Dalam sebuah kisah cinta manusia pasti ada sebuah mimpi yang dibangun untuk seseorang yang kita cintai. Hingga mimpi tersebut menjadi patokan tingkah laku yang berpengaruh dalam kehidupan. Aku pun sama, setiap langkah dalam kehidupanku telah kudedikasikan kepada satu perempuan paling memesona menuruku. Seorang gadis manis, pekerja keras, baik hati dan juga suka marah - marah. Entah kenapa setiap aku dimarahin olehnya, bukannya rasaku makin meredup malah semakin meluap seperti ada daya tarik tersendiri. Apa kalian juga merasa begitu? Tapi ingat, bukan marah dikarenakan sebuah hal yang membuat dia kecewa ya. Karena itu akan membuat suatu hubungan menjadi tidak baik - baik saja, "hmm dasar bucin" batinku. 

Sosok itu ada disekitarku setiap hari, namun sayangnya aku tak pernah bisa memiliki. Dia memintaku beranjak pergi dari rasa yang kumiliki, seakan - akan aku bisa melakukannya dengan mudah, seakan - akan perasaanku padanya biasa saja. Lalu aku putuskan untuk menyayanginya dalam keiikhlasan, merindukan dia lewat tulisan ditengah heningnya malam, mengubah harapan melalui kata - kata dan doa dalam kerinduan. Bagaimana tentang diriku sendiri? entahlah, bahkan aku sudah tidak peduli lagi. Lebih baik kehilangan separuh hatimu daripada kehilanganmu seutuhnya. Hingga nantinya aku hanya mampu menitipkan sepucuk surat berupa "Sedang apa?" "Apa kabar?" di sudut cakrawala. Lalu akhirnya waktu menenggelamkanku, hingga kau tak lagi mengingatku. Bertahan ditepian keangkuhan, tak mau jadi orang pertama yang mengucap salam. Pasti akan sangat memilukan.

Tapi bukankah kau harus berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan pujaan hatimu itu? Jawabannya, sangat sulit. Sudah kubilangkan bahwa aku mendedikasikan hidupku untuknya. Tapi kita berdua dipisahkan oleh dinding yang teramat tinggi dan tebal, "Sebuah Kepercayaan". Kau tahu maksudku bukan. Melihatmu bahagia adalah prioritasku, jangan khawatir mengenai kabarku. Aku masih mencoba untuk baik - baik saja. Memamerkan senyum palsu dihadapanmu, untuk seorang badut sepertiku adalah hal yang biasa. Aku yang bodoh ini sudah sangat beryukur dengan apa yang kita punya. Meski hanya sejenak, sebelum nanti sesosok yang kau idamkan akan membawa pergi. Harus ku akui, betapa beruntungnya dia yang bisa melihatmu sewaktu - waktu. Setelah itupun aku masih mempunyai pekerjaan yang sangat merepotkan. mendamaikan "pikiran" dan "hati. Pikiranku akan sangat bisa menerima semua kenyataan itu, tapi tidak dengan hatiku. Dia akan sekarat untuk waktu yang lama, semoga saja pikiranku dapat mengambil alih keadaan dengan cepat dan mengatasi semuanya.

Hujan telah jatuh dibulirnya yang terakhir, disertai tangis yang jatuh saat senyummu berseri. Jatuh cinta denganmu adalah patah yang paling sengaja aku lakukan. Namun aku tak kunjung pergi, dengan bodohnya aku masih terperangkap dengan keadaan. Menitipkan rinduku diketiak malam hingga rindu itu terlampir di pagi hari didepan pintu kamarmu. Menyayangimu adalah perihal keikhlasan, bukan sekedar ingin memiliki. Aku tak ingin ego menyelimuti diriku. Aku harap kau belajar lagi berbahagia, aku harap kau menemukan kebahagiaan. Jangan khawatir tentang diriku, aku masih disini. Menjadi seorang pemeran pengganti untuk meredakan hari - harimu yang muram. Jangan Khawatir, kutegaskan aku akan selalu baik - baik saja .[/justify]