Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 16 DENDAM YANG MENUNTUT BALAS
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
BAB 16 DENDAM YANG MENUNTUT BALAS

            “Kamu harus bisa mengikhlaskan. Ini sudah menjadi resiko di dunia yang bapak geluti.”

“Bapak mendukung keputusanmu untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.”

“Saran bapak kamu tidak usah ikut-ikutan masuk dalam bisnis gelap ini.”

“Hiduplah normal seperti orang-orang lainnya. Punya keluarga bahagia. Cukup. Itu lebih menenangkan.”

“Kami yang sudah tergiur dan terlanjur masuk di dalam dunia menyesatkan ini sulit untuk keluar.”

Itulah kata-kata yang sering Ki Sumo sampaikan kedapa putranya Raka

sebelum ia wafat. Rakalah yang sering menemani Ki Sumo di rumah sakit ketika ayahnya tersebut memasuki fase kritis lantaran penyakit komplikasi yang dideritanya.

            Sepeninggal ayahnya kini hanya tinggal ia seorang diri bersama adiknya Alan. Lengkap sudah kepedihan di dalam kehidupan mereka. Keluarga baik dari garis ayah mau pun pihak ibu tidak ada yang dekat dengan keluarga mereka. Bahkan sangat terasa bahwa keluarga dari pihak ayah mau pun ibu selalu menjauh dan tak acuh kepada keluarga mereka. Menurut penuturan dari mendiang ayah dan ibunya hal ini sudah terjadi bahkan sebelum kedua orangtua mereka menikah. Rakapun sudah antipati dengan kekerabatan dari keduanya. Ia juga tak ingin satu-satunya orang yang ia sayangi dekat dengan mereka.

            Memang benar ia harus menerima bahwasanya memang inilah konsekuensi dari apa yang dikerjakan oleh keluarga mereka. Tapi bagi Raka api dendam selalu membara di dalam hatinya. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika ia mengiyakan permintaan kakaknya untuk menggantikan posisinya dalam misi empat tahun yang lalu. Sesuai perintah Ki Sumo seharusnya Rakalah yang berangkat dalam misi penyelamatan sukma Dahlia. Hubungannya yang begitu dekat dengan sang kakak membuatnya mengalami kehilangan yang sangat ketika mendapati saudara perempuannya terluka parah dan akhirnya meninggal akibat misi tersebut. Sebab-sebab itu selalu muncul dan menjadi pemicu membaranya nafsu dan amarah pemuda yang masih labil emosi itu.

            Warisan berupa kodam dan pusaka-pusaka dari Ki Sumo tidaklah main-main. Raka sangat tertarik pada sebuah kalung yang berliontin kuku elang dengan ukuran yang besar. Jiwanya seakan langsung terikat dengan pusaka yang merupakan ajian terkuat yang dimiliki oleh mendiang ayahnya itu. Dengan bantuan Ki Blinger ia perlahan-lahan mulai mampu mengendalikan pusaka-pusaka dan kodam-kodam milik Ki Sumo secara bertahap.

            Layaknya sebuah lingkaran setan. Raka pun tidak bisa lepas dari apa yang sudah terlebih dahulu digeluti oleh kedua orangtuanya dan juga kakak perempuannya. Bisikan-bisikan iblis selalu lirih menuntunnya. Kata-kata setan selalu merongrong menjeratnya. Sebuah dendam tertanam dalam di hatinya. Dendam yang selalu menuntut sebuah pembayaran. Rasa itu jugalah yang mengantarkan ibu dan kakaknya menghantarkan nyawa. Semua orang yang terlibat dalam misi penyelamatan sukma Dahlia empat tahun yang silam berhak untuk mati ditangannya.

            Raka sadar kemampuan orang-orang yang pernah bekerjasama dengan kakaknya itu jauh di atas dirinya. Meskipun kini ia dibekali dengan senjata-senajta warisan mendiang Ki Sumo. Tapi ia belum pandai betul dalam menggunakan dan menguasainya. Jika ia ingin mudah dalam menghabisi nyawa mereka. Maka ia harus memisahkan yang terkuat dari mereka.

            Kunjungan ke kediaman Bapak di kawasan puncak Bogor adalah momentum yang paling tepat bagi Raka. Dalam pertemuan dan perjamuan mantan rekan-rekan kakaknya itu ia akan datang untuk menuntut balas kepada mereka. Keterlambatan Akbar datang ke rumah Dahlia menjadikan sebuah keuntungan  untuknya.

