Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

YanuarizpAvatar border
TS
Yanuarizp
Mengenal HAMAS dan FATAH : Fraksi Pembebas Palestina
Mengenal HAMAS dan FATAH : Fraksi Pembebas Palestina

Sobat Hiking - Fraksi Hamas dan Fatah akhir-akhir ini ramai diperbincangkan karena perjuangannya melawan penjajah Israel. Di samping perjuangannya yang patut di hargai serta keberaniannya, "apakah agan dan sista sudah tau siapa itu Hamas dan Fatah?"

Hamas dan Fatah merupakan dua partai politik dominan Palestina yang memiliki tujuan yang sama yaitu membebaskan Palestina dari pendudukan Israel. Namun terdapat perbedaan ideologi antara Hamas dan Fatah, Fatah dengan ideologi nasionalis sekular sedangkan Hamas dengan ideologi Islam. Perdedaan ideologi tersebut dianggap menjadi penyebab tidak adanya kerja sama antara keduanya untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel. Berikut dipaparkan mengenai Hamas dan Fatah.

IDEOLOGI DAN PERGERAKAN HAMAS

Sejarah terbentuknya gerakan Hamas berawal dari protes atas ketidak puasan sebagian dari masyarakat Palestina terhadap perjuangan melalui jalur diplomasi seperti yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Fatah yang dipimpin oleh Yasser Arafat. Namun terbentuknya Hamas bukan semata-mata berawal dari seruan yang dilakukan oleh Syeikh Ahmad Yasin, ketika ia meminta rakyat Palestina untuk bersatu melawan militer Israel pada 14 Desember 1987 di Gaza. Namun gerakan ini sudah ada pada tahun 1930-an yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin (IM) di Palestina yang kemudian dititiskan kepada Hamas.

Stuktur organisasi Hamas memiliki basis tarbiyah dan memiliki badan pelaksana (Maqtab Qiyadi) yang melaksanakan program dilapangan, badan ini terbagi menjadi tiga divisi, yaitu divisi keamanan, militer, dan politik. Divisi keamanan bertugas untuk mengumpulkan informasi intelejen Israel, sedangkn divisi militer bertugas mengumpulkan kekuatan masa dan menyerang Israel, yang terakhir adalah divisi politik yang bertugas untuk memberikan pernyataan, publikasi, dan menyelesaikan berbagai macam permasalahan politik yang ada.

Hamas yang merupakan turunan dari organisai Ikhwanul Muslimin (IM) yang lahir di Mesir pada tahun 1928 dan memiliki ideologi Islam mewariskan ideologinya kepada Hamas. Ideologi Islam yang dipegang oleh Hamas membentuk tujuan mereka yang menginginkan berdirinya negara Islam Palestina yang merdeka dan berdaulat. Ditambah dengan kerangka “Pan Islamisme” yang melibatkan seluruh umat muslim dunia untuk bersama-sama melawan Israel, kerangka tersebut memperkuat ideologi Islam yang dianut oleh Hamas.

Hamas memperkenalkan dirinya sebagai “gerakan pembebasan dan perlawanan nasional Islam Palestina”, dan Islam dijadikan sebagai kerangka rujukannya. Gerakan Hamas ini terbagi menjadi dua bidang yaitu gerakan di bidang sosial seperti pendidikan, dan gerakan di bidang militer dengan mewadahi gerakan massal rakyat Palestina. Terbaginya fokus dari gerakan Hamas tersebut terjadi karena pada masa sebelum dikeluarkannya piagam pada tanggal 18 Agustus 1988, gerakan al-Mujamma al-Islami belum berhasil membentuk masyarakat Palestina yang berilmu, oleh karena itu Hamas berkeinginan untuk membenahi kelemahan tersebut.

Strategi gerakan Hamas di Palestina mengalama tiga fase. Fase pertama, Hamas melakukan langkah awal dengan cara membangun pendirian yang kokoh supaya memperkuat “rantai selanjutnya” dalam sebuah organisasi dengan cara membentuk generasi yang kuat dan teruji. Fase kedua yang dialami oleh Hamas yaitu konflik non-militer dengan tentara pendudukan, dan fase terakhir yaitu gerakan jihad melawan kekuatan zionis israel.

Perjuangan Hamas menggunakan senjata berkaitan erat dengan doktrin Jihad yang mereka pegang teguh, mereka meyakini bahwa “ apabila musuh-musuh Allah datang kewilayah muslim untuk merampas hak-hak kemerdekaan mereka, maka penduduk tersebut dan seluruh muslim lainnya diwajibkan melawan” (Abu-Amr, 1993).

