jawaban1Avatar border
TS
jawaban1
Pendeta Jozeph Paul Zhang Pelintir Sejarah Serta Hina Umat Kristen Dan NU






Saat ini banyak rohaniwan yang latah dan asal ngoceh dan bacot di sosmed entah IG atau Youtube dan lain-lain. Tak terkecuali di Kristen sendiri ada youtuber yang asal berkoar bahkan cilaka tiga belas dia tak menebar ajaran dengan kasih dan kesejukan.

Bahkan dengan mengatasnamakan pembelaan iman Kristen tapi malah jadinya reaktif dan cenderung emosional. Inilah yang penulis sayangkan dan mirisnya banyak juga netizen yang demen dengan model atau pola ini.

Modelnya campuran dari Youtuber Tanpa Ragi plus adaa aroma SJW si Koman sama Pigai. Kompleks arogannya kan?

Mereka memahami ilmu apologetika Kristen itu secara sempit alias dangkal. Yaitu kalau membela iman itu harus model Christian Prince punya., Ini yang salah kaprah. Model itu nggak tepat alias nggak cocok diterapkan di Indonesia. Jadi apologetika itu harus bijak, berhikmat dan dengan kasih.

Tapi jadinya dengan alasan kasih tapi pengejawantahannya malah berwujud dengan ujaran yang brutal. Mereka lupa bahwa anak muda itu kritis. Melihat sosok rohaniwan Kristen yang demen menyerang dengan kata-kata kasar sebenarnya membuat mereka tidak simpatik. Mereka membaca dengan insting, pastinya akan mempertanyakan, apakah ini benar ajaran kasih dari Yesus?

Apa bedanya rohaniwan Kristen de3ngan ulama macam yahwa Waloni dan si Felix Siauw? Nggak ada bedanya, kan?

Termasuk yang bernama Pendeta Jozeph Paul Zhang ini.

Statusnya sih pendeta dan pendiri Yayasan apalah, tapi ujarannya sangat provokatif. Ngakunya juga apologetik alias pembela Kristen tapi dariu caranya sangat vulgar dan tak jauh beda dengan preman agama yaitu arogan dan melecehkan bahkan sesama umat Kristiani sendiri.

Ada banyak video yang diproduksinya. Mungkin nggak punya kerjaan akhirnya memproduksi konten yang ngaco.

Dari video di awal dia sudah menghina dan merendahkan sesama umat Kristen di seluruh Indonesia. Dengan entengnya dia mengucapkan kata-kata yaitu bodoh berulang kali. Jelas itu ditujukan ke umat Kristen Indonesia. Tapi yang jadi problem, dia menyerang tak hanya umat Kristen tapi juga kaum Muslim secara khusus yaitu NU.

Pangkalnya dia mempersoalkan Banser NU yang ikut menjaga gereja pada saat Natal. Tanpa melihat dan mengapresiasi bahwa itu adalah wujud toleransi tapi dia dengan membabi buta menyerang tanpa hati.

Saya tak hanya tersinggung tapi ikut malu.

Ya masalahnya orang tetap akan melihat dia sebagai seorang Kristen, pendeta pula.

Saya dari lubuk hati yang paling dalam memohon maaf dengan kaum Muslim khususnya NU di negeri ini. Karena ujarannya itu jelas sangat melukai dan tak pada tempatnya. Sebagai pendukung kebhinekaan dan toleransi saya juga menolak keras ujarannya yang terus memprovokasi dan memecah belah tak hanya sesama umat Kristen tapi juga dengan kaum Muslim sendiri.

Di satu sisi sebenarnya Kekristenan yang dia percayai berbeda dengan yang saya percayai. Sama halnya dengan aliran dalam Islam juga ada yang berbeda. Ada ajaran vital dan fundamental yang berbeda dengan Kekristenan yang saya percayai karena Paul Zhang ini tidak percaya Trinitas atau Tritunggal. Bahkan dengan arogan pula dia memberi rasionalisasi yang nggak tepat alias nggak jelas.

Parahnya si Paul Zhang ini memelintir sejarah secara fatal.

Konyolnya pula dia mengapresiasi tinggi PKI yang katanya di kala itu turut mengkritik gaya hidup hedonism dari para pahlawan revolusi yang disebutnya sebagai tujuh jenderal. Lantas tak sampai di situ, dia menyebut juga bahwa 7 jenderal itu tidak jujur.

Kacau. Dengan lancangnya dia berani menghakimi ke tujuh jenderal. Itu sama saja keluarga korban dari 7 jenderal ini. Bahkan dia lupa ada 2 orang dari 7 pahlawan revolusi itu yang adalah orang Kristen. DI Panjaitan dan Pierre Tendean.


Puncak kengawurannya adalah dia menyamakan NU dengan FPI.

Orang ini pikun dan amnesia sejarah.

Dia lupa juga bahwa mantan Presiden RI yaitu Gus Dur adalah tokoh NU yang berjasa bagi kaum minoritas dan Tionghoa. Jasa Gus Dur sangat besar, beliaulah yang membuat Imlek atau Tahun Baru Imlek itu menjadi tanggal merah plus orang Tionghoa bisa merayakan dengan leluasa.

Anak-anaknya Gus Dur terus memperjuangkan bahkan, dari GusDurian itu membantu orang Kristen yang menjadi korban di Sigi, Sulawesi tengah menjelang Natal.

Parahnya, dia juga menyangsikan Gus Yaqut. Dian gak mengecek jejak digital perjuangan Gus Yaqut dalam kepeduliannya kepada kaum minoritas. Bahkan sebelum jadi Menteri Gus Yaqut ikut mengucapkan Selamat Natal lewat videonya.

Paul Zhang, stop buat konten provokatif. Nggak menjadi berkat bahkan malah memecah belah.

sumber 1


sumber 2

yeytothesouzAvatar border
Makati2019Avatar border
cloudible8Avatar border
cloudible8 dan 5 lainnya memberi reputasi
2
2.3K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.