B217AN4646ANAvatar border
TS
B217AN4646AN
Tak Kenal Maka Tak Saham
Tak Kenal Maka Tak Saham


Hai Agan-Sista!

Kali ini TS mau ngomongin soal saham atau efek secara khusus.

Mungkin ada Agan-Sista yang saat ini bingung, punya uang dingin tapi tidak tahu mau diapain? Soalnya kalau terlalu lama mengendap di tabungan, nilai uang akan menurun. Aha!TS beri satu solusi, yaitu tempatkan dana dingin tersebut di saham. Ragu? Mari kita bahas satu per satu.

Sebelumnya, TS garis bawahi bahwa yang akan dibahas adalah penanaman modal jangka panjang. Yaitu lebih dari 5 tahun.

Pertama- tama, TS ingin sampaikan bahwa perdagangan saham sudah mendapat fatwa dari DSN MUI yaitu Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal dan Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Jadi untuk teman-teman muslim yang masih ragu apakah saham itu halal atau tidak, dengan mengacu dari fatwa yang dikeluarkan di atas, jawabannya inshaallah halal.

Kenapa TS kasih solusi untuk menempatkan uang dingin di saham? Alasannya jelas, supaya kita berhenti diperbudak oleh uang. Hehehe... ngaku saja, selama ini kita tidak sadar sudah diperbudak oleh uang dan nilainya yang semu, to? Untuk melawan hal itu, kenapa kita tidak melakukan hal yang sebaliknya? Suruh aja uang kita kerja rodi buat masa tua kita! Tapi dengan cara yang benar ya. Ehehehe....

Saham atau efek itu analoginya seperti ini.

Spoiler for spoiler:

Spoiler for Contoh warkat saham:


Sampai sini jelas? Jadi kalau ada yang tanya jual-beli saham itu ghoib karena tidak ada wujudnya udah bisa jawab, ya? Yang Gan-Sis jual-beli itu kepemilikan, bukan komoditas.

Ada 2 hal yang kita harapkan dari perdanganan efek, yaitu capital gaindan deviden. Capital gain adalah keuntungan yang kita peroleh dari penjualan saham sedangkan deviden adalah imbal hasil yang kita dapatkan dari keuntungan usaha. Secara kontekstual seperti ini.

Spoiler for spoiler:

Namun, sebelum Gan-Sis mulai membeli saham, sebaiknya Gan-Sis menyelesaikan PR terlebih dahulu. Apa itu?

Kenali Dirinya

Kan, tak kenal maka tak saham.... eh, sayang.

Seperti meminang istri, kita juga harus kenal betul seluk-beluk emiten yang akan kita beli sahamnya. Gan-Sis tidak mau kan, ketika hendak memperistri seseorang, ternyata eh ternyata orang tersebut sejenis dengan kita alias adu pedang. Xixixixi.... ngakak abiez.

Siapa yang tak kenal dengan BCA, BRI, Astra Internasional, Unilever, Indofood dll? Pasti Agan-Sista minimal pernah mendengar perusahaan-perusahaan tersebut. Kalau Gan-Sis diberitahu bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bisa dimiliki publik apakah Gan-Sis tertarik untuk membeli sahamnya? Kalau TS sih tertarik sekali.

Kenapa?

Pertama, siapa yang tidak mau menjadi bagian dari perusahaan tersebut? Walaupun bukan menjadi bagian dari karyawannya, ternyata TS bisa menjadi bagian dari pemiliknya. Bisa ikut RUPS tahunan, bisa ikut dapat bonus tahunan. Keren, kan? Hehehehe....

Selanjutnya jaminan keberlangsungan usaha. Pasti Agan-Sista tidak mau menanamkan modalnya untuk usaha yang tidak jelas operasionalnya, kan? Kita harus kenal perusahaan tersebut. Minimal kita familiar dengan produknya atau kita pakai sehari-hari sehingga kita yakin secara prospek di masa depan, perusahaan ini masih bisa beroperasi.

Banyak perusahaan besar yang bangkrut dikarenakan pengelolaan manajemennya yang buruk. Indikator yang mudah, kita cermati pertumbuhan labanya dari tahun ke tahun agar kita yakin bahwa operasional perusahaan ini dikelola oleh manajemen yang baik. Siapa yang tidak tahu Blackberry? Sekarang dimana perusahaan itu berada?

