Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yuni.wahyuni114Avatar border
TS
yuni.wahyuni114
Kurelakan Engkau untuk Dia


Aku gak tahu, harus menuliskan tentangmu yang sudah memilihku, atau dia yang pernah kupilih, tapi gak pernah menyatakan dia menginginkanku seperti dirimu. Namun, akan kucoba memberitahu.



Rasanya naas. Sama seperti ketika aku menyatakan bersedia menjadi wanitanya. Menyediakan tempat di hati untuk dia yang mungkin bisa menjadi 'cerita baru' setelah banyaknya luka.

Berawal dari sebuah kelas online, aku mulai mengenalnya. Menjadikan salah satu alasan sekaligus motivasiku untuk terus belajar, belajar, dan belajar. Menggapai apa yang menjadi cita-citaku sedari dulu.

[Kenapa kamu langsung menawariku kelas ini? Padahal kita baru saja kenal di kelas online ini,] tulisku beberapa menit setelah mendapat form untuk diisi data lengkapku saat itu.

[Karena aku percaya dan kulihat, seluruh postinganmu mengarah ke kelas online ini. Bukankah kamu suka menulis?] katanya yang tanpa basa-basi seperti selalu.

[Baiklah, aku memang tertarik mengikuti kelas yang kamu ajakan padaku. Tapi, apakah kamu pun ikut di sana?]

[Ya, aku ikut di sana. Menjadi ketua kelas barangkali nantinya.] Saat dia menulis ini, aku gak tahu sama sekali tujuan apa.

[😊]

[Besok kalau sudah ditransfer, boleh konfirmasi ke aku, ya? Takut ke tukar sama orang lain,] tulisnya yang hanya kubalas menggunakan emot kepala plontos berwarna kuning tengah tersenyum.

🌸🌸🌸

Hari terus berganti. Ada rasa nyaman yang aku rasakan di hati ini. Awalnya aku gak peduli. Gak akan pernah juga mengungkapkan padanya. Meski mungkin, dia memahami tanpa aku memulai.

[Kamu kerja di luar negeri sudah lama?]

[Lumayan.]

[Kenapa, sih, banyak perempuan kayak kamu yang memutuskan untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri?]

[Kalau soal ini, kayaknya setiap orang punya alasan masing-masing, ya? Ada yang karena faktor ekonomi, masalah keluarga yang gak kunjung selesai, atau bahkan lari dari pasangan sebab mungkin memang itu satu-satunya jalannya.]

[Kalau alasan kamu sendiri kenapa?]

[Aku ingin kerja ke luar negeri, tersebab pengen punya rumah dari hasil kerja kerasku sendiri. Gak minta ke orang tua. Toh, aku ramai saudara. Mereka juga masih butuh banyak biaya untuk melanjutkan sekolah. Kalau dengan aku kerja di sini bisa membantu sedikit beban orang tua, kenapa gak?]

Dia tersenyum. Meski aku tak melihatnya, tapi emot orang tersenyum itu cukup menjadi jawabannya.

[Kenapa?] tanyaku pada akhirnya.

[Gak kenapa. Kamu perempuan hebat. Aku yakin, pasti banyak lelaki yang menginginkanmu menjadi pasangan mereka.]

[Gak juga. Aku pernah terluka yang amat sangat. Sampai pernah hampir-hampir membuatku mengakhiri semuanya. Tapi Tuhan selalu adil, 'kan? Melalui tulisan-tulisan sederhanaku, aku bisa mengontrol semua keinginan itu.]

[Benarkah kamu pernah sampai punya inisiatif begitu?]

[Tentu saja. Aku gak ada teman untuk bercerita secara terbuka. Teman curhat satu-satunya pun, hanya lansia yang saat ini aku jaga. Dia mengingatkanku untuk tetap pada kewarasan. Melepaskan apa yang memang sudah gak pantas aku terima.]

[Rasanya sakit sekali.]

[Memang.]

[Lalu, kenapa memutuskan untuk mengikuti kelas online yang kutawarkan?]

[Seperti kataku dan tanyamu juga, aku suka menulis. Apa pun yang kurasa, awalnya hanya kutulis untuk bahan di diary. Menyesakkan memang. Tapi itulah caraku bercerita pada semesta.]

[Baiklah, semoga Tuhan senantiasa melindungimu di sana, ya? Aku mau shalat Isya' dulu. Insya Allah lain waktu sambung lagi.]

[Oke, insya Allah.]

Pertama kalinya, aku merasa lega setelah bercerita padanya. Meski tentang dia gak tahu banyak, lain waktu juga, mungkin dia akan mulai ikut terbuka.

🌸🌸🌸

Kelas online sudah dibuka. Aku dan dia berbeda kelas; dia kelas non-fiksi, sedangkan aku di kelas fiksi. Sungguh hobi yang agak berbeda.

[Assalamualaikum, bagaimana kelasmu?] tanyaku basa-basi dalam kolom chat seperti biasa.

[Waalaikumussalam, alhamdulillah lancar. Tapi, langsung dapat tugas, nih! Kalau kamu gimana?]

[Sama. Aku juga ada tugas langsung dari kelas. Emm, kamu sibuk gak?]

[Lumayan. Kenapa?]

[Aku pengen melihatmu, sebentar saja.]

