Kritik atas Undang-undang ITE sudah mengemuka sangat lama, problem akut yang hingga kini belum terpecahkan jua.

Produk hukum yang kerap dipakai mereka yang berkuasa, terbukti membuat rentan banyak sekali warga biasa.

Pasal karet yang bisa ditarfsirkan dengan seenaknya, kadang dipakai membungkam suara yang berbeda.

Kini Presiden Jokowi yang berinisiatif merevisi, angin segar yang sudah sangat lama dinanti-nanti.

Seberapa mungkin revisi Undang-undang ITE bisa direalisasikan? Produk hukum mana lagi yang membahayakan kebebasan?

Jujur, lega banget lihat Najwa Shihab menyuarakan isu ini.

Zaman kita hidup sekarang teknologi sudah jadi bagian yang sangat berharga, maksudnya sangat penting untuk jalannya kehidupan kita, cara kita belajar, usaha kita, pokoknya semua elemen kehidupan kita pasti sudah ada cara digitalnya, sudah banyak media sosial yang bisa kita pakai untuk menyampaikan suara hati kita.

Tapi, tapi, tapi... kita rakyat pakai media sosial yang gratis untuk menyuarakan hak-hak kita, kok, malah dijerat pasal-pasal karet, ya???



Saat acara "Mata Najwa" juga Mbak Najwa sampai pasang badan buat membela rakyat dari sikap politisi PDI-P bernama Effendi Simbolon. 

"Oh, jadi sekarang bukan polisinya yang salah, tapi publiknya yang salah? Makin lama makin banyak yang disalahin, nih.



Tapi pembuat undang-undangnya enggak pernah mau disalahin, undang-undangnya bagus sekali, yang salah yang menafsirkan, yang salah yang memberikan opini, yang salah korbannya.

Ini capek juga kita jadi rakyat, disalahin mulu, yah." Najwa Shihab bicara tegas saat menghadapi anggota DPR RI itu saat jeda talkshow "Mata Najwa" Rabu (17/02).

Ini bukan kali pertama Mbak Najwa mengkritik keras anggota Dewan. Sebelumnya mbak Najwa juga pernah membuat surat terbuka untuk anggota DPR yang mengabaikan COVID-19.



Kan, Pemerintah juga yang terus mendorong kita buat inovasi dan teknologi.

Tapi kalau kemajuan kita malah dijegal-jegal mulu sama politisi yang cari-cari celah buat memaksakan kekuasaan pakai UU ITE, bagaimana bangsa kita bakal beneran berinovasi pakai kecanggihan teknologi dan jadi maju bersama??



Teknologi dan media komunikasi pasti bakal semakin canggih, aplikasi-aplikasi media sosial juga pasti bakal semakin beragam, kita sebagai rakyat akan semakin cerdas dalam bersuara, tapi kalau kebiasaan lama para politisi masih saja coba-coba terus membungkam kita, bagaimana kita bisa mengasah kemampuan saling memahami dan toleransi??

Kalau dijerat pasal-pasal karet mulu, bagaimana kita mampu saling mendengarkan dan merangkul??? Yang ada semua malah terus-terusan adu kekuasaan dan semakin hancur dalam negeri kita sendiri! Pikir!


Angkatan Z Indonesia