Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fauzulfaqihAvatar border
TS
fauzulfaqih
Analisis di Tengah Tren rading
Analisis di Tengah Tren rading
Dalam bukunya Tony Robbins beliau mengatakan bahwa dalam hidup ada 2 hal yang pasti yaitu pajak dan kematian. Ngomongin soal kematian, fase yang kita alami adalah bertumbuh, bertambah tua,dsb. Dari fase tersebut kita mengalami perubahan. Sebenernya ga ada kaitan sama kematian sih wkwk . Oke, jadi topiknya kita ganti. Katakanlah pembaca ingin melakukan suatu perubahan apakah itu mau punya badan six pack, nurunin berat badan, jadi milyarder, atau punya impian lain. Kalau pake konsepnya James Clear lo bakal dapetin keuntungan positif yang nilainya lebih banyak daripada kerugian yang bakal diterima.
Analisis di Tengah Tren rading

 

Kenapa make 1%? Ya karena itulah angka minimum untuk mampu menghasilkan perumbuhan eksponensial. Formulasi berikut merupakan perhitungan yang cukup rasional untuk mengukur perbandingan antara keuntungan dan kerugian yang kita terima. Satu persen di hari pertama mungkin belum memberikan cukup banyak efek. Tapi, apabila dikalkulasikan dalam setahun angkanya cukup jauh. Dan hal ini akan membentuk gap yang besar antara perubahan kecil-kecilan yang tadi dilakukan dengan tidak melakukan perubahan sama sekali atau bahkan lebih jauh lagi dengan perubahan yang kontras dengan impian.

 

Kalo lo dapetin 1% lebih baik tiap harinya dalam setahun, lo bakal dapetin 37x lebih baik dari titik awal lo mulai - James Clear

 

Kira-kira seperti itulah punchline dari saudara James Clear.

 

Terus kaitannya dengan gambling with IHSG tuh apa? Ok let me try.
Menurut saya “peluang lo untung di pasar saham IHSG itu lebih besar dibanding lo bakal rugi.” Hah kok bisa? Disclaimer-nya, penulis tidak tahu angka return pasti yang bakal diterima oleh pembaca.

 

Kita semua setuju kalau negara menginginkan perubahan. Negara mana yang tidak menginginkan ekonomi yang stabil, apabila kita merujuk ke dalam pembukaan UUD’45, dikatakan bahwa “…dan untuk memajukan kesejahteraan umum,”. Kesejahteraan umum menjadi salah satu misi oleh negara kita yang dapat diperoleh dengan banyak cara sala satunya menstabilkan ekonomi. Lagi-lagi kestabilan ekonomi pastinya butuh perubahan. Jadi negara kita sudah melakukan perubahan, contohnya apa? Era baru adanya bank dan jasa keuangan, adanya tax amnesty, dan pada saat ini ekonomi digital kita mampu melahirkan empat unicorn dan mungkin beberapa diantaranya sudah menjadi decacorn.

 

Yang menjadi pertanyaan, apakah IHSG konsisten dalam 1% better tersebut? Jawabannya tidak. Index negara kita beberapa kali telah mengalami fluktuasi harga yang menciptakan gap yang besar, dengan decline yang cukup tajam pada masa krisis 2008 (subprime mortgage di Amerika) yang mengakibatkan penurunan 30% dalam kurun waktu 20 hari. Ada juga kasus 2015, 2018, you name it. Faktor eksternal (ekonomi makro) menjadi halangan dalam perubahan tersebut, akan tetapi faktanya arithmetic return IHSG per Jan 04, 2000-Juni 08, 2020 = 624,15%, dengan nilai Compound Annual Growth Rate (CAGR)= 10,41%. Tidak konsisten namun dilihat dari nilai return-nya cukup beneficial.

 

Long term investment menjadi kunci dalam gambling saat ini, seperti kata Warren Buffet “Our favorite holding period is forever. Belum forever, masih dalam periode 20 tahun investor sudah memperoleh return yang signifikan.

Jadi peribahasa “sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit” memang benar adanya hehe.