[Tentu boleh. Aku pun sudah lama pengen video call denganmu. Hehehehe.]

Tanpa menunggu lama, aku membuka telepon video. Dia gak berani menampakkan wajahnya.

"Aku harus ngomong sama siapa, nih? Dinding?" kataku mulai mengajaknya bercanda.

Dia tertawa. Meski masih setengah wajah yang dia perlihatkan di sana.

"Aku malu."

"Kenapa? Kan tadi sudah bilang oke."

"Baiklah, tapi kamu jangan ketawa, ya?"

"Iya, siaaappp."

Satu menit berlalu. Alis tebalnya mulai terlihat secara keseluruhan. Batang hidungnya yang agak tinggi. Beruntun ke area bibir, pipi, dan dagu.

Deg!

Masya Allah indahnya ciptaan Tuhan yang ada di seberang sana.

"Kenapa bengong? Mukaku aneh, ya?"

Aku terkesiap. Menyiapkan mental dan berusaha menutupi rasa malu yang sedari tadi menjalar.

"Apa kabar?" tanyaku basa-basi.

"Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah baik juga. Tugasmu sudah selesai?"

"Belum. Masih nyari bahan dan banyak baca artikel lain supaya ada gambaran. Tugasmu sudah kelar?"

"Belum juga. Tapi, tugasku kan rada santai. Soalnya tinggal kembangin imajinasi aja."

"Sambil lihat aku, ya? Biar dapat inspirasi," godanya yang membuat merah kembali pipiku.

"Hahhaa boleh. Oh, ya ... makasih karena sudah mau kenal dan ngajak aku ikut kelas ini."

"Sama-sama. Aku juga bahagia bisa membantumu menemukan dunia baru ini. Hehehhehe."

"Kamu sehari-sehari sibuk kerja atau kuliah?"

"Aku sibuk nyari kerja."

"Kamu sambil kuliah di sana?"

"Gak juga. Full kerja aja."

🌸🌸🌸

Pekan demi pekan terus berganti. Hubungan yang semula teman biasa, mendadak ajang memberi semangat, kadang perhatian, hingga buka-bukaan tentang bagaimana impian untuk masa depan.

Aku pun merasa nyaman dengan kehadiran dia. Sosoknya yang ternyata jauh lebih realistis dan memandang segala sesuatunya dari sisi yang lain.

Hingga ketika malam itu tiba ....

[Bolehkah aku jujur padamu?] tanyaku tanpa mau peduli apakah dia akan menanggapi santai atau sedang dalam fase ingin dengan waktunya sendiri.

[Jujur soal apa? Bukankah selama ini pun kamu sudah banyak nulis dan cerita tentang semua hal dengan jujur padaku?]

[Oke. Itu memang benar. Tapi, untuk kali ini aku pengen ngomong sesuatu yang selama kita kenal, itu membuatku keganggu.]

[Keganggu sebab aku?]

[Iya. Keganggu sebab aku merasa nyaman bila bisa cerita banyak hal padamu. Nyaman bila kamu pun menanggapi dengan segala yang positif. Meski gak jarang, aku justru menanggapi ceritamu dengan hal negatif. Aku menyukaimu. Apakah mungkin ada perasaan yang sama darimu untukku? Aku hanya ingin tahu itu.]

Lima menit berlalu. Aku paham, meski dia online. Dia hanya membaca pesanku. Mungkinkah dia tengah mempertimbangkan sesuatu?

Mungkinkah dia sebenarnya tidak punya rasa yang sama seperti perasaanku?

Cling!

Bunyi pesan masuk di aplikasi chattinganku.

[Aku terima pengakuanmu. Tapi, jawabanku mungkin bukan hal yang akan membahagiakanmu. Meski demikian, besar harapanku hubungan kita yang selama ini masih bisa berjalan baik.]

[Aku akan tetap menjadi temanmu yang baik. Jika itu menjadi maksudmu.]

[Iya, maafkan aku sebab hanya bisa mempunyai perasaan sebatas teman untukmu dan gak lebih dari itu.]

[Oke. Terima kasih karena sudah mau menjawab. Sekarang aku mengerti.]

[Mengerti soal apa?]

[Soal foto perempuan yang beberapa menit lalu kamu unggah di story-mu. Dia mahasiswi yang cukup pantas dan cantik untukmu. Aku pun sadar, siapalah aku dibanding dia. Maafkan aku, ya?]

Tidak ada jawaban.

Sampai berhari-hari dan tetap gak dibaca sama sekali.

🌸🌸🌸

{thread_title}


Aku ngalah dudu mergo aku wes ra sayang
Aku mundur dudu mergo tresnoku wes ilang
Nanging aku iki ngerteni
Yen dirimu lebih sayang arek kae

Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo
Mung di goleki pas atimu perih
Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo
Mung dibutuhno pas atimu loro

Aku ngalah dudu mergo aku wes ra sayang
Aku mundur dudu mergo tresnoku wes ilang
Nanging aku iki ngerteni
Yen dirimu lebih sayang arek kae

Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo
Mung di goleki pas atimu perih
Aku…

Sumber di sini


Jakarta, 22 Februari 2021

Penulis: @yuni.wahyuni114
sitinur200Avatar border
path3ticAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
846
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.8KThread•27.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.