Aku adalah diriku yang kau buat Terlempar di dunia yang kau sebut jalan terbaik.
Di jalan ini aku mencari
Mencari hal baik yg kau ucapkan
Namun yang kutemukan
Hanya diriku
Dengan tapak kaki yang menjadi penampung darah darah Kerinduan yang mengucur dari sela sela hati Yang tersayat membentuk selat dan tertusuk Membentuk jurang

Bagaimana bisa
Aku berdiri dedepan ombak yg berderu dipasir
Tapi yg kudengar deruan perpisahan darimu
Bagaimana bisa
Aku berdiri didepan ombak yg menghempas karang
Tapi yg terhempas adalah pikiranku
Dan bagaimana bisa
Aku berdiri didepan ombak yang menyayat daratan
Tapi yg tersayat adalah batinku.
Bagaimana bisa?
Hhmmm
Tak mungkin. itu hanya delusi!
Bahkan kini
ku mendengar
bibir pantai
Berbicara kesedihan,
Ombak berdebur gelisah,
Dan angin menyiut sepi.
Tidak.
Ku tak yakin itu!
Kamu itu tidak benar benar pergi
Dan kini mencoba beranjak
Menapaki bibir pantai
Ku yakin ada kata terselip disela karang yg bertabir pasir
Dari mu yg hanya pergi sebentar
Setiap tapak yg meraba karang
Tak satupun kata itu
hanya tampak goresan di tapak
Dari karang yg bersembunyi
Sejauh kumenapaki
Sajuh itu pula goresan semakin dalam.
Dan sejauh apapun kumenapakinya
Aku hanya melihat jejak2 tapakku
Yg perlahan terhapus ombak
Dan hanya menyisakan luka.

Akankah ku berjalan kembali dengan segala angan yang ingin ku capai.
Apakah diriku hanyalah seonggok daging yang penuh dengan ketamakan

Bukankah kehancuran itu datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Bagaimana ku bisa untuk bisa bertahan sedangkan langkah ku kini mulai terhentak dengan beban yang saat ini ku tanggung.

Aku lelaki yang tak pernah lelah menghadapi kesalahan
Belajar dari setiap apa yang sudah ku lalui untuk menemukan jati diri.
Bagaimana bisa ku menemukan jati diri jika diri ku penuh dengan rasa lelah.
Dan kini bukan waktunya ku harus mengakhiri segala keinginan ku hanya dengan seuatas benang yang pernah ku rajut.

Tapi ingatlah bahwa semua akan berubah pada waktu yang indah jika seseorang berusaha dan memiliki tekad yang bulat