Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

benonindAvatar border
TS
benonind
SEGORO GENI PART 2
part 1

SEGORO GENI PART 2

lanjutan part 1


Keesokan harinya setelah Jati Randu pulih, kami bertiga kembali melanjutkan perjalanan menapaki belantara alas Gelangglang (magelang) Yang masih menjadi hutan belantara waktu itu.

Era ini masih menjadi kawasan hutan belantara. Bagi yang ingin mengetahui sejarah berdirinya kota Magelang silahkan untuk cari kisahnya, karena terlalu panjang jika saya tuangkan di sini.

Di pengembaraan kami bertiga saat menapaki perbukitan dimalam hari, kembali kami dihadang oleh makhluk tinggi besar dengan wajah menyeramkan.

Taring yang sangar menjadi gading disela bibir besar nya, mata yang merah melotot, badan berkulit hitam
dan dipenuhi bulu seperti beruk gunung. Hanya mengenakan selembar kulit pohon tua untuk menutupi bagian auratnya.

Suara yang serak menyeramkan itu mulai tertawa dan berkata.

"Hahaha...anak manusia!! Akan ku jadikan kalian makan malam ku" Tutur demit tersebut.

Makhluk jenis Gendruwo ini menghadang perjalanan kami bertiga, dengan cakarnya dia menggaruk-garuk rambut gimbalnya.

"Siapa kisanak. kami hanya mau melanjutkan perjalanan dan sekedar lewat di daerah bumi Tidar ini" Jelas Jati Waringin kepada raksasa berbulu itu.

"Aku utusan kyai semar sesepuh Tidar. jika kalian melewati area ini maka kalian akan jadi makan malam ku!! hahahahaa" Ucapnya.

"Kyai semar sudah tertunduk oleh kanjeng kyai Subakir juga kanjeng kyai Jangkung. kami sanak cucunya hanya melakukan perjalanan kearah timur"

Hingga makhluk itu tertawa dan angin meniup disekitaran area itu.

Aku mengucapkan dua nama itu seketika Gendruwo hitam itu menghilang, seakan takut mendengar dua nama kanjeng kyai tersebut.

Mengukir sejarah tidak hanya dengan prasasti, namun kebatinan yang memadai akan mengukir momen sejarah yang mana hanya segelintir manusia yang faham.

Kedigdayaan yang mampu mengalahkan sumber ilmu hanya keluasan rasa sabar yang tidak berujung. Miliki ilmu sabar itu, maka akan menguasai ilmu hak yaitu ilmu yang disebut ilmu tutupan jagad dan dikenal sebagai ILMU IKHLAS.

Perjalanan tiga sahabat ini masih sangat jauh hingga banyak peristiwa yang mereka lalui. Sementara keberadaan kakek sakti itu belum juga ditemukan.

Penelusuran tanah demi tanah yang angker dengan penuh prahara selalu mudah mereka lalui. Seakan perjalanan mereka bertiga sudah di ridhoi atau mendapat perlindungan khusus dari Tuhan.

Tanah Tidar mereka lalui dan terus menyusuri angkernya alas Gelangglang. Kini mereka memasuki sebuah desa yang dilanda pagebluk. Gagalnya panen, tanah kering tandus, rakyat yang dilanda kelaparan.

Siang yang menyengat membakar bumi. Angin berhembus meniupkan debu dan ranting-ranting kering.

"Kenapa disini tanah begitu kering, sementara kita baru saja keluar dari lebatnya hutan" Seruan ku kepada Tunggal Jati.

"Apakah tanah ini terkena kutukan Kang??" Tanya Jati Waringin

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan bumi yang kita pijak ini kang" Imbuh Jati Randu ikut membahas.

"Sebaiknya kita segera mencari sumber air agar tidak terpanggang di bumi yang tandus ini kang" Ajak ku kepada mereka berdua

Sejauh kaki ini menapaki tanah kering yang terbelah, kami di sambut sebuah desa yang hampir semua penduduknya dilanda kelaparan.

