IrhasafAvatar border
TS
Irhasaf
POLA ASUH PADA ANAK DAPAT MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK
Pola asuh anak mempengaruhi status gizi




Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mempunyai kondisi sosiobudaya yang beraneka ragam. Sosiobudaya yang merupakan hubungan manusia dengan manusia, sering dipengaruhi oleh mitos, norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan yang berkaitan dengan pola budaya dan merupakan efek dari berbagai akses, yang dapat berupa akses pangan, akses informasi dan akses pelayanan serta modal yang dipunyai. Dengan latar belakang suku yang berbeda-beda dalam masyarakat akan menentukan kebiasaan makan dalam suatu keluarga. Begitu pula dengan faktor pendidikan berpengaruh terhadap informasi kesehatan yang didapat oleh orang tua dalam mendukung upaya peningkatan status gizi anak, Faktor budaya berupa tradisi dan kebiasaan dalam pola pengasuhan yang kurang baik dalam keluarga adalah satu dari penyebab adanya permasalahan gizi.
Pola asuh meliputi kemampuan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk menyiapkan waktu, dukungan dan perhatian pada anak dalam proses tumbuh dan kembangnya dalam pemenuhan kebutuhan baik secara fisik, sosial dan mental anak. Pola asuh terhadap anak diwujudkan dalam beberapa cara berupa pemberian ASI dan MP-ASI, rangsangan psikososial, praktek hygiene dan sanitasi lingkungan, perawatan anak saat sakit berupa praktek kesehatan dalam rumah dan pencarian pelayanan kesehatan. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa kondisi gizi seseorang di tentukan oleh pola asuh suatu keluarga, pola asuh suatu keluarga memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dan hal ini menjelaskan bahwa masalah gizi buruk tidak selalu terjadi pada keluarga miskin atau ekonomi yang pas-pasan.
Pola asuh gizi merupakan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh dalam segalah baik makan, kebersihan maupun mmeberi kasih sayang dan semua itu berhubngan dengan keadaan ibu atau pengasuh baik kesehatan mental maupun fisik. Pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka gangguan gizi. Ibu harus memahami cara memberikan perawatan dan perlindungan terhadap anaknya agar anak menjadi nyaman, meningkatkan nafsu makannya, dan terhindar dari cedera dan penyakit yang akan menghambat pertumbuhan. Peran ibu dalam merawat sehari-hari mempunyai kontribusi yang besar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena dengan pola asuh yang baik anak akan terawat dengan baik dan gizi terpenuhi.
Adapun penyebab terjadinya kekurangan gizi, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan penyakit infeksi. Asupan zat gizi yang kurang pada masa balita ini terjadinya gagal tumbuh dimasa mendatang. Sedangkan, infeksi yang terjadi sering disebabkan oleh virus, bakteri maupun mikroba yang menyebabkan timbulnya penyakit infeksi. Pola asuh pemberian makan merupakan kemampuan orangtua dan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memberikan makanan kepada anaknya dalam proses tumbuh kembangnya. Terutama pada masa balita orang tua sebagai pengasuh harus lebih memerhatikan, dimana pada masa ini kebutuhan zat gizi pada anak sangat tinggi yang untuk proses tumbuh kembangnya. Sehingga kesalahan pola asuh dalam pemberian makan pada balita di masa ini berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Menurut Unicef, Kualitas makanan yang diberikan selama fase pemberian MP – ASI, adalah hal penting untuk mencegah stunting. Konsumsi aneka ragam makanan dan konsumsi makanan dari sumber hewani meningkatkan pertumbuhan linear.
Pola asuh ibu dalam memberikan makan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi. Ibu dalam proses pemberian makan kepada anak dituntut sabar karena sering ditemui anak yang tidak mau makan. Kreatifitas ibu dalam memberi makan juga sangat diperlukan. Ibu dituntut untuk menciptakan kreasi makanan yang menarik atau menimbulkan nafsu makan pada anak. Hal ini akan terlihat pada makanan yang diberikan agar tidak monoton. Dalam sebuah penelitian keadaan dilapangan menunjukkan kebiasaan membeli satu jenis makanan pada waktu dan tempat yang sama yang berlangsung beberapa hari untuk dikonsumsi balita. Sehingga asupan balita dengan takaran dan porsi yang sama akan memberikan nilai gizi energi dan protein yang diasup juga tidak berubah. Selain itu juga didapatkan hasil bahwa asupan makanan dalam hal ini energi dan protein berhubungan dengan status gizi balita. Penelitian yang dilakukan di kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur menunjukkan adanya hubungna antara asupan energi, protein dan gejala penyakit infeksi pada status gizi balita.
Kebiasaan makan seperti ini banyak ditemui pada daerah pedesaan yang masih kental akan budayanya, pemberian makan dengan pola ini hanya memikirkan makan pokok sehari 3 kai tanpa mememikirkan status gizi pada anak, sehingga tumbuh kembangnya tidak berjalan dengan sempurna yang menyebabkan dampak negative pada tubuh si anak yaitu berupa kekurangan gizi.

Sumber opini pribadi
0
581
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.