperti ini. Tuan Pant gigih dan mau melakukan apa saja untuk bisa bertahan hidup waktu itu. Bahkan konon, saking sulitnya, Tuan Pant kecil pernah mengemis untuk menyambung hidupnya yang sedari kecil sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Tapi begitulah, nasib memang milik masing-masing. Kehidupan Tuan Pant berubah jauh.
Kegigihannya selama ini, membuahkan hasil. Hasil yang tentu saja tidak pernah mengkhianati proses—kegigihannya—selama ini.
Dan barangkali, melihat anjing putih yang malang, yang belepotan lumpur, dan memasang wajah iba itu, Tuan Pant terkenang masa susahnya dulu. Dan tanpa pikir panjang Tuan Pant menghentikan mobilnya lalu membawa anjing malang itu pulang ke rumahnya.

***


Anjing yang pintar, penurut dan tidak banyak menggonggong akan selalu memiliki tempat di hati tuannya. Begitu pun anjing putih yang tadinya kurus, belepotan lumpur, yang dipungut oleh
Tuan Pant di emperan toko beberapa waktu lalu, kini, menjadi anjing kesayangan Tuan Pant. Semua kemewahan hidup yang bahkan belum pernah didapatkan dan juga dirasakan oleh anjing-anjing atau hewan piaraan yang dimiliki oleh Tuan Pant, kini didapatkan oleh anjing putih itu. Tuan Pant sangat menyayangi anjing putih itu. Rasa sayang yang bahkan mengalahkan rasa sayang Tuan Pant kepada istri dan anak-anaknya yang tinggal terpisah dengannya.
Tak ada yang tahu alasan mereka tinggal terpisah. Semua orang merasa segan mencampuri kehidupan Tuan
Pant. Yang orang-orang tahu, dua hari dalam sebulan, istri dan anak-anak Tuan Pant pasti mengunjunginya di peternakan itu. Mereka datang selayaknya pergi berlibur ke peternakan itu.
Pada mulanya, tak ada yang benar-benar peduli—untuk tidak menyebutkan iri—kepada tingkah laku anjing putih itu. Hingga pada suatu malam, segalanya berubah. Ketika para penjaga dan juga anjing-anjing penjaga milik Tuan Pant tertidur lelap. Anjing putih yang pintar dan jarang menggonggong itu, tiba-tiba menyalak tak henti-hentinya. Membuat kegaduhan, tentunya. Kegaduhan yang sudah barang tentu membangunkan Tuan Pant. Kegaduhan yang jelas menimbulkan tanya di hati Tuan Pant. Tak pernah anjing itu menggonggong sebegitu rupa, pasti ada sesuatu yang terjadi, Tuan Pant membatin.
Setelah mempersenjatai diri dengan senapan berburunya, Tuan Pant bergegas ke luar rumah. Mengendap-endap, Tuan Pant menuju kandang domba dan sapinya. Dilihatnya, anjing putih itu berlari mengitari kandang domba dan sapinya sambil terus menyalak dengan hebohnya. Tuan
Pant melemparkan pandangan mengelilingi tempatnya. Di kejauhan, di sebelah timur dari peternakan miliknya, dalam keremangan malam Tuan Pant melihat dua sosok yang terbirit-birit
menjauhi tempatnya itu. Hampir saja Tuan Pant menarik pelatuk senapan yang dipegangnya kepada salah satu sosok yang berlari ketakutan di kejauhan itu. Sosok yang telah tertangkap oleh
lensa pembidik senapannya. Namun Tuan Pant tak sampai hati melakukannya. Hanya mengumpat dalam hatinya, "Dasar pencuri sialan!"
Tuan Pant memberi kode kepada anjing putih itu untuk berhenti menggonggong dan juga berlari mengelilingi kandang domba dan sapinya.
"Anjing Pintar!" Puji Tuan Pant.
Ah, malam yang beruntung buat anjing putih itu. Dan tentunya malam yang buruk buat para penjaga dan juga anjing penjaga milik Tuan Pant yang tertidur lelap saat itu.
"Keberuntungan pemula!" Batin para penjaga berserta anjing penjaga sehabis dimarahi oleh Tuan Pant.

***


Dari bukan siapa-siapa menjadi sosok pahlawan di mata Tuan Pant, membuat anjing putih itu besar kepalanya. Ekor yang biasanya menjuntai ke bawah, kini, tegak berdiri setiap kali anjing putih itu melangkahkan kaki. Dari anjing yang jarang bersuara, anjing putih itu kini menjelma menjadi anjing yang banyak gonggongannya. Dan yang jelas tingkahnya semakin lama semakin
menjijikkan karena merasa dirinya anjing yang penting bagi Tuan Pant. Dan ya, seperti yang telah kita ketahui, bahwa anjing putih itu pintar. Selalu saja ada cara anjing putih itu untuk membuat Tuan Pant mengalirkan kalimat-kalimat pujian yang tentunya dialamatkan kepadanya.

Dan selalu saja ada cara baginya, untuk membuat anjing-anjing yang lain seolah selalu salah di mata Tuan Pant sekalipun kadang anjing putih itu tak pernah bermaksud membuat anjing yang lain kehilangan arti di mata Tuan Pant. Ya begitulah, kadang kala di suatu kumpulan apabila ada satu orang atau satu makhluk yang kerap kali ingin tampil di hadapan atasannya, bukan tak
mungkin ada satu atau beberapa orang yang lainnya bakal terkena imbasnya. Tertutup segala hal yang baik ada pada mereka.