Mayat bergelimpangan dipelataran rumah, ruak burung gagak banyak berputar-putar di angkasa. Hingga ada anak kecil kurus kering tanpa daya dan tenaga merangkak ke arah kami.

"Lapar... haus" Suara rintihan bocah tak berdaya, di akhiri dengan debu berhembus dari nafasnya.

"Mati dia kang" Ucap Jati Randu yang mengecek nadi bocah itu

"Ini pagebluk dari mana, sampai begini keadaan negri" Mengiba ku pada mereka yang nanar menyaksikan semua ini.

"Kita bergegas bergerak kang, sebelum mati kehausan seperti mereka" Ajak Jati Waringin

"Kita jalan, setelah menemui mata air, bawa kesini untuk manusia yang masih hidup" Pungkas ku.

Sampai ditengah perjalanan kami menemukan sebuah candi yang mengeluarkan air panas dan berbau belerang. Seakan seperti sebuah pemandian yang ditinggalkan dimasa itu.

Daerah ini dikenal dengan CANDI UMBUL.
Menjadi salah satu tempat wisata saat ini.

Menurut sejarah yang saya tau tempat ini merupakan tempat pemandian putri raja dari kerjaan Mataram kuno. Selain itu pemandian ini juga untuk ritual kesatria mataram.

Sampai disini, kami mencari sumber air yang bisa diminum, namun nihil. Yang ada hanya dua buah kolam berisi air mendidih karena belerang.

"Kalian mencari apa ketanah ini" Terdengar suara orang lain dibarengi munculnya sosok putri muda yang sangat cantik.
"Kami mencari air untuk kehidupan kanjeng ratu" Jawab ku dengan menyimpulkan wanita ini seperti putri dari sebuah kerjaan.

"Jangan panggil aku seperti itu, nama ku ENGGAR KLUWUNG UNGU abdi dalem yang diutus keraton kidul untuk melihat bumi yang dilanda kegersangan karena sebuah dosa anak manusia" Jelas bahwa sosok ini seorang abdi dalem dari kerjaan selatan yang diutus untuk melihat keadaan saat itu.

"Maaf gusti, siapa gerangan manusia yang melakukan kesalahan itu??" Tanya Jati Waringin yang mewakili pertanyaan kami semua.

"Ada seorang manusia yang gagal menyelesaikan pertapaannya, karena tidak mampu membendung godaan hawa nafsunya sendiri yang menjadikan dampak kemarau ini sebagai pengganti kesalahannya" Jawab Gusti Enggar.

"Ilmu seperti apa itu hingga kegagalannya berdampak keseluruh Negri??" Tanya ku heran akan penjelasan itu.

"Ilmu iblis betara karang. Mengharap keabadian hidup dengan persekutuan manusia dengan iblis" Jelas Gusti Enggar.

Ilmu sesat ini yang melakukan harus bersekutu dengan iblis dan melakukan pertapaan untuk kesempurnaan ilmu. Merubah raganya menjadi jenglot (betara karang).

Keabadian di dunia hanya tipu daya iblis dan pengikutnya. Menciptakan berbagai ilmu termasuk betara karang, rawa rontek.

dan banyak ilmu hitam lainnya.
Untuk itu pelajari keilmuan dengan landasan iman yang kukuh. Semakin tinggi kedudukan manusia akan semakin halus rayuan tipu daya syetan, untuk itu belajarlah ilmu hak, ilmu yang turun dari illahi.

Betapa panjangnya perjalanan mbah Mojo Geni mencari guru dalam hidup. Ambil hikmah dari kisah ini, buang yang tidak selayaknya dipakai.

Di negri yang mengalami pagebluk, kemarau panjang, kelaparan, hingga kematian penduduk di bumi timur alas Gelangglang.

Kami yang menemukan sebuah candi dengan sumber mata air panas, serasa sia-sia karena air yang mengandung belerang itu tidak dapat diminum, hingga munculnya dayang ENGGAR KLUWUNG UNGU yang menceritakan bencana yang melanda negri ini.

