Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

PortalJabar.netAvatar border
TS
PortalJabar.net
KPK Sambangi Kantor DPRD Jabar


PORTALJABAR,- Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Bedi Budiman mengapresiasi positif program sosialisasi anti korupsi lembaga anti rasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertempat di Ruang Paripurna DPRD Provinsi Jawa Barat, Senin (22/3).

Hadir mewakili KPK Direktur Koordinasi dan Supervisi Wilayah II Kedeputian Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi Yudiawan Wibisono.

Di awal penyampaian materi, Yudiawan mengingatkan ada tiga hal yang menjadi perhatian khusus pemerintah karena hal-hal tersebut berdampak buruk bagi kelangsungan bernegara.

Pertama, paham radikalisme yang berbuntut terorisme dan disintegrasi bangsa.

Kemudian kedua, narkoba yang merusak mentalitas generasi muda dan masadepan bangsa.

"Dan ketiga adalah perilaku korupsi yang menghambat tatanan pembangunan perekonomian bangsa bahkan bisa menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan," tegasnya.

Yudiawan juga mengilustrasikan infastruktur yang roboh dan menimbulkan korban karena dibangun tidak sesuai spesifikasi akibat anggarannya dikorupsi.

Ia juga mengungkapkan, kegiatan Koordinasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi merupakan salah satu upaya pencegahan tindak korupsi yang terdapat dalam delapan Intervensi KPK atau Monitoring Center of Prevention (MCP).

Kedelapan fokus KPK yang merupakan titik kerawan korupsi meliputi; Perencanaan dan Penganggaran APBD, Pengadaan Barang dan Jasa, Perizinan, APIP, Manajemen ASN, Optimalisasi Pajak Daerah, Manajemen Aset Daerah, dan Tata Kelola Dana Desa.

"Ini yang menjadi intervensi KPK, supaya hal tersebut dapat dibantu teman-teman DPRD Jawa Barat untuk berkordinasi dengan Pemprov," katanya.

Terkait hal itu, Bedi Budiman merespon positif dan mendukung sepenuhnya tindakan pencegahan KPK yang termaktub dalam kedelapan bidang program intervensi sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Yudiawan.

"Kami mengapresiasi kegiatan sosialisasi KPK dalam melakukan pencegahan korupsi di dprd jabar. Apalagi pemberantasan korupsi telah menjadi komitmen bersama," kata Bedi usai kegiatan Koordinasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi.

Selaras dengan KPK, menurut Bedi, Komisi I saat ini tengah melakukan fungsi pengawasan terhadap aset-aset milik daerah dan telah melakukan sejumlah langah dalam upaya mengamankan aset milik daerah tersebut.

Ia menyebut, sinergi dengan aparat penegak hukum mutlak diperlukan dalam upaya menertibkan dan mengamankan aset daerah, untuk selanjutnya aset tersebut dapat dimanfaatkan untuk sarana kemakmuran umum.

"Dalam forum tadi saya sempat berdialog dengan pak Yudiawan soal aset daerah ini. Beliau merespon untuk membantu dalam hal penertiban dan pengamanan aset Pemprov Jabar karena memang pelibatan aparat penegak hukum sangat diperlukan mengingat masalah aset cukup rumit dan memerlukan penanganan lintas kelembagaan" bebernya.

Bedi mencontohkan dalam persoalan sertifikasi aset ada sisi kelemahan daerah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

"Beruntung Pemprov Jabar kini memiliki semangat yang sama untuk mulai berbenah, walau saya tahu mengatasi masalah tersebut haruslah ekstra kerja keras, karena sudah bertumpuk berpuluh-puluh tahun. Tapi dengan sinergitas antar lembaga saya optimis kita mampu mengatasinya, sehingga aset daerah aman secara kepemilikan dan dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran negara" ungkapnya.

Selain itu, Bedi juga menanggapi terkait banyaknya pejabat atau pemimpin daerah yang terbelit kasus korupsi.

Berdasarkan data KPK, sambungnya, sepanjang tahun 2004 - 2020 sebanyak 21 gubernur dan 129 bupati/walikota tertangkap KPK.

"Saya juga tadi meminta tanggapan maraknya pemimpin daerah yang terkena OTT KPK.

 Bahkan, ironisnya sebelum menjadi pemimpin daerah mereka concern berantas korupsi tetapi ketika sudah jadi kena OTT," ujarnya.

Bedi menyebut ada pandangan bahwa mahalnya "biaya politik" menyebabkan pejabat politik melakukan tindakan korupsi.

Bisa dikatakan, imbuhnya, ada satu sistem yang membuat siapapun yang berkarir di politik itu, sulit untuk menolak godaan uang karena biaya politik yang mahal.

Tentang hal tersebut Yudiawan menanggapi, bahwa ini adalah masalah integritas.

Karena integritas seseorang naik turun, dan ketika sedang goyah korupsi bisa terjadi, maka disinilah pentingnya upaya pencegahan.

"Sepanjang pengalamannya menangani kasus di KPK, justru gaya hidup seseoranglah yang mempengaruhi, keinginan akan hidup mewah dengan jalan pintas menjadi picu awal terjadinya modus korupsi," tegas Yudiawan.

Lebih lanjut Yudiawan menyebut, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 menduduki peringkat 1 progres capaian MCP se-Jabar dan peringkat 10 dalam progres capaian MCP Nasional.

"Kita harapkan nanti dengan campur tangan KPK, Jawa Barat lebih maju lagi ke depan," pungkasnya. (*)

Sumber : Portal Jabar
nomoreliesAvatar border
nomorelies memberi reputasi
1
318
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.