Sumber Gambar : pixabay.com

Apa begini caramu memikat seseorang untuk dapat memperhatikan segala yang ada padamu. Contohnya, memaksa menjawab dari sebuah salam yang tertulis ditangan. Sebuah art tertampang di telapak tanganmu. Lalu diatas gambarnya tertulis "Yang lihat harus jawab." Harapkan sebuah balasan pesan. Berkomentar menyapa layaknya netizen, padahal memilih silent reader. Kuputuskan begitu dalam menanggapinya.

Aku lebih suka begini. Menjadi silent reader setelah beberapa waktu lalu secret admirer -ku terungkap. Aku bukan lagi pengagum rahasiamu saat kuputuskan mengejarmu. Berfikir untuk mendapatkan dengan berkomunikasi lebih daripada biasanya. Alih-alih hasrat cinta dalam diri memaksaku mendekatimu. Saling bicara, tukar rasa dan cerita. Kemudian hal semacam itu tak ada lagi dihadapanku setelah kau putuskan bersamanya.

Aku sudah kehilangan kata-kata. Bahkan, rasa cinta. Aku bagaikan seekor harimau sedang berburu satu kelinci imut di padang pasir, Namun, aku tak mendapatkannya. Satu kudapan yang kuyakin itu dapat kutelan ternyata, diambil hewan lain. Aku curiga itu ulah seekor Kalajeking.

Aku masih memantau dirimu yang tak lagi ingin ku katakan "Hai." Apalagi berupaya sekedar basa-basi yang canggung. Bila nanti kuperlukan sesuatu darimu akan kuutarakan sesingkat dan sejelas maksud yang tertera. Tercantum dalam benak yang dingin dan serius, it's mean seperlunya.

Rasa? Rasa-rasanya hatiku telah hambar. Pudar oleh luka-luka yang pertumbuhannya meninggalkan bekas kenangan. Sesuatu yang dapat berfikir bodoh lalu senyum-senyum sendiri saat ada waktu hening. Padahal sama sekali tak ingin. Apa begitu ya? Bekas luka bekerja.

Aku sudah lupa rasanya mengejar sesuatu yang kuyakini pasti berada disampingku. Aku juga sudah tidak tahu bagaimana melampiaskan rindu padamu yang kini menghilang. Dan aku lupa caraku berdoa di pintu langit agar menjadikanmu bidadari yang sempurna.

Hanya secarik puisi yang masih kukenang, tapi entah berada dimana. Aku lupa menyimpannya. Kucari-cari pun percuma. Tak akan membuatmu kembali padaku. Dan aku juga tak ingin mendengar lagu-lagu yang sempat kau nyanyikan saat ini. Aku lebih baik menulis semuanya yang masih kuingat saat ini. Menyusun kata-kata hingga menjadi kalimat utuh. Meski berbunyi patah hati. Setidaknya sisa-sisa hatiku masih hidup walaupun berbentuk sakit hati.

Kususun kata-kata agar menjadi kalimat lengkap. Yang dimana subjek, predikat, kata kerja dan keterangan saling mengikat satu sama lain. Meski, yang kutulis tentang lengkapnya patah hati.

Namun, adakalanya aku tak dapat menuliskan kalimat sakit hati. Bukan karena tak ingin tapi, aku masih ingin mengingatnya dalam kenangan. Menyimpan dan menjaganya. Mengapa begitu? Sebab, ketika ku tulis kalimat patah hati disetiap kalimat aku akan melupakannya. Terutama rasa yang tertanam padanya. Iya, kamu bidadari masa lalu.

Bilamana engkau temukan aku dalam bentuk masa depan nanti. Jangan heran. Aku sudah tak memiliki apapun untuk diharapkan terutama rasa yang pernah kupupuk padamu. Rasa yang sempat kunantikan dapat berbuah, dan daun-daunnya berguguran. Hal yang memuakkan jikalau CLBK ala ftv itu ada dan nyata. Aku tak mempercayainya.

Sungguh jatuh cinta itu memuakkan. Sebab, orang-orang mesti jatuh baru kemudian cinta itu datang. Yang namanya jatuh pasti sakit. Cinta datang disaat tersakiti. Maka, setelah sakit pasti kau dicintai.

RATE+CENDOL+COMEN+SHARE
See You 😄