"Bagaimana kami menemukan air agar bisa diminum dan menyelamatkan penduduk yang lain gusti putri??" Tanya ku kepada sosok itu

"Akan ku tolong niat mulia kalian bertiga" Balasnya.

Seketika dia mencabut sebuah sindik konde yang melekat di rambutnya dan mencelupkan ke salah satu kolam air panas yang bercampur belerang itu, seketika air itu berubah rasa, jernih dan bisa diminum.

"Minum lah dan bawa sebagian air ini untuk kehidupan rakyat" Ucap nya.

"Terimakasih gusti putri" Ucap ku atas pertolongannya
"Berterimakasih lah kepada tuhan yang memberikan air kehidupan itu, lanjutkan langkah kalian bertiga sampai ke bukit di timur negeri ini" Pungkasnya.

Ucapan terakhir dan pertemuan ku dengan dayang Enggar Kluwung Ungu, ia berpamitan kemudian menghilang dengan meninggalkan hembusan angin yang sangat wangi.

Singkat cerita

Kami kembali menapakkan kaki di bukit yang gersang dan akhirnya menemukan kakek sakti itu sedang melakukan semedi atau bertapa. Cukup lama kami menunggu, sekitar tiga minggu, kemudian beliau menghentikan lelaku yang sebelumnnya.

terlihat sinar berwarna putih dari langit masuk ke tubuh nya.
"Wes sak wetoro aku nunggu laku mu"
(Sudah cukup lama aku menunggu perjalanan mu) Ucap kyai sakti itu.

"Njih kyai, katah prahoro ingkang ingsun lampahi wonten sak lebet ing lampah muniko"
(Iya kyai, banyak prahara yang saya jalani didalam perjalanan itu) Ucap ku menjelaskan selama perjalanan yang kami alami selama ini.

"Yo, ngertio, sesok bakal niro kabeh sakseni bumi kene bakale subur makmur, gemah ripah luh jinawi"
(Ya, mengertilah, besok kalian semua akan menyaksikan bumi ini kembali subur dan makmur, kecukupan dengan segala hasil bumi).

"Sendiko ngestok aken kyai"
(Siap menyaksikan itu kyai)
Keesokannya, Hingga kami bertiga mengikuti langkahnya turun bukit mencari sebuah batu dan berdoa di sana. Keluar lah mata air yang deras nan jernih. Setelahnya kyai itu berkata.

"Iki sumber panguripan tirto joyo"
(Ini sumber kehidupan tirta jaya)
Disini, saat ini menjadi sebuah desa yang sangat subur dengan panen yang melimpah, peternakan ikan yang sangat bagus. Desa ini dikenal dengan DESA TERTO.

Setalah beberapa hari kami kembali ke pesanggrahan beliau dan memulai penggemblengan raga juga kebatinan.
Dimulai dengan mandi di Sendang (mata air) tirta dimalam selasa kliwon dan memulai pengamalan puasa ngidang selama tiga hari,

dilanjut dengan puasa mutih tujuh hari, selesai sholat fardu diamalkan ilmu lembu sekilan.

Jadi mbah Mojo dan Tunggal Jati dibaiat ke muslim, sebelumnya mereka bertiga adalah orang yang tidak mengerti ajaran ilmu Tuhan.

Ilmu lembu sekilan yang Terwariskan oleh kyai itu sudah mereka dapati dengan pesan yang mesti dibawa.

"Niro kabeh yen dadi kamanungsan, dadio kamanungsan kang berbudi luhur, nembah manah marang gusti pengeran, jaduk dudu ukuran ngelmu nanging dadio sebarang dadi kesatrio ning gusti pengeran. Nunduk marang adap asor, angayomi marang kabeh kagesangan".

"Niro kabeh yen dadi kamanungsan, dadio kamanungsan kang berbudi luhur, nembah manah marang gusti pengeran, jaduk dudu ukuran ngelmu nanging dadio sebarang dadi kesatrio ning gusti pengeran. Nunduk marang adap asor, angayomi marang kabeh kagesangan".

