Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 18 DALAM RIMBA HITAM
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
BAB 18 RIMBA HITAM

            Belantara hutan yang penuh sesak akan rimbunan pohon-pohon dan semak belukar menyibakkan dirinya memberikan ruang kepada dua manusia yang hendak menantang ajal. Di dalam hutan itu tiba-tiba angin berhembus sangat kencang. Raka datang menyongsong Akbar. Sesuai dengan perkataannya yang tidak ingin berlama-lama ajian Cakar Elanglangsung dipertunjukkan olehnya. Akbar masih bisa menghindar. Ia melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Kekuatan serangan yang datang kepadanya bukanlah sekedar isapan jempol belaka. Apa saja yang terkena oleh ajian itu langsung hancur berkeping-keping. Pantas saja di malam yang lalu kawan-kawannya tewas dengan mudah tanpa sempat memberikan perlawanan yang berarti.

            Serangan demi serangan masih belum juga mengenai sasarannya. Raka menambah kecepatannya. Kini terlihat Akbar bersusah payah untuk menghindar dari sabetan kilat yang datang begitu cepat dan mematikan itu. Ia masih memikirkan cara kapan dan bagaimana untuk menyerang balik guna memberikan perlawanan. Di medan yang seperti itu Akbar tak mungkin mengeluarkan Kera Putih Raksasamau pun Leak Kembar kepunyaannya untuk ikut serta dalam pertarungan. Kedua kodamnya yang berpostur tinggi besar itu tidak punya kecepatan untuk melawan Cakar Elang. Mereka hanya akan menjadi sasaran empuk bagi musuhnya.

            Akhirnya setelah hanya bisa menghindar Akbar melihat sebuah celah. Raka mulai kelelahan. Anak muda itu mulai mengendurkan serangannya untuk mengambil nafas dan menghemat energinya. Di saat inilah Akbar melakukan siasatnya dalam pertarungan itu. Untuk menunjukkan kesungguhannya ia mulai melakukan balasan serangan di sela-sela jeda serangan dari lawannya. Tinju-tinju angin Akbar lemparkan kepada lawannya. Tinju-tinju itu sedikitpun tidak membuat luka bagi pemilik Ajian Cakar Elang. Yang ada pukulan-pukulan darinya itu begitu mudah dihempaskan oleh kilatan serangan dari musuhnya.

            Kondisi di sekitar area mereka bertarung sudah tidak karuan. Tanaman-tanaman yang sebelumnya tertata rapi kini porak-poranda. Kini sudah tiba bagi Akbar untuk mengorbankan diri. Cakar Elang berhasil mengenai paha kirinya. Sayangnya goresan dari sayatan itu cukup dalam. Ia benar-benar kesakitan. Inilah saatnya bagi dirinya untuk lari menuju kemenangan. Melihat buruannya yang sudah terkena serangan melarikan diri Raka dengan penuh semangat mengejarnya untuk segera menuntaskan misi balas dendamnya dengan mengakhiri nyawa lawannya itu. Akbar pun terus berlari menuju ke dalam hutan dibuntuti Raka yang terus mengejarnya.

            Rimba Hitam. Itu adalah salah satu kawasan gaib yang terletak di Alas Timur. Wilayah itu adalah tempat dimana kekuatan-kekuatan hitam yang mengerikan berkumpul. Di tempat itu pulalah singgasana Penguasa Alas Timur yang sesungguhnya bernaung. Rimba Hitam merupakan area terlarang untuk melakukan sebuah pertempuran atau pun mengeluarkan rapalan ajian. Apabila ada yang melanggar ketentuan itu pastilah ajal yang membalasnya. Rahasia inilah yang dipunyai oleh Akbar yang diperolehnya dari Buyut. Sementara anak muda itu (Raka)tidak tahu apa-apa.

            Dengan arahan petunjuk yang telah didapatkannya. Akbar yang sedang dalam pengejaran berhasil sampai di Rimba Hitam. Ia memasuki wilayah itu cukup dalam. Kawasan yang begitu sunyi. Akbar dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya. Ia terlihat tak berdaya lunglai di tanah hitam itu. Beberapa saat kemudian Raka sudah berada di hadapannya.

            “Seharusnya kamu berbalik arah. Sadarilah Alan sudah tidak punya siapa-siapa lagi”, kata Akbar dengan suara parau.

            Mendengar nama adiknya disebutkan amarah Raka kian memuncak. Inilah saatnya ia mengakhiri perburuan dendam di hatinya. Cakar Elang ia angkat tinggi-tinggi. Sudah siap ia hendak mencengkram kepala buruannya itu. Namun apa yang terjadi? Ajian yang sudah mati-matian dikuasainya itu berhenti. Ia seperti kehilangan daya. Ia kebingungan. Tiba-tiba terdengan suara lengkingan yang sangat jelas terdengar oleh keduanya. Suara itu berasal dari atas. Atap rerimbunan pohon-pohon itu menyibak memperlihatkan langit malam yang bercampur gelap dan terang. Sesosok bayangan besar terlihat menukik dari atas sana. Semakin mendekat jelas terlihat itu adalah sosok burung raksasa yang datang sembari Cumiikkan suaranya. Kian mendekat terlihat kedua kakinya yang bersiap-siap hendak menerkam. Cakarnya menghampiri salah satu diantara keduannya. Burung Raksasa itu kembali terbang menghilang ke angkasa dengan membawa kepala tuannya. Setelahnya rerimbunan atap pohon kembali menutupi kengerian yang baru saja menodai tanah rimba. Melihat itu semua Akbar tercengang. Sempat terpikir olehnya kalau Burung Raksasa itu datang untuk dirinya. Ia lega satu masalah yang membuntutinya telah bisa diselesaikan.

