Menjadi Bucin itu berat, loh. Butuh perjuangan ekstra dan pastinya melelahkan. Tolong hargai itu.






Nah, agan dan sista pernah dong punya pasangan yang bucin-nya kelewatan batas. Pasti rasanya bakal meresahkan, bukan?
Sebagai pasangan yang memiliki pasangan yang bucin itu sebenarnya termasuk orang yang beruntung sih, menurut ane. Ya meskipun rasa-rasanya kita seperti tak punya ruang yang bebas. Tapi setidaknya, mengetahui bahwa ada orang yang mencintai kita sampai sebegitunya. Orang yang rela menjadi gila demi kita adalah suatu harga yang pantas. Sesuatu yang nilainya tidak bisa dibeli oleh mata uang manapun.
Sebab, menjadi bucin itu berat loh gan and sis. Karena ada beberapa logika yang diberantas oleh orang itu karena cintanya kepada kita.
Coba bayangin, beratnya memikirkan orang, yang bahkan bisa jadi orang bucin itu lupa memikirkan dirinya sendiri.
24 jam setiap harinya, pasti semua rasa dicurahkan kepada pasangannya. Belum lagi ada orang-orang yang terlupakan hanya untuk pasangannya itu. Keluarga, teman-teman, dll.
Menjadi bucin juga memerlukan banyak tenaga. Wara-wiri ke sana-sini demi si buah hati. Siap siaga 24 jam demi pasangannya. Atau bahkan diam-diam menjaga keselamatan atau hanga sekadar memantau keadaan pasangannya. Beeuuuhhh, berat, gan.
Senantiasa mengirim pesan atau menelepon pasangannya juga perlu biaya juga kan? Bahkan meskipun itu hanya sekedar chat-chat yang kadang justru berujung pada pertengkaran. Yang jelas, si bucin selalu melakukan itu agar pasangan tidak melupakan atau amit-amit, bermain perasaan dengan yang lainnya. Padahal justru, karena pasangan bucin itulah, yang kerap dijadikan alasan seseorang untuk melakukan perselingkuhan.
Maka demi cinta dan rasa kemanusiaan, tolong hargai pasanganmu yang bucin. Apalagi kalau tingkat bucinya seperti yang tergambarkan di meme di atas.
Kelar hidupnya, hanya demi mencintai kamu. Iya kamu...