(Kalian semua jika jadi manusia, maka jadilah manusia yang berbudi luhur, menyembah berpasrah diri kehadirat Tuhan, sakti bukan ukuran ilmu namun jadilah kesatria nya Tuhan. Bertunduk terhadap kelemah lembutan, mengayomi semua yang hidup).


Pedekar atau kesatria itu mereka yang memiliki kesabaran yang luas, mempunyai ungkapan maaf dan saling memaafkan.

Kesatria sejati hanya dimiliki oleh manusia yang berjalan ke arah kebenaran, menumpas kebatilan (amar ma'ruf nahi munkar)

Belum sampai disini perjalanan mbah Mojo Geni dan Tunggal Jati untuk ilmu lembu sekilan. Mereka akan tetap mencari Jati diri dengan ilmu lainnya.

Dengan menyaksikan sebuah kejadian Negri yang dilanda kemarau, muncul sebuah sumber mata air yang menjadi air kehidupan yang diberi nama Terto joyo. Melakukan pengamalan lembu sekilan sudah mereka lalui dan kini menuai perintah dari sang kyai.

"Siro kabeh nerimo dawuh ingson ing Negoro kulon ono geger ing ontran-ontran, rampung ono kanti pangestu ku" Perintah kyai kepada ku dan Tunggal Jati untuk menyelesaikan sebuah kegaduhan atau penjajahan di Negri barat.

(Kalian semua menerima perintah ku, di negara barat terjadi sebuah prahara yang menggemparkan, selesaikan dengan restu ku)

"Tansah minapi dawuh kyai"
(Siap menerima titah dari kyai).

Dimalam itu dengan berbekal restu, mereka melanjutkan perjalanan.

Singkat cerita.

perjalanan mereka telah sampai ke barat Negri, sebuah tanah yang dipimpin oleh kerajaan mataram di masa Amangkurat. Peperangan melawan Belanda di bumi Urat sewu.

Dengan bergabung sebuah laskar yang dibentuk oleh pejuang Tanah air, kyai Haryadipa atau yang dikenal masyarakat Pangeran Diponegoro.

Sesampainya di negara Ambalresmi kami bertiga mengikuti peperangan, yang jelas terang-terangan tubuh ini menjadi tameng muntahan amunisi Belanda tanpa ada nya pelindung, hanya mengandalkan kedigdayaan keilmuan.

Menonjolnya kami di peperangan itu menjadi pemandangan istimewa dimata Kyai Singadipa yaitu tangan kanan dari kyai Haryadipa.

"Sopo sejati niro kabeh, jadok tanpo tedeng aling-aling??"
(Siapa sejati kalian semua, kebal tanpa sebuah tameng perlindungan).

"Abdi dalem namung kamanungsan lumrah kyai, ingkang di pun utus kyai sabrang wetan" Jelas ku kepada panglima perang.

(Saya ini hanya manusia biasa kyai, yang datang Dari utusan kyai sabrang Timur).

"Alhamdulillah, niro anak ku kerso suwan ing negari kulon" Ujar kyai Singadipa.
(Alhamdulillah, kalian anak ku mau datang ke negara selatan)

"Tansah ngestokaken dawuh kyai"
(Siap menerima perintah dari kyai).

Jawaban kami bertiga yang siap mengemban tugas pramesti ing jagad (yang dikenal secara global menjadi bumi pertiwi Indonesia)

Malam itu bersama laskar yang dipimpin kyai, kami menuju sebuah negara diujung selatan. Menjadi tempat persembunyian kyai Haryadipa.

Sebuah negara tersembunyi yang berada di tanah berkapur dan rintangan akar yang menjadi benteng di Goa Selarong. ( lokasi saat ini ada di Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta).

Disini kami mengikuti gerilya peperangan dan mengamalkan sebuah ilmu yang diwariskan oleh kyai sakti mandra guna Singadipa.

Ilmu saipi angin dan ilmu Lebur saketi.

Dengan beragam ilmu kesaktian yang telah ditularkan oleh kyai pemilik tombak, kyai Genjring mendaulatkan sebuah tugas.

