SEPOTONG KISAH MAYA

Malm Minggu menjadi hari kesepakatanku untuk ketemuan dengan teman chating di Facebook. Kami akan bertemu di 'Cafe Gie', kafe langganan yang berada di Jalan Srandakan Km 2.
Jam 19.00 WIB, aku sampai di Cafe Gie.

"Pesan seperti biasanya, Bro!" ucapku pada Susi Susanti Sulistyawati , pemilik kafe yang sudah akrab denganku.

"Siap!" jawab Inyong sambil meracik kopi pesananku.

Mataku berkeliling mencari bangku kosong yang strategis bisa dengan leluasa melihat calon pembeli masuk kafe. Suasana kafe yang belum begitu ramai. Hanya ada beberapa bangku yang terisi pelanggan, mungkin karena belum begitu larut. Aku pun menjatuhkan pilihan pada bangku paling pojok sebelah kanan.

Aku duduk. Kemudian merogoh saku celana dan mengeluarkan benda pipih warna merah marun lalu membuka aplikasi berwarna biru dengan simbol petir.

["Aku sudah sampai."]

Aku mengirim sebuah chat. Hening, tidak ada balasan. Aku memainkan gawai dengan memutar-putarkannya di atas bangku.
Klinting! Gawaiku berbunyi, tanda sebuah messenger masuk. Buru-buru aku klik simbol messenger.

["Aku juga sudah sampai. Lagi di parkiran?"]

["Oke, aku tunggu. Aku duduk di bangku pojok paling kanan, memakai baju warna merah."]

["Baik, aku akan ke situ!"]

Benar saja, tak seberapa ada seseorang memasuki kafe, ia menuju ke arah bangkuku. Aku pura-pura tak menghiraukan. Setelah dekat aku membalik badan, ia pun terhenyak.

"Lho, Maya, kenapa ada di sini?"

"Hai, Mas Prasetyo Dewantoro! Ini aku, istrimu, Maya Lestarini. Selama ini aku ngerjain kamu dengan memakai akun Facebook kloningan ?"

"Oh, jadi selama ini aku chat-an mesra dengan ...."

"Kena, deh!"

Prasetyo Dewantoro menepuk dahi. Maya Lestarini tersenyum puas. Akhirnya, mereka berdua menghabiskan malam Minggu yang romantis di "Cafe Gie".

Tamat.

Catatan, gambar di download dari google