Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Nani2002Avatar border
TS
Nani2002
Cinta Gila
Cinta Gila
(Nani Farah)


Yudi memiringkan tubuhnya di atas kasur, seharian bekerja membuatnya terasa penat. Matanya terpejam saat sayup di dengar langkah kaki mendekat.

"Sudah pulang, Yud?" Seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun telah duduk di sampingnya sambil membawa secangkir teh.

"Minumlah," ujarnya.

Yudi menyeruput teh yang masih mengepul, tenggorokannya terasa segar.

"Gimana, Nak? Kau terlihat letih sekali." Tangan wanita itu memijit jari-jari kaki Yudi.

"Gak papa, Mih. Hanya sedikit lelah," sahut Yudi.

"Mmm ... makanya cepatlah menikah," tukas wanita di sampingnya.

"Kalau Yudi menikah, Mamih gimana?" tanya Yudi mengerling, meski telah dianggap sebagai ibunya, Yudi tetap saja manja terhadap wanita di hadapannya.

"Menurutmu?" tanya wanita dengan wajah yang terlihat masih cantik. Kulitnya kuning langsat, bibirnya pun sangat menggoda.

"Mamih yakin gak kesepian? Ibu akan sendiri di rumah. Gak ada lagi yang memijit ibu jika sakit," goda Yuda.

"Ah, kau ini. Namun, tetap saja Mamih lebih suka jika kau menikah," ujarnya sambil memijat-mijat kaki Yudi, kebiasaan yang selalu dilakukannya jika lelaki itu pulang kerja.

"Tapi, Yudi gak mau kehilangan Mamih," sungut Yudi sambil membenamkan wajahnya di pangkuan ibu tirinya itu.
Wanita itu mengusap rambut Yudi, tubuhnya terasa hangat saat lelaki muda itu mendekapnya dalam pelukan.

***

Yudi bergegas menuju ruangan tempatnya bekerja. Beberapa karyawan menganggukkan kepala.

"Pagi, Pak." Seorang wanita muda menyambutnya begitu ia sampai.

"Pagi," ujarnya.

"Mawar, jadwal saya hari ini?" tanyanya kemudian kepada sekretaris barunya.

"Hari ini ada kunjungan ke beberapa tempat, Pak," jawab Mawar, wanita muda dengan kulit putih , hidung mancung dan bibir ranum. Tubuhnya padat berisi.

"Oke, tapi saya kau temenin saya sarapan dulu. Kita jalan sekarang."

"Siap, Pak."

Mereka pun beranjak meninggalkan kantor. Tak berapa lama keduanya telah sampai di sebuah restoran sederhana. Yudi memilih tempat di sudut ruangan.

"Kau mau apa?"

"Jus jeruk aja, Pak," sahut Mawar.

Tak lama mereka menikmati sarapan sambil sesekali berbincang soal banyak hal.

"Mawar, kau sudah punya pacar?" Mata Yudi menatap wajah cantik di depannya.

Tak dipungkiri, Mawar adalah wanita yang sempurna, bibirnya yang sexi seringkali membuat mata Yudi khilaf selama beberapa hari sekretarisnya bekerja, belum lagi leher jenjang yang menggoda, juga bentuk tubuh yang sempurna.

"Mm ... belum ada yang mau, Pak," tukas Mawar sambil menyibakkan rambutnya yang sebahu.

"Ah, gak mungkin. Gadis secantik kamu, pasti banyak yang mau," ujar Yudi.

Mawar tersenyum sambil mengedikkan bahu, "nyatanya, begini."

Tak lama mereka pun telah kembali dalam perjalanan, menyelesaikan tugas-tugas dan beberapa pertemuan konseling dengan relasi. Mawar menemani dan mencatat selama Yudi mengadakan tanya jawab.

"Sudah selesai semua jadwal hari ini, kan?" Yudi menghela napas lega sambil menstater mobil.

"Iya, Pak." Mawar menghempaskan pantatnya di jok mobil.

"Kau terlihat lelah, Mawar," tukas Yudi.

"Sedikit, Pak," jawab Mawar singkat.

"Mau kupijit punggungmu sebentar?" tanya Yudi.

"Mm ... gak usahlah," tukas wanita cantik di sampingnya.

"Gak papa, saya biasa mijit Mamih di rumah. Supaya lebih enakan aja. Mari." Yudi sedikit menggeser duduknya.