"Siro anak ku narimo titah ingsun, sabrangono sak pinggiran urat sewu"
(Kamu anak ku menerima tugas ku, menyebrangi tepian urat sewu).

Aku yang menerima perintah untuk menyusuri urat sewu untuk mengintai pergerakan kompeni dan menjadi telinga guna mencari tau info di dalam kumpulan penjajah itu.

"Sendiko anggemban dawuh kanjeng kyai"
(Siap mengemban tugas dari kanjeng kyai)
Dimalam itu, aku melangkah meninggalkan goa selarong kembali ke Sepenanjung selatan yang dikenal masa itu urat sewu.

Singkat cerita, karena sudah sering melakukan pemusnahan mata-mata penjajah, akhirnya aku dicurigai oleh beberapa antek-antek kompeni yang sebagian besar merupakan pendekar sakti aliran sesat.

Pertempuran dengan beberapa jawara, kaki tangan penjajah tidak terelakan lagi hingga mendapati sebuah pertempuran yang sangat susah untuk ditandingi.

Pertempuran yang sampai tiga hari tiga malam disebuah hutan, tidak dimenangkan oleh siapapun. Tidak ada yang terluka dan tersakiti karena sama kuat dan memiliki kanuragan. Walaupun berbeda namun fungsi dan kegunaan tetap sama.

"Kita sudahi pertempuran ini, sampai kamu datang kembali mencari ku dengan kanuragan sakti mu" Tantang pendekar sakti.

"Aku akan kembali untuk bumi pertiwi, untuk menyelesaikan kepedihan rakyat Ki Nandru" Ucap ku.

"Kembalilah bawa kesaktian mu" Jawab Nandu Braholo dengan kesombongannya.

Ki Nandru Braholo. Pendekar yang memiliki ajian andalannya rawa rontek juga buto braholo ijo, yang bisa merubah dirinya menjadi buto raksasa yang kuat dan mengerikan.

Sekuat apa pun kebatilan akan musnah rata dengan tanah lewat tangan-tangan kebenaran.

Muliakan diri dengan kekuatan iman, maka akan memenangkan diri untuk menduduki singgasana kehidupan.

Akan kita kupas lebih dalam langkah demi langkah mbah Mojo Geni dengan manglimunan tinggi.

Masih dalam kisah pencarian ilmu jati diri. Sejatinya pertarungan dengan Ki Nandru Braholo yang berlangsung selama tiga hari tiga malam tidak ada kemenangan atau kekalahan.

Kasekten aji barang sudah semaksimal mungkin dikerahkan, hingga berkali-kali perubahan wujud Ki Nandru menjadi sebuah buto raksasa pun tidak terelakan karena ia memiliki ilmu sakti Buto Braholo Ijo.

Pukulan aji Lebursaketi yang bisa membakar jiwa manusia, sama sekali tidak bisa menembus pertahanan tameng wojo yang di miliki Ki Nandru.

Sampai perkelahian ditengah belantara yang disaksikan oleh para lelembut penunggu Urat Sewu hanya membuahkan lelah. Hingga Ki Nandru Braholo menghentikan perkelahian, lalu menyuruhnya pergi dan kembali setelah memiliki ilmu sakti yang lebih mumpuni.

"Kasaktian apa lagi yang mesti aku gali" Tanya ku yang masih membuat resah batin.

Mulai kutinggalkan Negri Barat dan dua sahabat ku Tunggal Jati di Goa Selarong bersama para kyai dan laskar pejuang.

Sungguh kegelisahan itu membuatku sangat menyelimuti hati. Terdengar suara seperti menuntunku.

"Jika kamu ingin sebuah mantra aji sakti tanpa tanding maka ikutlah dengan ku" Suara wanita tanpa wujud.
"Siapa nyai? silahkan wujudkan dihadapan ku" Jawab ku penasaran.

"Kisanak, kamu harus memiliki keteguhan hati, jangan terlena dengan kesedihan yang dibisikkan setan, yang sebangsa dengan ku. Mereka hanya mampu mengikis keimanan juga memberi keresahan hati"

Hingga sebuah kabut melintas lalu sosok putri dari negara ghaib itu menampakkan dirinya.