"Lihatlah anjing itu! Mondar-mandir saja kerjanya, tiba-tiba dapat nama. Tidur-tiduran terus,
bangun-bangun dapat makan enak."
"Iya. Lah kita?"
"Kita?"
"Iya. Kita. Capek-capek kerja dapatnya segitu-segitu saja dari dulu."
"Hush... Sudah. Syukuri saja apa yang ada."
"Iya, aku bersyukur terus, kok. Tapi coba lihatlah!"
"Iya. Aku lihat, kok."
"Nah, apa kamu tak iri?"
"Lah, ngapain coba ngiri sama anjing?"
"Lah iya, ya. Ngapain coba ngiri sama anjing?"
"Tapi ya, kesel juga lihatnya."
"Loh.. Kesel apa iri?"
"Waduh. Kesel apa iri ya?"
"Lah gak tahu. Menurut kamu?"
"Aduh. Sudah-sudah. Ayo sambung kerja lagi. Biar cepat pulang kita."
"Iya. Ini juga sambil kerja. Tapi apa kamu lihat kalung emas di leher anjing itu?"
"Lihat, kok. Kalung emas yang bertuliskan inisial M itu, kan?"
"Lah iya. Lucu. Anjing kok, dikalungin emas."
"Haha... Judulnya, Perempuan berkalung emas. Eh, Anjing betina berkalung Emas."
"Tapi kira-kira inisial M itu kepanjangannya apa ya?"
"Entahlah. cumi, mungkin."
"Haha... Asu."

Setelah didaulat—meskipun tanpa perayaan atau perkataan yang jelas—sebagai pemimpin para hewan peliharaan Tuan Pant, tingkah anjing putih itu semakin membuat panas suasana. Lah, bayangkan saja, tanpa harus repot-repot bekerja dan cukup duduk manis menemani Tuan Pant
bersantai ria pun anjing putih itu bisa mendapatkan perlakuan yang istimewa. Tapi dasarnya anjing yang pintar cari muka, anjing putih itu pun suka melakukan hal-hal yang sejatinya bukan
urusannya. Mendadak anjing putih itu menjadi suka berkeliling malam. Hal yang membuat Tuan Pant sering kehilangannya. Dan lalu mencarinya dan tentunya akan menemukan hal-hal lain
yang mengundang amarah Tuan Pant.
Dan pagi itu, amarah Tuan Pant pecah. Tuan Pant menemukan sepatu kesayangannya tinggal sebelah. Setelah ditelusuri olehnya, ternyata sebelah sepatunya ada di halaman belakang rumah. Kondisinya rusak, tercabik-cabik dengan parah. Tuan Pant marah. Lalu Tuan Pant mengumpulkan seluruh anjing peliharaannya beserta pengasuhnya. Tuan Pant mengumpat dan melepaskan kekesalannya kepada semuanya. Dan pada akhirnya, menjatuhkan hukuman kepada
anjing hitam besar yang Tuan Pant rasa melakukan pengrusakan sepatunya.
"Kasihan anjing hitam itu," ucap salah satu karyawan yang tahu bahwa Tuan Pant menuduh.
"Padahal aku melihat dengan mata kepalaku sendiri yang merusak sepatu Tuan Pant adalah anjing putih sialan itu."
"Ya bilang saja kebenarannya kepada Tuan Pant."
"Sudahlah, biarkan saja. Toh, bukan kita yang kena."
"Tapi..."
"Hussshh."
Di bawah kaki Tuan Pant, anjing putih itu seakan merayakan kemenangan. Dan jelas, selepas kejadian itu, ketika berjalan, buntut anjing putih itu semakin tegak berdiri dan rasa-rasanya bertambah panjang beberapa centi.
***

Perkara jodoh, rezeki dan juga maut, tak ada yang benar-benar bisa tahu. Semua masih rahasia sampai pagi ini, saat sebuah panggilan telepon datang kepada Tuan Pant. Sebuah panggilan
telepon yang mengejutkannya. Istrinya ditemukan meregang nyawa di tempat tidurnya. Penyebab kematian diduga karena serangan jantung. Tuan Pant begitu terpukul dan terguncang karenanya. Maka detik itu juga, Ia putuskan untuk meninggalkan semua yang ada di peternakan, termasuk anjing putih yang sempat membuatnya terlupa bahwa Ia masih punya keluarga nun jauh di sana.
"Ah, anjing pintar, selamat tinggal. Maaf, aku tidak bisa membawamu ke rumah," ucap Tuan Pant sembari mengelus kepala anjing putih itu terakhir kalinya. Meskipun berat, Tuan Pant harus
meninggalkan anjing putih itu di peternakan ini, sebab, kedua anaknya di rumahnya alergi terhadap bulu binatang.
Tuan Pant kembali melihat wajah iba seekor anjing putih yang Ia lihat di emperan toko beberapa tahun yang lalu. Sekilas Ia terbawa kembali ke masa itu. Namun kali ini, tak ada lagi yang bisa Ia
lakukan terhadap anjing putih itu. Anak-anaknya tentulah jauh lebih berharga ketimbang anjing putih itu.
Sementara di dapur umum di peternakan itu, dua orang seakan tidak peduli dengan acara perpisahan dengan Tuan Pant. Mereka terlihat sedang sibuk mempersiapkan sesuatu sambil mendendangkan lagu sukacita.
“Bumbunya sudah siap.”
“Makan enak!”
“Yeay. Makan daging enak pakai sayur kol.”
“Yoi. Sayur kolnya juga sudah siap.”***
bukhoriganAvatar border
aryanti.storyAvatar border
aryanti.story dan bukhorigan memberi reputasi
2
361
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.