Saat Vaksin Covid-19 Ditemukan. Maaf, Saya Masih Menjadi Tim yang Meragukan



Puji syukur pada Allah yang masih memberi semua kesempatan ini. Hingga akhirnya bisa sedikit berbagi tentang bagaimana keluhan-keluhan dari banyak sumber, hingga akhirnya membuat saya pribadi masih harus meragukan Vaksin Sinovac sebagai salah satu vaksin untuk Covid-19.

Mengingat sebagian besar orang di kalangan pemerintah saja, masih bisa ragu. Apalah saya yang hanya masyarakat kalangan biasa.


Sumber gambar di sini

Siapa saja orang yang mempengaruhi saya, hingga secara pribadi, saya pun meragukannya.

Anggota DPR Komisi IX dari Partai PDI-Perjuangan



Sebagai sosok yang ada di dewan perwakilan rakyat, Ribka Tjiptaning menjadi salah satu sosok yang pertama kali menolak Vaksin Covid-19 Sinovac yang berasal dari China.

Seperti dikutip dari laman CNN Indonesia, berikut alasan beliau yang membuat saya menjadi yakin, untuk meragukannya.



Keraguan dari Para Tenaga Kesehatan



Terkait hal ini, saya telah menyaksikan langsung melalui media berita, bahwasannya Presiden Joko Widodosejak bulan Januari lalu, sudah bersedia menjadi salah satu contoh orang yang pertama kali disuntik vaksin Sinovac.

Meski tak menutup kemungkinan, para tenaga kesehatan pun ada yang meragukan. Seperti dikutip dari laman SINDONEWS.COM berikut ini.



Vaksin untuk Masyarakat; Berbayar atau Gratis?


Sumber gambar di sini

Melihat sekaligus meninjau dari banyak media yang melaporkan; Presiden Joko Widodosempat menyatakan bahwa vaksin untuk seluruh masyarakat Indonesia dibagikan gratis. Tapi pada beberapa kenyataan, saya membaca bahwa ada sistem berbayar untuk mendapat suntikan vaksin ini.

Seperti yang terkutip dari laman Detik Health.Com



Begitulah tiga alasan mendasar, mengapa saya tetap ada di tim yang masih ragu dengan vaksin Sinovac sampai saat ini.

Hal lain lagi, selama beberapa bulan yang lalu, saya percaya bahwa Covid-19 itu memang ada. Tapi belum seberbahaya yang ditampilkan di layar televisi.

Sebagai catatan, saya masih banyak melihat bahwa semua jenis kegiatan--baik di dalam ruangan maupun luar ruangan--khususnya di ibu kota seperti Jakarta, kendaraan pribadi maupun angkutan umum masih lalu lalang dengan bebasnya.

Juga, setelah sekian bulan saya kembali ke Indonesia, masih banyak menjumpai kebanyakan orang dari semua kalangan--pemerintah maupun non-pemerintah--yang tidak menerapkan anjuran protokol kesehatan. Seperti;



Apakah karena tidak adanya kesadaran, kurangnya penyuluhan, ataukah sebab alasan lain yang lebih logis untuk tetap membebaskan masyarakat secara menyeluruh, melakukan pelanggaran?

Lantas, kenapa pula masih banyak dijumpai papan informasi mengenai pendataan yang terkena covid maupun meninggal, tidak ada pembaruan di beberapa titik yang ada di tepi jalan?

Kenyataan-kenyataan di ataslah, yang sempat saya saksikan selama masa karantina setelah pulang dari Taiwan sampai pulang ke rumah, namun sampai detik ini belum ada perubahan yang signifikan.

Sebagai tambahan, saya akan menaruh beberapa foto bagaimana keadaan selama dikarantina di Wisma Atlet, yang membuat saya dan beberapa teman mantan PMI (Pekerja Migran Indonesia) dinyatakan positif Covid-19 sampai alhamdulillah dinyatakan sembuh total.



Itu dia beberapa banyak alasan, mengapa saya kurang percaya ataupun ragu pada adanya Vaksin Covid-19 yang sekarang sudah ada di Indonesia.

Semoga bermanfaat dan tetap jaga kesehatan di manapun kalian berada. Bye bye and good night.

Tangerang, 9 Februari 2021

Penulis: @yuni.wahyuni114
Sumber gambar: tertera dan koleksi pribadi