Apakah kamu bingung dengan perbedaan vaksinasi dan imunisasi? Oke, aku akan coba jelaskan secara singkat tentang perbedaan imunisasi dan vaksinasi.

Sesuasi dengan asal katanya 'imun' yang berarti kebal, imunisasi adalah proses membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit. Sedangkan vaksinasi adalah memberikan vaksin kepada seseorang baik dengan cara suntik maupun diteteskan melalui mulut. Jadi secara sederhana, vaksin adalah 'zat'-nya, vaksinasi adalah prosesnya, dan imunisasi adalah tujuan atau hasilnya. Karena tujuan dari pemberian vaksin memang untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit/virus. Sampai sini sudah cukup jelas ya?

Sebelum dunia diserang oleh virus covid-19, pada abad 18 dunia juga diserang oleh penyakit cacar nanah (smallpox). Tolong bedakan antara cacar nanah dan cacar air ya? Korban meninggal karena cacar nanah kala itu tercatat lebih dari 500 ribu orang di Eropa. Untunglah Edward Jenner menemukan metode vaksinasi pada tahun 1796 untuk membuat seseorang kebal terhadap infeksi cacar. Penemuan ini bermula saat gadis pemerah susu sapi tertular cacar sapi (cowpox) dari sapi-sapi yang diperahnya. Tapi tidak terjangkit cacar nanah (smallpox).



Pada tanggal 14 Mei 1796 adalah hari yang sangat bersejarah dalam sejarah medical dunia karena saat itu Jenner berhasil melakukan vaksinasi yang pertama di dunia. Ia memindahkan cairan lepuh gadis pemerah susu yang terkena cowpox ke kedua lengan Jamess Phipps (8 tahun), anak tukang kebunnya. Kemudian pada 1 Juli, Jenner dengan sengaja menginfeksikan James Phipps dengan smallpox yang membuktikan bahwa James Phipps kebal terhadap smallpox tidak hanya saat itu tapi selama sisa hidupnya James Phipps tidak pernah terpapar cacar nanah. Penemuan Edward Jenner telah menyelamatkan banyak orang. Hingga akhirnya pada tahun 1980, WHO secara resmi menyatakan bahwa penyakit cacar nanah (smallpox) yang disebabkan oleh virus variolla sudah tidak ditemukan lagi. Bisa dikatakan virus ini sudah hilang dari muka bumi ini. Kasus smallpox terakhir yang terjadi adalah pada tahun 1977 di Kongo.

Meski vaksinasi bisa dikatakan menjadi satu-satunya cara untuk memberantas penyakit menular, hingga penyakit cacar nanah yang membunuh lebih dari 300 juta orang pada abad ke-20 bisa hilang, namun butuh waktu yang sangat lama yakni 200 tahun! Namun bayangkan andai Edward Jenner tidak menemukan vaksin, rasio korban meninggal penderita smallpox adalah 3 banding 10!

Namun demikian, tidak seperti penyakit smallpox yang benar-benar hilang dari kehidupan manusia, covid-19 diprediksikan tidak akan benar-benar hilang. Karena tidak seperti smallpox yang menularkan ke sesama manusia saja, covid-19 juga dapat menularkan juga ke hewan atau sebaliknya. Bahkan diduga covid-19 awalnya dari hewan dulu baru menular ke manusia. Ini salah satu penyebab kenapa virus covid-19 diprediksikan tidak bisa hilang dan akan menjadi endemic baru layaknya HIV. Sebab lain kenapa covid-19 diprediksikan tidak akan hilang adalah karena tipe virus (strain) yang berubah-ubah. Tipenya tidaklah tetap.

Nah, apakah dengan kemungkinan kita akan hidup berdampingan dengan virus corona kita rela tidak memiliki kekebalan terhadapnya?

Selama ini, sejak masih usia dini, penduduk Indonesia sudah wajib diberikan imunisasi berupa pemberikan vaksin yakni Hepatitis B; BCG (tuberkulosis); DPT (difteri), pertusis dan tetanus; polio; dan MR (rubella). Berkat imunisasi ini juga, pada tahun 2014 WHO menetapkan Indonesia salah satu dari 11 negara yang bebas dari polio. Negara lainnya di antaranya adalah Bangladesh, Myanmar, Korsel, India, Maladewa, dan juga Nepal.

Jadi, karena merupakan satu-satunya cara untuk memberantas virus covid-19, aku tentu saja setuju dengan pemberian vaksin covid-19 pada masyarakat kita. Tak ada opsi lain yang lebih baik dan lebih efisien selain pemberian vaksin covid-19.



Termasuk Vaksin Sinovac?

Ya, vaksin ini sudah dijamin aman dan halal. Perlu jaminan apa lagi? Jika tidak aman dan halal, presiden kita tidak akan divaksin dengan Vaksin Sinovac. Bahkan, jika tidak aman, vaksin ini tidak akan mendapat ijin edar dari WHO maupun BPOM.