Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[KOST Bagian 1] Kisah Pilu Tetangga Kost Seorang Waria
NOTE: Kisah Nyata dari TS Kutilkuda. No Hoax. Nama dan lokasi di samarkan.

Sepulang kerja senin lalu, tiba-tiba aku teringat dengan tempat kost lama yang pernah aku tempatin satu tahun lalu. Kost an yang berjarak sekitar 5 km dari kantor tempat aku bekerja. Sebenarnya, aku gak ingin pindah dari kost lama itu, tetapi karena aku pindah bekerja di Jawa Tengah, jadi kuputskan resign dari kantor lama dan  pindah ke Jawa Tengah. Dulu aku bekerja di Jakarta, di salah satu perusahaan FMCG yang lumayan kalian sering temui produknya di minimarket terdekat. Karena kerjanya cukup padat, dan aku bukan orang asli Jakarta jadi aku tinggal di kost yang tidak terlalu jauh dari kantor kerjaku.

Sebenarnya banyak sekali kisah yang ingin aku ceritakan mengenai kostan yang aku tempatin selama satu tahun itu. Tapi di kesempatan kali ini, aku akan menceritakan kisah yang cukup menarik untuk temen temen semua. Kisah dari salah satu tetangga kost yang pasti akan menarik perhatian temen temen semua, dan pastinya ada hikmah yang bisa kita ambil dari pengalaman hidup nya.

Kala itu, bulan Oktober 2019, tepat satu minggu aku tinggal di kost an yang terkenal dengan sebutan kost merah. Mengapa dipanggil kost merah? Awalnya aku juga bertanya-tanya begitu. Apalagi aku tahu kalau sebutan kost itu bernama kost merah saat aku order gofud dan seorang driver menyebutkan nama kost merah dari percakapan chat aplikasi tersebut. “Oh kost merah ya mas? Oke siap meluncur”, kata driver dalam chat aplikasi. Aku bertanya-tanya kenapa namanya kost merah, padahal tidak ada cat yang berwarna merah ataupun barang berwarna merah didepan kost.

Setelah ngobrol dengan driver saat mengantar makanan, aku jadi tahu alasan penyebutan kost merah. 

Ternyata merah adalah sebuah singkatan : Merri Ngurah. “apaan tuh bang? Kok kayak ucapan natal ya Merry Christmas? Apa nih?”, tanya ku pada driver gojek. “Bukan mas, itu singkatan dari dua nama seorang yang udah terkenal di area sini. Orang itu namanya Ngurah , tapi kalau malam jadi Merri”. Ternyata ada seorang pria yang tinggal di kost tersebut selama 10 tahun dan bekerja sebagai buruh tetapi kalau malam ia bekerja sebagai pekerja kimpoi komersil dan berperan sebagai seorang waria.

Saat mengetahui hal itu, aku jujur merasa agak takut. “Aduh, gua takut bang, ntar kalau gua di gituin gimana?”, refleks aku menjawab. “Heh jangan sok ganteng lu, dia itu laki tulen, cuman karena kebutuhan duit aja dia nyambi begituan. Orang kalau ngomong aja lakik banget. Gak ada kemayu-kemayunya. Dan belum tentu juga dia tertarik ama lu. Kecuali lu booking dia dan bayar dia”, jelasnya sambil tertawa dengan lantang.

Semenjak itu aku tahu bahwa ada seorang pria tulen yang bekerja nyambi sebagai waria. Katanya, dia tinggal di kamar pojok lantai atas. Semenjak itu aku juga bertanya-tanya seperti apa sih Mas Ngurah ini. Masak iya dia gak kemayu, masak iya dia lelaki tulen. Tetapi kenyataannya dia bekerja juga sebagai waria. Tapi aku yakin, suatu saat pasti akan bertemu dengannya. Aku hanya penasaran saja.

Dan benar saja, setelah tiga minggu tinggal di kost merah tersebut, aku bertemu langsung dengan mas Ngurah. Saat itu hari minggu, dan aku libur kerja. Jadi aku berniat buat membersihkan kamar kost sekalian mencuci pakaian. Saat menjemur pakaian, aku bertemu dengan mas Ngurah. Bagaimana aku tahu kalau itu mas Ngurah? Karena dia menjemur pakaian wanita disitu. Mana ada kost pria, tetapi dia menjemur pakaian wanita.

“Orang baru ya mas?”, tanya Ngurah dengan suara nge bass tapi sopan. “iya mas, saya Kutil. Kalau mas?”, jawabku. “ saya Ngurah”.

