Nak, izinkanlah saya untuk mengenalkanmu pada sosok ibumu. Mengapa kita harus berbakti, berlemah lembut, dan jangan bersikap kasar kepadanya, sebab hidup ibumu amatlah berat.

Tugas ibumu sangatlah banyak. Saking banyak dan tiada putus-putusnya, lahir batinnya kadang lelah. Begitu lelah, hingga seringkali kehilangan fokus.

Metikin gagang cabe, cabenya dibuang, gagangnya dicuci. Mecahin telur, isinya dibuang ke bak cucian piring, cangkangnya dia masukkan ke minyak goreng. Sobek cangkang kopi, isinya dia tuang ke tempat sampah, plastiknya dimasukin gelas.

Pulang belanja dapat struk dan kembalian. Struk dia masukkan ke dompet, uang kembaliannya dibuang ke tempat sampah.

Ada kang paket datang, dia riweuh nyari jilbab ke mana-mana. Sampai kang paket lumutan, jilbab tak tampak di sudut mana pun. Sudah lelah mencari, akhirnya nyamber mukena buat nutup rambut. Pas nyopot mukena baru sadar, itu jilbab nangkring di pundak dari tadi.

Pergi ke pasar naik motor, pulangnya naik angkot, besoknya di garasi teriak kehilangan motor. Kadang ke pasar naik angkot, pas mau pulang, heboh nyari-nyari motor di parkiran.

Pergi pasar bawa anak, milih-milih beha, dia cobain, dia kenakan, tapi pas lihat ke bawah, anaknya gak ada, dia panik, dia cari ke setiap kios, dia tanya ke setiap orang, tanpa sadar, beha tukang pakaian masih dipakenya. Seperti Superman jaman dulu yang terbang ke sana kemari dengan segitiga daleman di luar, si emak pun melesat ke sana kemari dengan kacamata daleman di luar.

Masuk tempat parkiran, naik motor, masukin kunci, sampai keringetan putar-putar kunci motornya gak hidup juga, ternyata itu motor orang lain. Malahan ada ibu-ibu keluar dari bank, naik motor orang dan kuncinya cocok, dia melesat pergi, tapi setelah jauh baru sadar, cepet belok dan balik lagi ke bank, dan ternyata di sana sedang heboh ada orang kemalingan motor.

Malam Jumat mau yasinan, sudah duduk khusyuk, siap ngaji Yaasiin, ternyata yang dibawanya buku UUD45.

Mau memanggilmu, malah nyebut nama kakakmu. Dia ulang lagi, malah nyebut nama adikmu. Akhirnya kayak wali kelas, nama semua anak diabsen.

Nanak nasi, tiba waktunya makan, buka mejikom, matanya melotot, giginya gemeretak, tanganya terkepal, melihat isinya masih beras. Dia lupa menekan tombol “cook”.

Akibatnya, bukan hanya kamu yang nelangsa menatap perkedel, lalap dan sambal pete belum bisa dimakan, tapi si perkedel, lalap, dan sambal pete pun sedih menatapmu, “Aku udah pasrah, tapi kenapa tidak kamu apa-apain?”

Pergi dari rumah mau beli tahu, tiba di warung malah beli sabun. Pulang ke rumah, sampai pintu baru inget, akhirnya dia balik lagi ke warung.

Hari terakhir Ramadhan bikin nastar, udah dibulet-bulet, udah ditaburi parutan keju, udah berbaris rapi di loyang, siap dioven, dalam sedetik, sebelah kawasan loyang berubah jadi relief tapak kaki emakmu. Keinjek, karena terlalu sibuk mondar-mandir.

Kau tahu kenapa dia sampai seperti itu, Anakku?

Saking lelahnya. Karena begitu banyaknya pekerjaan, sementara kamu anaknya, malah sibuk main game, sibuk nonton televisi, sibuk main di luar.

Maka menjelang hari raya nan fitri ini, minta maaflah pada Ibu, atas lelahnya yang jarang mendapatkan ucapan terima kasihmu. Tuturkanlah doa tulus untuknya, supaya kekonyolannya tak pernah terulang lagi.