Mencintai, adalah bahagia atau luka yang harus siap-siap aku terima. Tidak mesti seindah, bahkan seromantis kisah-kisah picisan, di dongeng-dongeng tulisan penyair.

Kisahku mencintai gadis berparas syahdu, bermata indah lengkap dengan lentik bulu matanya. Ah, sungguh itu adalah kisah kasmaran yang tak berujung. Mencintai dalam seribu kebisuan, menyimpan rasa pada palung yang paling ceruk.

Wanita yang biasa dipanggil Amy, adalah wanita terbaik saat itu. Saat aku mulai mengenal apa itu cinta, persis di kelas satu sebuah SMU di mana Amy adalah salah satu anak pemilik kantin di sekolah tempatku menimba ilmu.

Tiada hal yang membuat hati ini berbunga, selain melihat ujudnya ada di hadapanku--meskipun, tak pernah ada kata yang mampu kuucap, apalagi untuk melesatkan rayuan. Sungguh! Aku terlalu polos kala itu.

Dalam hayal selalu aku bersamanya, menyusuri jalan-jalan sunyi, saling menatap, bergandengan tangan hingga kukecup keningnya sebagai tanda jika aku telah benar-benar mencintainya.

Selalu dan selalu dalam ruang yang sama; hayalan semata! Sementara, aku hanya bisa terdiam jika berada di ruang dan waktu yang sama. Ini menyebalkan! Dan aku tidak mampu untuk menaklukkan ketidak percayaan diri yang begitu kuat memasung hati.


Pict: Dokumen Pribadi

Tiga tahun pun berlalu begitu saja. Aku dan Amy menjadi sepasang kekasih dalam duniaku sendiri, dunia yang tidak orang lain ketahui, dunia abu-abu yang terselip di antara rasa-rasa hati yang lain dan akhirnya dunia itu pun runtuh, saat usai kuliah, Amy dipersunting oleh seseorang dan jelas, itu bukan aku!

Cinta yang berawal dari tatapan, cinta yang tak pernah berani kuungkapkan, cinta yang kupendam. Pada akhirnya harus benar-benar aku pendam, sebagai kisah lalu, kisah cinta yang tak pernah bisa kuartikan.

Luka?

Iya, ada luka yang menganga, saat berita pernikahannya sampai di telingaku. Entah kenapa, rasa sakitnya begitu dalam--meskipun, aku juga tidak pernah tahu, apakah dia juga mencintaiku.


Opa Bani

20-02-2021