Tak terasa ya, sekarang kita sudah berada di penghujung bulan Ramadhan. Dan 3 hari lagi kita akan merayakan hari Idul Fitri, padahal rasanya baru kemarin kita memasuki bulan Ramadhan. Entah ini hanya perasaan ane saja atau memang kalian juga ikut merasakannya, Ramadhan tahun ini terasa lebih cepat dari pada Ramadhan-Ramadhan tahun sebelumnya ya? Atau karena tidak ada yang ditunggu-tunggu di bulan Ramadhan tahun ini. Mungkin bisa saja, ini menjadi alasan kenapa Ramadhan tahun ini terasa sangat cepat. Jika biasanya, ane selalu menghitung hari sampai datang hari H untuk mudik lebaran, namun tahun ini karena larangan mudik ane jadi tidak terlalu memperhatikan hitungan hari Ramadhan, toh ane tahun ini juga tetap lebaran di kota orang. #EnggakMudikDulu

Sedih ya, tapi tak apalah, ane akan pulang nanti setelah lebaran dan setelah pemerintah mencabut larangan untuk pulang kampung, namun tetap dengan menggunakan protokol kesehatan dan melakukan tes kesehatan sebelum dan setelah pulang kampung nanti.

Nah untuk menghibur kesedihan hati karena #EnggakMudikDulu, ane ingin mengenang tempat favorit ane di kampung, yah dengan cara ini semoga saja kerinduan ane dengan kampung halaman bisa sedikit terobati, sekaligus bisa memenuhi event kreator kali ini yaitu #KaskuserBerbagiTHR iya kan? Mantap sekali.

dok.pri

Ini adalah lokasi favorit ane di kampung, kemanapun ane merantau ketika pulang ke kampung halaman ane pasti selalu berkunjung dan menghabiskan banyak waktu di tempat ini. Namanya Waduk Mrican, tapi orang lokal orang sekitar lebih sering menyebut nama tempat ini dengan sebutan Pe-ler. Bukan bermaksud jorok, tapi memang orang sekitar menamai tempat ini dengan nama Pe-ler, entah karena apa. Tapi kalau ane dan teman-teman ane biasa menyebutnya Waduk Mrican.

Waduk ini berada di wilayah Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara. Dan apa kalian tahu siapa yang pertama kali memasang batu pembangunan tanggul disini? Beliau adalah presiden kedua kita yaitu Almarhum Bapak Soeharto, sekitar tahun 1980-an. Ane kurang paham tepatnya tanggal berapa, namun itulah sejarah yang ane dengar dari ibu ane.

dok.pri

Yang membuat tempat ini menjadi salah satu tempat yang sangat ane rindukan di kampung halaman adalah karena kesegaran udara nya. Kesegaran udara di Waduk Mrican tidak kalah segar dengan udara pantai pada umumnya. Maklum di Banjarnegara kan tidak ada Pantai jadi untuk menghirup udara pantai ya kita harus berlibur dulu ke kabupaten sebelah seperti Cilacap atau Kebumen, dan itu cukup melelahkan karena perjalanan ke Kabupaten tersebut minimal membutuhkan waktu 3 jam perjalanan.

Nah dari pada menghabiskan waktu 6 jam untuk pulang pergi ke kabupaten sebelah, tentu lebih efisien pergi ke Waduk Mrican, yang hanya berjarak sekitar 1 km dari rumah ane. Biasanya ketika pulang kampung setiap pagi dan sore ane selalu pergi ke tempat ini, pagi-pagi ane gunakan untuk terapi kaki berjalan di tumpukan batu pecah yang ada di sana, dan sorenya ane gunakan untuk ngabuburit sembari menunggu waktu berbuka puasa.

dok.pri

Dan ini adalah kondisi jalan di depan Waduk Mrican pemandangannya tidak kalah indah dengan waduk mricannya kan? Jika ingin melihat semburat matahari tenggelam, dari sinilah viewterbaiknya. Ane bahkan pernah tongkrongan disini sampai malam hari pukul 21.00, bukan tanpa alasan pastinya. Waktu itu ane ikut pergi menjaring ikan, jika sedang musim kemarau waduk ini sering kering dan air nya susut sampai ke tengah waduk, nah jika situasi ini datang, para warga sekitar tentu dengan senang hati akan menjaring ikan di waduk. Satu orang saja bisa mengumpulkan ikan 1 karung jika sedang musim kemarau disini. Jadi Waduk Mrican selain digunakan sebagai tempat berwisata juga dijadikan sebagai tempat mencari nafkah oleh para nelayan-nelayan lokal.

dok.pri

Nah itulah sekilas cerita tentang tempat favorit ane dikampung halaman. Bagi kaskuser yang bertempat tinggal di wilayah Banjarnegara boleh lah sekali-kali melipir ke tempat ini, dijamin kalian akan ketagihan dengan suasananya. Sampai jumpa Waduk Mrican, semoga saja dalam waktu dekat ane bisa segera mengunjungimu.

penulis @ayam.kapir