Keterbatasan yang menindihmu
rupa-rupa biru di payudara sintalmu
aku tak tahu bagaimana masa yang kelam itu
ketika lelaki lupa berkunjung ke perut ibu mereka
setelah habis menjamah ketidakberdayaan puannya

sesekali diujung matamu
terhulu sungai dan pelupuk surga
hidup dan mati tak lebih dari sisa-sisa hari kemarin
perjuangan di dalam kertas
pena yang tak pernah kehilangan tinta dan aksara
akhirnya tiba di masa yang dinanti-nantinya

mereka kira gelap adalah satu-satunya cahaya
kau menjadi gelagapan tak terima
kau tunjukkan kepada mereka terang
bahwa hari ini bisa berdiri sejajar dengan mereka
bahwa pintu surga yang berada di sepasang mungil kakimu
selayaknya mereka hargai

tapi hari ini, memang berapa harga seorang wanita?
yang menyerahkan utuh badannya karena cinta
menjual kesuciannya demi fananya harta
mengotori dirinya dengan benda-benda yang mereka pikir
bisa membuat mereka berharga
barangkali terang saja tak mampu membuka mata

ah, bukankah lelaki itu pandangan matanya bukan saja birahi
tapi juga cibiran, betapa murahnya dirimu puan?
ya, puan yang lupa menjenguk dirinya yang lampau
puan yang terbuai oleh roda-roda kesetaraan

2021
puisi untuk ucapan hari kartini