Tangannya memijit punggung mawar dengan lembut, kemudian perlahan, tangan kekar itu mrnyusuri tengkuk dan leher Mawar. Mawar mendesah perlahan. Dadanya berdegup lebih kencang, begitupun dengan Yudi. Jantungnya serasa memompa lebih cepat, darahnya berdesir.

"Sudah, Pak." Mawar menggeser punggungnya," sudah lebih enakan," tukasnya.

"Baiklah. Saya antar kau ke rumah," tukas Yudi.

Yudi kemudian menjalankan mobilnya menembus jalanan yang mulai lengan. Musik blus membuat suasanan lebih rilex setelah seharian mereka berkutat dengan pekerjaan.

Tak lama, mereka telah sampai di depan sebuah rumah megah di komplek perumahan elit di pinggir kota metropolitan itu.

"Mau mampir, Pak?" tawar Mawar.

"Gak usah. Saya harus ceoat pulang. Ibu di rumah sendiri," jawab Yudi cepat.

"Baiklah. Selamat malam, Pak. Terimakasih banyak sudah dianterin," jawab Mawar.

"Ok.tak masalah. Selamat malam jua," sahut Yudi kemudian menstater mobilnya.

Mawar memasuki rumahnya yang lengang, mama dan ayah tirinya pasti masih sibuk dengan proyek-proyek kantornya. Dihempaskannya tubuhnya di antas sofa, matanya terpejam, lelah begitu mendera, saat sayup terdengar langkah berat mendekat.

Hooek

Mata gadis itu mengerjap. Di depannya tampak bayangan tegap berdiri.

"Mawar, sini! Kau cantik sekali malam ini, lebih cantik dari ibumu." Lelaki di depannya sempoyongan, mulutnya menceracau.

Bau alkohol menguar dari mulutnya. Mawar sigap bangkit dari tidurnya, refleks tangannya memukul kepala lelaki itu dengan tas yang ada di tangan. Tak berpikir lama, Mawar berlari memasuki kamar dan menguncinya rapat-rapat. Tak dihiraukannya teriakan ayah tirinya.

Mawar terisak di sudut kamar, tubuhnya menggigil, peristiwa yang terjadi di ruang tamu membuatnya ketakutan. Di dekapnya foto yang terpajang di nakas, seorang lelaki yang sangat dirindu, ayah kandungnya.

Tak lama, gadis itu tenggelam dalam mimpi hingga mentari tersenyum membagi kehangatannya di bumi.

"Mawar, sudah pagi. Bangun, Nak." Suara ibunya dan ketukan pintu membuat tubuh Mawar menggeliat.

Dengan malas Mawar turun dari tempat tidur, matanya terlihat sembab. Bayangan perlakuan ayah tirinya semalam membuat tubuhnya sedikit bergidik. Namun, segera ditepisnya rasa takut itu, toh pagi ini ibunya sudah ada di rumah dan ayah tirinya pasti sudah terlepas dari pengaruh alkohol.

"Ya, Mah, Mawar mandi dulu," sahutnya sebelum memasuki kamar mandi pribadinya.

Tak berapa lama gadis muda itu telah berkumpul dengan kedua orangtuanya di meja makan. Tubuh sintal gadis itu dibalut stelan blous warna krem, rambutnya dibiarkan tergerai, olesan tipis make up di wajahnya membuat Mawar tampak lebih segar.

"Pagi, Sayang," sapa mamanya lembut.
Mawar tersenyum, di deoannya Ayah tirinya asik mengunyah nasi goreng.

"Gimana tidurmu semalam, Mawar?" Suara bariton itu sedikit membuat Mawar mual, namun di tahannya.

Mawar hanya diam sambil menyendok nasi ke dalam piringnya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari ruang itu jika tidak karena ingin menghormati mamanya.

"Mawar pergi dulu, Mah." Mawar mencium punggung tangan mamanya.

"Hati-hati, Sayang," ujar mamanya.

"Perlu kuantar?" Tawaran papa tirinya lagi-lagi membuat mahal.

"Gak perlu," ketusnya sambil menyambar kunci motor yang tergantung di bufet.

(Bersambung)
Diubah oleh Nani2002 11-03-2021 00:32
mochamad063Avatar border
makolaAvatar border
makola dan mochamad063 memberi reputasi
2
371
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.