Pahami Fundamentalnya

Kalau pondasi bangunan rapuh, rumah kena goyang sedikit juga runtuh.

Hal yang sama berlaku dalam pemilihan saham. Semakin kuat pondasi emiten yang kita pilih, semakin tahan pula sahamnya dari gonjang-ganjing pasar. Setelah tahap penjajakan, ada beberapa rasio fundamental yang bisa dipakai untuk memilih saham mana yang bagus untuk dibeli antara lain PBV, EPS, PER, Yield, NPM, ROE, DER, Cash Ratio, dll. Namun untuk pemula TS sarankan untuk memperhatikan rasio Yield, PER, PBV, DER

Spoiler for spoiler:

Secara umum rasio-rasio tersebut dihitung dengan melihat laporan keuangan perusahaan baik kuartal maupun tahunan. Tapi di jaman modern 2.0 yang semakin mudah ini, kita bisa langsung melihat rasio-rasio di atas lewat aplikasi seperti RTI, Stockbit dll.

Spoiler for Ringkasan rasio fundamental:

Namun bila kita sudah menemukan saham-saham dengan kriteria di atas, apakah lantas menjamin bahwa saham tersebut memiliki prospek yang bagus ke depannya?

Sudah tentu jawabannya tidak. Sebab selain analisis fundamental, kita juga memerlukan analisis lainnya untuk memperkuat pondasi, yaitu analisis teknikal.

Implementasi analisis ini lebih mengarah kepada pergerakan harga saham untuk mengetahui harga entrypembelian. Namun analisis ini lebih efektif untuk aktifitas perdagangan saham jangka pendek/menengah dengan memanfaatkan fluktuasi harga pasar. Walaupun begitu, tak lantas para investor jangka panjang tidak memperhatikan indikator teknikal juga. Gan-Sis tidak mau juga kan, udah ketemu saham yang rasionya cocok, tapi ternyata harganya sedang mengalami masa downtrend. Walaupun bluechip tapi kalau sedang downtrend, ya, TS tidak mau masuk. Nah, trend harga ini bisa kita lihat dengan menggunakan analisis teknikal.

The Eighth Wonder of The World

Ini kata Albert Einstein, ya, jadi bukannya saya mau sok keminter.

Yang dimaksud keajaiban oleh Mbah Einstein tersebut adalah compund interest. Apa itu compound interestdan kenapa bisa disebut ajaib? Secara singkat compund interest adalah bunga berbunga yang memungkinkan kita untuk mendapat tingkat return lebih tinggi daripada bunga tunggal yang konvensional. Pada penerapannya, perhitungan compund interest dapat dilihat pada tabel di bawah.

Spoiler for spoiler:

Dengan catatan, perhitungan di atas mengacu pada strategi Agan-Sista untuk masuk di investasi jangka panjang dan pada saham yang memberikan deviden yieldtinggi. Contoh implementasinya seperti ini.

Spoiler for spoiler:

Inilah maksud yang TS sebut di awal, kita suruh uang kita kerja rodi untuk masa tua kita. Memang, prosentase DPR (deviden payout ratio) tiap tahun akan berubah menyesuaikan dengan laporan keuangan, namun dengan jumlah lembar saham yang terus terakumulasi tentu nominal deviden yang kita terima tetap semakin besar. Namun penerapan ini berbeda bila Gan-Sis memutuskan untuk membeli saham dalam jangka pendek dengan mengharap capital gainsaja. Ada ilmu lain untuk ini.

Lalu bagaimana kalau nasib kita seperti para investor BUMI?Lagi, seperti yang TS sebut di awal, lakukan dengan cara yang benar. Kerjakan PR sendiri, tidak termakan pom-pom orang lain. Selain itu kita harus selalu aware dan update dengan berita terkait pasar modal supaya kita tetap waspada apabila ada isu-isu krisis yang dapat mengancam kondisi portofolio kita.

Pada akhirnya, keputusan untuk memilih dan mengelola instrumen investasi ada pada diri kita masing-masing. Saham hanyalah salah satunya.

Akhir kata TS undur diri.

Sekian dan terimacendol

Artikel : Mantapmantapman

Tak Kenal Maka Tak Saham

andrerain5Avatar border
andrerain5 memberi reputasi
1
567
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Saham
Saham
3.7KThread1.8KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.