"Nyai dewi" Ucap ku terkejut karena yang muncul dihadapan ku kini ternyata dayang Enggar Kluwung Ungu.

"Ikut lah bersama ku kisanak, aku akan mengantarkan engkau di sebuah tempat untuk lelaku" Ucapnya.

"Saya akan ikuti kemana nyai dewi pergi, tunjukan pada ku tempat itu" Pungkas ku.

Ku ikuti langkahnya yang hanya memberikan suara melalui pendengaran ghaib, telepati. Arahan itu menyuruh ku untuk menginjakkan di kaki di Gunung Lawu. Disebuah goa yang membentuk seperti sumur. aku melakukan hening lelaku pertapaan di sumur jala tunda sampai mendapati ilham.

"Bangun lah kisanak, lanjutkan lelaku mu di curuk Madakaripura"

Bisikan subuh terdengar, dengan sekedip mata, kini tempat ku sudah berpindah di negeri sapih.

Curug ini dikenal tempat pertapaan sang maha patih di tempo dulu. Sebuah tempat lelaku, dimana Gajah Mada mendapat kan ilmu sakti aji mundri.

Pertapaan dilakukan selama kurang lebih dua tahun, hingga ilham kesaktian itu telah ku dapatkan.

Dengan mengalahkan semua siluman macan putih yang menjadi penunggu curuk Madaripura.

Nyai dodo putih adalah siluman macan putih yang memberikan mustika mundri, hingga aku dapat menggunakan ilmu ini sebagai panutup pasocan (menghilang dari pandangan).

"Tanpo pawarto bayu, tanpo sanak kadang ngge gayuh manglipuran ngelmu sejati, ugem tirakat kati nyirep roso kadonyan. Bileh dadi Mongol dadio kesatrio, bileh mati mergo kundur ing kamulyan pengeran".

(Tanpa kabar angin, tanpa sanak saudara menggapai kemenangan ilmu sejati, menjalankan pertapaan mematikan hawa nafsu duniawi. Jika jadi manusia maka jadi lah kesatria, bila mati, karena pulang disisi kemuliaan tuhan).

Menapaki dunia ilmu harus menganut adab, perilaku yang mempuni, meminta restu kepada orang tua agar ilmu yang disandang itu bermanfaat, hormat dan patuh pada guru wujud rasa hormat yang mencerna tauladan pembimbing. Belajar tanpa restu dan doa, ilmu Akan jauh dari manfaat.

Siapa mbah mojo geni dan kakek sakti itu? Akan ada jawabannya.

Pertapaan yang dilakukan dalam dua tempat disumur jolo tundo gunung Lawu dan dilanjut dicuruk Madaripura. Disinilah mbah Mojo mendapatkan aji sakti, dengan mengalahkan terlebih dahulu danyang Nyai dodo putih yg merupakan siluman macan putih penunggu Madaripura.

Langit sore yang menghitam menghalang bias mentari membakar langit, tetesan gerimis dan kilatan halilintar menjadi teman perjalanannya meninggalkan tempat pertapaan yang ditempuh dua tahun Lamanya.

"Aku akan segera menyelesaikan kepedihan Rayat, harus aku selesaikan perhitungan ku dengan Belanda jaga Nandru Braholo" Batin yang terus berkecamuk amarah, tatkala terjajahnya bumi pertiwi, aku menuju Barat untuk segera menyelesaikan tugas yang dituntun oleh batin.

Aku menyempatkan mampir di sendang Tirta Jaya untuk mandi, membasuh diri setelah pengamalan lelaku.

Setibanya di alas Gelangglang, tanah yang dulu dilanda kemarau panjang telah berangsur membaik, persawahan yang tandus terlihat menghijau dengan bibit padi yang digarap oleh penduduk, jalan berdebu kini ditumbuhi rumput liar.

LANJUT DI PART 3.
Diubah oleh benonind 03-06-2021 15:48
bukhoriganAvatar border
redricesAvatar border
cos44rmAvatar border
cos44rm dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.9K
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.