Menyaksikan permainan Evan Dimas Darmono di laga Kualifikasi Piala Dunia Grup G Zona Asia melawan Thailand, Kamis (3/6/2021) lalu, mengingatkan saya kepada masa keemasan Evan di Timnas Indonesia U-19 era Indra Sjafri.

Pada laga yang berakhir dengan skor 2-2 ini, Evan Dimas terpilih sebagai man of the match dengan catatan 1 gol, 2 shots on target, 80 persen akurasi passing, serta 2 kali melakukan dribblingsukses.

Dalam line-up formasi resmi yang dirilis PSSI, Evan Dimas di tempatkan sebagai gelandang serang, tepat di belakang striker tunggal Kushedya Hari Yudo dalam formasi 4-2-3-1. 

Posisi ini sebenarnya merupakan posisi natural yang kerap dimainkan Evan Dimas semasa bermain di level junior. Belakangan, gelandang Bhayangkara Solo FC ini kerap bermain di posisi pivot atau gelandang tengah.

Selain mendorong posisi Evan Dimas lebih ke depan, Shin Tae-yong juga memberikannya peran "free roam" sehingga Evan bisa lebih bebas bergerak dan berkreasi di lini penyerangan Timnas. 

Peran tersebut membuat Evan Dimas terlibat dalam 5 dari 6 peluang Timnas yang tercipta di sepanjang lagi. Dari 6 peluang tersebut, 2 peluang di antaranya adalah peluang besar yang menghasilkan gol.


Agresivitas yang ditunjukan Evan Dimas pada laga kedua melawan Thailand di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022 sudah jarang sekali terlihat semenjak Evan lebih banyak bermain sebagai gelandang tengah.

Shin Tae-yong memang punya kebiasaan mengandalkan seorang gelandang serang untuk menjadi katalisator tim yang ditugaskan untuk mengemban peran "free roam" di lini tengah.

Sewaktu menjadi pelatih Timnas Korea Selatan, peran tersebut dibebankan kepada Ki Sung-yeung yang pernah bermain untuk Swansea dan Newcastle United.

Pilihan Shin Tae-yong sepertinya tepat karena Evan merupakan gelandang Indonesia paling lengkap dengan kemampuan skill, visi, akurasi umpan, dan atribut lain yang memenuhi peran "free roam". 

Siapa yang setuju boleh komen di bawah ya