Disclaimer: Tulisan ini hanya untuk sementara dibenarkan, don’t trust me but do your own research.


Analisis di Tengah Tren rading


Ditengah rame nya merger antara Tokopedia dan Gojek, pada tulisan berikut ini, saya yang masih underdog ini mencoba merangkum alasan dari dua sudut pandang mengenai mengapa ritel tidak disarankan membeli saham yang baru IPO.

 

Seperti mobil yang baru dimodifikasi dan akan diperjual-belikan di pasar, body-nya di cat ulang, spare-part-nya diganti,dsb — udah pasti akan menjadi rebutan para penggila mobil. Akan tetapi kita tidak mengetahui mesin (performa) mobil tersebut. Hal ini ibaratnya sama dengan perusahaan yang baru “dihias” berhubung karena sahamnya mau dilepas ke publik agar para investor maupun ritel berbondong-bondong membeli si perusahaan akan tetapi kita tidak tahu bagaimana prospek dari perusahaan tersebut.

 

1.     Analisis Fundamental

I’m not buying the Uber IPO, but I’ve never bought any IPO.

Tutur seorang value investor Warren Buffett dalam sebuah acara interview CNBC terkait mengenai saham IPO. Tidak heran kalau seorang W.Buffett mengatakan hal seperti itu. Value investing sudah mendarah-daging dalam pemikiran beliau untuk bertempur di pasar modal. Seperti yang kita ketahui, analisis fundamental membutuhkan track record yang berwujud dan tertuang sebagai laporan keuangan untuk mengetahui baik/buruknya suatu perusahaan. Sederhananya, seorang value investor memiliki prinsip dalam membeli sebuah saham, yaitu murah dan berfundamental bagus. Murah atau tidaknya sebuah saham bisa diukur dengan dua rasio dimana rasio ini yaitu PER dan PBV. Lagi-lagi ngomongin fundamental, apa sih yang dilihat dari fundamental? Pada umumnya analisis fundamental melibatkan rasio-rasio dalam keuangan perusahaan, antara lain ROE, ROA, DER, dan DPR. Untuk menganalisa rasio-rasio tersebut diperlukan data minimal 5 tahun agar lebih efektif.

 

Track record menjadi poin penting bagi value investor untuk mengetahui bagaimana prospek kerja suatu perusahaan, nyatanya, perusahaan IPO belum memiliki data tersebut.

Analisis di Tengah Tren rading

 

Lagi-lagi perusahaan IPO belum memiliki data mengenai rasio-rasio keuangan tersebut di atas yang pada akhirnya menyulitkan value investor untuk menentukan apakah perusahaan tersebut sedang di harga yang murah atau sebaliknya.

 

2.     Analisis Teknikal

Sudah jelas apabila analisa teknikal tidak dapat diterapkan pada saham yang baru saja IPO. Seperti yang diketahui, analisa teknikal membutuhkan data historical-price yang setidaknya memenuhi kriteria untuk membentuk tiap-tiap pattern.

 

Kesimpulannya, kedua sudut pandang berikut merespon negatif mengenai pembelian saham IPO akan tetapi saya sendiri tidak mengatakan kalau semua saham IPO itu tidak akan menghasilkan return positif. Faktanya, ada banyak perusahaan IPO di Indonesia contohnya saham BHAT(Bhakti Multi Artha Tbk.) yang telah menghasilkan positive return senilai 142,7% (per 08/06/20), sejak melantai di bursa efek pada 15 April, 2020. Ada juga saham KBAG(Karya Bersama Anugerah Tbk.) melantai di bursa efek pada 8 April, 2020, yang sampai saat ini telah menghasilkan positive return senilai 222% (per 08/06/20). Akan tetapi, kurang lebih ada 500-an (mungkin lebih) perusahaan yang dapat kita teliti di bursa efek, sehingga kita tidak cuman beli kulkas dalam karung.

 

Disclaimer: Tulisan ini hanya untuk sementara dibenarkan, gausah serius serius banget karna gue pun baru terjun di dunia saham.

0
218
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Forex
ForexKASKUS Official
19.6KThread3.9KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.