Sambil menjemur pakaian, ia mengajak ku berkenalan selayaknya tetangga kost. Tidak ada kesan kemayu atau menggoda. Tidak terlihat dia seorang waria. Tidak nampak dia itu nyambi menjadi waria. Tetapi ada satu hal yang memang cukup menarik perhatian yaitu alisnya. Alis mata yang tertata rapi, tidak seperti pria yang memang alisnya tebal tidak terurus. Tubuhnya bersih, tinggi, cukup kurus dan tidak berotot.

Aku secara sengaja bertanya untuk mendapatkan cerita dan penjelasan dari Mas Ngurah,” lhoh kok njemur pakaian cewek mas? Punya istrinya ya?”. “iya mas, punya istri saya dititipin disini”. Setelah itu, ia pergi dan meninggalkan ember bekas cuciannya disebelahku. Ia terkesan menutupi itu karena aku tetangga baru. Mungkin ia takut kalau aku merasa terganggu.

Akhirnya hari hari berlalu di kost tersebut. Tanpa terasa sudah 3 bulan aku disana. Dan saat itu sedang libur akhir tahun. Aku tidak pulang ke rumah orang tua karena aku masuk kerja. Banyak penghuni kost pulang dan hanya aku, mas Ngurah dan satu orang yang tinggal di kost. Karena aku mendapat makanan yang cukup banyak dari kantor. Aku pun berniat untuk membagikan kue tersebut ke dua tetangga kost yang masih ada di kost dan tidak pulang kampung.

Aku mengetok pintu kamar mas Ngurah, dan ia membukakan kamar nya. Aku serahkan kue itu, dan mas Ngurah mempersilahkan masuk. Aku dipersilahkan duduk dan kami ngobrol selayaknya tetangga kost. Tiba tiba dia berkata, “Pasti mas sudah tau kan kalau kost ini disebut kost merah, ya karena saya kan?”

Aku menjawab dengan terbata-bata dan agak malu karena takut menyinggung mas Ngurah. “Saya memang pekerja buruh kalau siang, tetapi kalau malam nyambi jual diri jadi waria. Kalau mas takut, mending keluar aja dari kamar saya. Dan saya juga tidak akan menerkam kalian kok”, ujarnya.

Aku pun menjawab kalau aku tidak takut dan tidak kepikiran tentang hal itu. Dan aku pun mulai menanyakan alasan ia berbuat itu.  Dan akupun mengerti. Beginilah ceritanya:

Kala itu Mas Ngurah tinggal di sebuah desa di Jogjakarta. Ia memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Usianya saat itu 35 tahun. Tetapi karena suatu kecelakaan yang melibatkan satu angkutan umum dan truk trailer, istrinya ikut meninggal dunia sebagai korban dari kecelakaan tersebut. Istrinya saat itu sedang pulang bekerja dari pabrik dan menaiki angkutan umum yang ternyata mengalami kecelakaan dengan truk trailer dan merenggut nyawa istrinya. Akhirnya ia harus mengurus tiga orang anaknya sendiri. Karena merasa pendapatan tidak cukup, ketiga anaknya dititipkan di ibunya, dan ia bekerja di Jakarta.

Ternyata ijazah SMK tidak memberikan jaminan bahwa ia akan gampang mencari kerja di tahun 2009. Dan karena anaknya membutuhkan makan dan uang, ia pun mencoba menjual diri melalui facebook. Dan ternyata ada seorang pria yang berusia 45 tahun membooking nya lewat DM untuk menemaninya di rumah pria itu. Awalnya ia tidak kepikiran untuk jadi penjual diri atau waria, tetapi karena ada seorang tetangga kost yang saat itu menempati kost merah itu berprofesi sebagai pekerja club malam memberikan ide untuk mencoba menjadi escort ataupun penjual diri secara online dari media sosial. Dan ternyata tetangga kost itupun juga menyambi sebagai escort atau penjual diri tetapi spesialisasi untuk para gay. 

Sesampainya disana, ia diminta untuk berdandan layaknya wanita dan menemani makan pria itu. Ia pun mendapat uang 1 juta. Hanya untuk menemani makan. Hari selanjutnya, ia juga diminta menemani lagi dengan berdandan wanita dan mendapat uang  1 juta. Akhirnya ia makin terjerumus dan melakukan hubungan layaknya pria dan wanita. Ia belajar dari video bokep dan juga diajari oleh pria berusia 45 tahun itu. Mas Ngurah mengakui bahwa ia biseksual sejak remaja. Ia merasa tertarik pada wanita dan juga pria. Sehingga ia mencoba menjajaki dunia gelap itu demi uang, uang dan uang.