Ideologi yang dianut oleh Hamas juga berpengaruh kepada sistem kepemimpinan mereka, Hamas memiliki sistem kepemimpinan yang disebut Majelis Syuro. Sistem tersebut merupakan sistem kepemimpinan bersama yang terdiri dari satu pemimpin yang dipercaya dan dibantu oleh beberapa orang di majelis tersebut. Hamas yang bermula dari gerakan perjuangan Palestina atau hanya sebuah organisasi saja, bertransformasi menjadi sebuah partai politik pada tahun 2005 yang ditandai dengan terlibatnya Hamas dalam pemilihan lokal yang pada akhirnya berhasil memenangkan parlemen pada tahun 2006. Gerakan yang secara de facto ini berhasil menguasai jalur gaza setelah berhasil mengalahkan presiden Palestina yaitu Mahmoud Abbas sejak tahun 2007. Ada beberapa hal yang membedakan Hamas dengan Fatah dan PLO, mereka memegang teguh pendirian bahwa “pendirian Israel sepenuhnya ilegal”.

IDEOLOGI DAN PERGERAKAN FATAH

Fatah merupakan salah satu partai politik yang paling dominan di Palestina, uniknya partai ini berdiri di Kuwait pada tahun 1959 yang dipelopori oleh sekelompok pengungsi Palestina yang memiliki ideologi nasionalis sekuler. Ideologi yang dianut membuat partai politik Fatah lebih memilih cara diplomasi dimeja perundingan dengan Israel dan mengurangi genjatan senjata yang mana bertolak belakang dengan cara Hamas. Sekularisme atau ideologi sekular banyak diartikan sebagai paham yang menolak ekstensi pengaturan sakral yang berasal dari suatu agama atau memisahkan politik dengan agama atau dengan aspek lainnya, menurut Auguste Comte hal itu dapat terjadi karena modernisasi. Pemahaman terhadap ideologi sekular tersebutlah yang membuat ideologi Islam tidak dapat menerima konsep sekular.

Strategi pergerakan Fatah pada awalnya mengandalkan genjatan senjata sama halnya seperti yang dilakukan oleh Hamas, namun Fatah juga menempuh jalur diplomasi sebagai cara mereka untuk memperjuangkan Palestina. Fatah sendiri tidak sekeras Hamas yang sama sekali tidak mengakui adanya negara Israel, justru Fatah mengakui adanya negara Israel bahkan mereka sering melakukan perundingan.

Sebelum Fatah mengambil jalur diplomasi, dulu Fatah juga aktif dalam gerakan militer bersenjata yang dinamai al-Asifah, kelompok bersenjata ini mulai aktif bergerak pada tahun 1965, kelompok tersebut bermarkas di Tepi Barat, Gaza, dan di beberapa negara Arab lainnya. Al-Asifah mengawali perjuangan mereka dengan melawan kependudukan Israel dan terlibat dalam perang Arab-Israel 1967. Namun gerakan kelompok al-Asifah ini mengalami kegagalan setelah mereka terusir dari Yordania dan Lebanon, kemudian mereka mengalami pengusiran lagi pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Setelah beberapa kali mengalami kegagalan maka al-Asifah dibawah naungan Fatah mengubah strategi perjuangan mereka dengan memilih jalur diplomasi untuk memperjuangkan kepentingannya. Namun bukan tanpa alasan Fatah memutuskan untuk mengambil langkah diplomasi, hal tersebut juga didukung oleh negara-negara Arab untuk lebih memilih jalur negosiasi setelah mereka terusir dari Beirut. Dengan demikian, maka Fatah melalui pemimpinnya yaitu Yasser Arafat menyatakan menghentikan dan bahkan melepaskan gencatan senjata dan mendukung resolusi 242 Dewan Keamanan PBB yang isinya mengantarkan Palestina kepada kepemilikan wilayah di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza pada tahun 1967.

Pada tahun selanjutnya Fatah berhasil mengendalikan PLO dan Yasser Arafat terpilih menjadi Ketua Komite Eksekutif, kemudian PLO yang dipimpin oleh Arafat berhasil diakui oleh negara-negara Arab pada KTT Rabat, kemudian diakui oleh PBB dan Israel dalam deklarasi Oslo sebagai perwakilan sah tunggal rakyat Palestina, berbagai pencapaian tersebut membuat Fatah menjadi gerakan yang dominan di Palestina.

Refrensi bacaan:
Rahman, Badra J. (2020). Hamas dan Fatah: Tekanan Ideologi dalam Membebaskan Palestina. Jurnal Ampera: A Research Journal on Politics and Islamic Civilization, 1(2), 81-92.


0
917
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.