Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

trfpajakgbrtAvatar border
TS
trfpajakgbrt
Blak-blakan Sri Mulyani Soal Korelasi Utang & Resesi RI!
 Blak-blakan Sri Mulyani Soal Korelasi Utang & Resesi RI!

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan perekonomian Indonesia sangat tertekan oleh pandemi Covid-19. Tekanan ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang negatif secara berturut-turut dan membawa Indonesia ke jurang resesi.

Di sisi lain, tekanan ke perekonomian ini membawa pemerintah harus menarik utang secara besar-besaran. Utang dilakukan karena penerimaan negara yang anjlok akibat banyak lapangan usaha yang terdampak Covid-19.

Utang yang naik signifikan ini tentunya berdampak pula ke defisit anggaran yang semakin melebar. Di mana defisit anggaran pada 2020 ditargetkan 1,8% melebar signifikan menjadi di atas 3%.

"APBN yang bekerja sangat luar biasa, terlihat timbulkan defisit cukup signifikan. 2020 meningkat ke 6,1% dan tahun ini 5,7%. Ini sebabkan tren utang negara-negara meningkat saat ekonomi menurun, merosot," ujarnya dalam webinar BPK, Selasa (15/6/2021).


Menurutnya, pinjaman harus dilakukan pemerintah untuk membiayai belanja negara yang meningkat signifikan untuk menangani dampak dari pandemi Covid-19. Berbagai macam bantuan diberikan oleh pemerintah mulai dari insentif bagi lapangan usaha, UMKM dan bantuan sosial sembako hingga bantuan langsung tunai bagi kelompok bawah.

Ia menjelaskan, ini tidak hanya dilakukan oleh Indonesia tapi hampir seluruh negara di dunia. Ini tercermin dari utang dan rasio utang negara-negara ini yang meningkat tajam.

Bahkan dibandingkan negara lainnya, Indonesia masih dalam posisi moderat, karena perekonomian negara lainnya adalah yang lebih tertekan dalam. Selain itu, dari posisi utang, banyak negara yang alami defisit anggaran hingga double digit.

"Namun dengan 6,1%, defisit kita tidak kita katakan bahwa kita tidak perlu waspada, namun negara lain jauh lebih apakah dihitung dari debt to GDP rasio dan nanti terkait beban utang," jelasnya.

Kebijakan tersebut diklaim menempatkan ekonomi Indonesia tidak kontraksi terlalu dalam. Tahun 2020 ekonomi Indonesia minus 2,07%. Meskipun kuartal I-2021, ekonomi masih minus 0,74% namun kuartal II diharapkan bisa kembali ke jalur positif dengan pertumbuhan sekitar 7-8%.

Beberapa indikator sudah terlihat membaik. Mulai dari perkembangan manufaktur hingga neraca dagang Indonesia yakni ekspor dan impor. Diharapkan ini terus bisa dilanjutkan dan tentunya tetap didukung dengan pengetatan protokol kesehatan di masyarakat terutama pasca libur lebaran yang terjadi peningkatan kasus aktif.

Ini berharap semua elemen pemulihan bisa tetap dijaga sehingga proses perbaikan ekonomi tetap berjalan dan APBN bisa kembali sehat dengan defisit kembali ke batas maksimal 3%.

"Kita mulai harus lakukan langkah menyehatkan APBN kita dengan terus fokus sehatkan ekonomi dan masyarakat," tegasnya.



news terbaru

Spoiler for "Cek Fakta":


Guna memaksimalkan pertumbuhan ekonomi secara maksimal maka wajar kini negara menarik utang dalam dan luar negeri dengan tujuan ekonomi agar cepat tumbuh.

Pandemi adalah peristiwa langka yg langka dan tidak ada yang bisa memprediksi dan ini tentu ini mempengaruhi dunia keuangan dan sisitem ekonomi global.

Namanya juga simpan pinjam ya harus kita lakukan karena demi memajukan dan membenahi pertumbuhan ekonomi semaksimal dan secepat mungkin.

Semua keputusan pasti ada konsekwensinya ya kan

Dan adanya Kebijakan utang itu buat menyelamatkan masyarakat.

#KitaPahamUntukBersama
scorpiolamaAvatar border
raperinoaAvatar border
andrimardiAvatar border
andrimardi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.