Semenjak itu, ia semakin berani menjual diri secara terang-terangan sebagai waria. Tetapi itu semua ia lakukan demi ketiga anaknya. Dan sekarang anak pertamanya sudah hampir lulus SMA dan siap masuk perguruan tinggi. Enam bulan sekali ia pulang ke Jogja dan membawa uang serta oleh oleh buat anak dan orang tuanya. Mereka tidak tahu kalau mas Ngurah nyambi bekerja sebagai penjaja sek komersil dan berperan sebagai waria. Karena ia memiliki pekerjaan utama sebagai buruh pabrik.

Mas Ngurah mengakui bahwa sejak kecil ia memang memiliki kecenderungan biseksual, tetapi ia mementingkan agama yang keluarganya peluk dan tidak menghiraukan hasratnya pada sejenis. Jadi dia menikah dan memiliki tiga orang anak. Tetapi setelah kejadian itu, ia mengaktifkan hasratnya pada sejenis juga untuk mendapatkan pundi pundi uang bagi keluarganya.

Satu hal yang bisa kuambil dari kisah hidup mas Ngurah, yaitu perjuangan hidup. Ia rela menjual diri dan bekerja di pagi harinya di pabrik demi anak anaknya. Aku tahu bahwa pekerjaan itu najis dan tidak berkah, tetapi bagi mas Ngurah yang terpenting adalah anak anaknya bisa kecukupan bersama orang tuanya. Neraka dan Surga adalah urusan dia dan Tuhan. Mas Ngurah bukan seorang muslim, tetapi di agama yang ia peluk juga melarang hal tersebut. Oleh sebab itu, mas Ngurah memilih untuk tidak percaya pada agama apapun.

Mungkin untuk thread kali ini, aku hanya bisa cerita sampai disini. Masih banyak kisah lain nya di kost merah dan juga kisah hidup mas Ngurah serta kisah dibalik kehidupannya yang akan aku ceritakan secara detail lagi di kesempatan selanjutnya.

Semoga kita bisa belajar, bahwa tidak mudah untuk menjalani hidup. Tragedi dan kesedihan bisa datang kapan saja. Tetapi kita memiliki hak untuk mengambil keputusan untuk maju atau malah semakin terpuruk. 

Semoga kita bisa semangat berjuang mencari uang dan rejeki sesuai kemampuan kita. Dan satu lagi, kita harus bisa baik dengan tetangga dan sekitar kita. Bagaimanapun keadaan mereka, entah mereka miskin, kaya, lgbt, atau apapun keadaan mereka. Kita harus bisa memanusiakan manusia. Mereka juga manusia, kita tidak selayaknya menghina dan memandang rendah siapapun. Karena kita juga manusia yang hanya lah debu di mata Tuhan.

Aku tidak membenarkan apa yang dilakukan mas Ngurah, aku juga tidak mendukung apa yang ia kerjakan. Tetapi aku disini mencoba tetap baik pada siapapun yang ada disekitarku. Dan dengan aku berbuat baik, aku bisa menjadi tempat mereka bercerita. Mungkin saja ada beban dalam hidup mereka yang ingin mereka bagikan. Setidaknya aku meringankan beban pikiran mereka walau itu tidak mengubah kondisi mereka.

Sekali lagi, mari kita belajar berbuat baik pada siapapun. Dan tidak mengikuti jejak hidup yang bagi kita tidak sesuai dengan keyakinan hati kita. 

Profesor Morrie dalam buku Mitch Albom yang berjudul “Selasa bersama Morrie” mengatakan bahwa bila suatu budaya atau kebiasaan tidak sesuai dengan hati nuranimu, jangan lakukan dan ikuti itu, tetapi tetaplah berbuat baik pada sekitarmu dan teman-temanmu, karena itulah makna kehidupan”.

Ketemu lagi di Thread kost bagian 2ya.. Jangan lupa cendol dan komentarnya.

Dan nantikan juga Thread curhat kisah nyata yang pasti akan TS upload juga.

Salam,

 

KutilKuda1202



bohemianflaneurAvatar border
padaswAvatar border
bonita71Avatar border
bonita71 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.7K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.