            Ajian Kulit Bunglondapat menyembunyikan energi yang dimilikinya. Jurus itu mampu membawanya masuk ke dalam rumah dengan leluasa tanpa menghadirkan kesadaran akan kedatangannya. Melihat orang-orang yang berada di dalam daftarnya sedang berkumpul di sebuah ruangan Raka dengan sangat dingin menghabisi mereka semua. Cakar Elang yang telah mampu dikusainya memudahkan ambisinya untuk melenyapkan orang-orang yang sangat dibencinya itu. Bapak yang sedang berada di kamarnya juga tidak luput dari amarahnya. Dalang dari misi penyelamatan Dahlia yang mengakibatkan kematian kakaknya itu berakhir mengenaskan di tangan Raka.

            Ia sadar betul belum sepenuhnya mampu menguasai jurus Cakar Elangsecara sempurna. Setelah menggunakan kekuatan yang dahsyat itu ia merasakan lelah yang luar biasa. Ketika hendak pergi meninggalkan rumah itu langkah Raka terhalang. Buyut sosok jin pedamping dari Ridwan tanpa berbasa-basi langsung menyerang putra Ki Sumo tersebut. Buyut benar-benar lengah sehingga ia datang di waktu yang sudah sangat terlambat. Pertarungan keduanya berjalan sengit. Tapi lagi-lagi anak yang masih ingusan di mata Buyut itu berhasil unggul berkat Ajian Cakar Elang yang diwarisinya. Jurus itu memang tidak behasil untuk membunuh Buyut. Tapi setelah serangan demi serangan ajian yang kini menjadi andalan Raka itu berhasil memutus tangan kiri Buyut sehingga menghentikan perlawanannya. Buyut pun terluka parah. Sementara lawannya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera pergi dari tempat itu.

            Raka sadar betapa kini ia dalam kondisi yang kepayahan. Ia tak mungkin melanjutkan misinya untuk membunuh satu-satunya lawan yang tersisa yaitu Akbar. Selain itu Akbarlah yang paling diwaspadai Raka karena kekuatannya. Mendiang kakaknya pernah bercerita padanya bahwa ia melihat dalam diri Akbar kekuatan yang sangat luar biasa yang belum pernah sama sekali ia temukan sebelumnya. Kini ia pun harus menarik diri untuk beristrirahat dan memulihkan energinya sebelum kembali untuk memburu buruannya yang terakhir.

            Sebagai seorang kakak dan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa ia tak lupa untuk menghabiskan waktunya bersama Alan. Meski sama-sama dalam kondisi berduka adiknya yang masih kecil lebih membutuhkan sosok untuk bisa menghibur dan selalu menemaninya. Ketika Raka pergi Alan selalu ditemani oleh simbok sebagai pengasuhnya yang sudah dari dahulu ikut dengan keluarga mereka. Di dalam rumah besar nan mewah itu sejatinya hati kecil Raka begitu kesepian meratapi semua yang baru saja dilaluinya. Namun nafsu amarahnya membuat orang-orang yang ingin mendekat dan mengulurkan tangan kepadanya terabaikan.

            Hanya membutuhkan waktu beberapa hari saja bagi Raka untuk kembali ke dalam bentuk terbaiknya. Setelah ia merasa telah pulih dan kuat ia pun siap untuk kembali berburu guna menuntaskan misi balas dendamnya.

            “Mas mau pergi lagi?”, tanya Alan dengan polos kepada kakaknya.

            “Iya dek. Adek main di rumah saja ya. Masih ingat pesan Mas kan?”, timpal Raka kepada adiknya.

            “Kalau Pak Dhe dan Bu Dhe datang. Adek jangan mau diajak sama mereka”, Alan mengucapkan pesan dari kakaknya.

            “Benar. Jangan mau ikut sama mereka. Tahukan kenapa?”, tanya Raka.

            “Mereka itu jahat. Mereka jahat sama Ayah sama Ibu. Sama mbak Rike juga. Adek tidak mau ikut sama mereka!”, jawab Alan dengan penuh amarah.

            “Memang sekarang Mas mau kemana? Mau ke kampus lagi?”, tanya Alan yang kembali melunak.

            “Urusan kampus sudah selesai Dek. Kali ini Mas mau ke tempat kos. Mau mengambil barang-barang yang masih di sana”, jawab Raka.

            Malam itu Raka pergi meninggalkan adiknya. Saat langkahnya menginjak bumi di luar rumahnya ia langsung merubah wajahnya. Kini matanya mengisyaratkan dengan tajam kesiapannya untuk kembali menantang maut.

 

redricesAvatar border
heyholetsbroAvatar border
jiyanqAvatar border
jiyanq dan 2 lainnya memberi reputasi
3
317
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.