            Seperti yang dikatakan oleh Buyut kini ia tinggal keluar dari Rimba Hitam dan juga Alas Timur. Ia juga tak perlu merisaukan jasad dari lawannya karena tidak ada mayat yang keluar dari sana.

            “Kenapa kau tidak tinggal?”, suara yang tiba-tiba menghentikan kaki Akbar yang hendak melangkah pergi.

            “Untuk apa aku tinggal?”, Akbar balik bertanya setelah ia tak mendapati seorang pun di gelapnya belantara Rimba Hitam.

            “Yang aku maksud bukan dirimu manusia. Tapi Kabiryang ada pada dalam dirimu”, jawab suara misterius itu yang membuat Akbar menjadi kebingungan.

            “Jangan-jangan kau belum tahu siapa nama Kera Putih yang bersemayam di dalam dirimu itu wahai manusia?”, tanya suara itu dengan nada mengejek.

            Memang setelah lama waktu berjalan Akbar dan kodamnya itu hanya menggunakan bahasa isyarat batin saja dalam berkomunikasi. Ia dan Kera Putih Raksasa sama sekali belum pernah berbicara layaknya sebuah percakapan. Detik itu juga untuk pertama kalinya jin yang telah lama berada di dalam diri Akbar berbicara dengannya.

            “Perkenalkan namaku adalah Kabir.”

            “Kau tidak usah khawatir. Mereka tidak bisa mendengar percakapan kita.”

            “Demi keselamatanmu. Akuakan tinggal di Rimba Hitam untuk sementara waktu. Sehingga kau bisa bebas pergi dari sini. Jika aku tetap ikut denganmu maka mereka akan menangkapku dan mereka akan membunuhmu beserta juga Leak Kembar.

            “Jumlah mereka banyak dan sangat kuat. Kita tak akan mampu untuk melawan mereka. Pergilah. Maka kita akan bisa berjumpa lagi.”

            Akbar terkejut kodamnya ternyata bisa berbicara secara langsung dengannya. Tidak hanya nada suara yang terdengar begitu bijak dari jin penjaganya yang membuat Akbar terkejut. Tapi entah kenapa ia juga dengan mudah menerima dan menuruti apa yang dikatakan oleh Kera Putih yang setelah sekian lama baru ia ketahui namanya itu.

            “Di sini kau bisa mendapatkan begitu banyak kesenangan.”

            “Untuk apa kau menjaga anak manusia yang tidak tahu diri itu”, lanjut suara misterius yang tidak menampakkan wujudnya itu.

            “Tenanglah. Kabirakan tinggal”, jawab Akbar mengakhiri pembicaraan mereka.

            Akbar keluar dari Rimba Hitam dengan selamat dengan membiarkan Kera Putih Raksasatinggal di sana. Ia pun lantas bergegas keluar dari gelapnya Alas Timur. Ia berjalan menyisir keindahan Pantai Pelengkung di waktu malam yang sungguh sempurna. Bintang-bintang berhias di langit malam tak terhitung jumlahnya. Deburan ombak seakan mengiringi hentakan kakinya. Angin darat seakan mengajaknya bermanja.

            Di tengah suasana yang sedang ia nikmati Akbar kembali mendapat sebuah kejutan. Apa lagi ini pikirnya? Baru saja ia lolos dari maut yang mengancam hidupnya. Secepat itukah masalah kembali datang kepadanya. Lengkingan suara itu kembali terdengar olehnya. Suara lengkingan yang berakhir dengan terbunuhnya Raka lawan bertarungnya. Akbar yang di posisinya sekarang hanya bisa pasrah tentang apa yang akan terjadi kepadanya. Sempat ia berpikir untuk terjun ke laut atau kembali masuk ke hutan guna menyelamatkan diri dari burung berukuran besar yang kian mendekat itu. Namun kali ini Akbar merasa berbeda. Burung Raksasa itu menghampirinya dengan perlahan dan tenang. Ini bukanlah sebuah ancaman. Ketika sudah dekat burung besar itu sempat menatapnya dengan tatapan matanya yang tajam. Sang Burung lantas kembali terbang ke atas dan berputar-putar di atas orang yang sedang diamatinya. Tepat ketika posisinya berada di atas manusia itu sang burung menjatuhkan sesuatu untuk orang tersebut. Tepat di tangannya Akbar menerima sebuah kalung berliontin kuku elang dengan ukuran yang besar.

jiyanqAvatar border
belajararifAvatar border
anwaranwar93Avatar border
anwaranwar93 dan 7 lainnya memberi reputasi
2
546
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.