gambar

Tepat di 26 Desember 2004, sebuah peristiwa bencana alam besar terjadi menerpa di bagian barat Indonesia provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tsunami itu merenggut korban kurang lebih sebanyak 200 ribu jiwa. Saat itu, sehari setelah perayaan natal di Minggu pagi pukul delapan terjadi gempa yang bersumber dari Samudera Hindia. Guncangan itu dieperkirakan mencapai 9,1-9,3 SR. Kemudian tak lama berselang, tiba-tiba sebuah gelombang air laut menerjang pesisir pantai yang ketinggiannya mencapai 30 meter dengan kecepatan 100 meter/detik atau sekitar 360 km/jam.

Saat itu, Aceh benar-benar berduka. Karena tak ada yang menyangka tsunami akan terjadi pada akhir pekan di ujung tahun 2004. Gelombang dahsyat tersebut, menghanyutkan seluruh tempat di Aceh tidak hanya manusianya namun juga hewan, rumah, hingga kapal PLTD Apung yang terseret sejauh 5 kilometer ke daratan. Tak mampu dibayangkan bagaimana paniknya warga Aceh saat itu, histeris di tengah gelombang tinggi nan dahsyat.



gambar

Perlahan namun pasti Aceh mulai berbenah. Bantuan dan perhatian dari negeri sendiri serta dunia internasional membuat warga Aceh optimis membangun kembali sebuah kehidupan yang lebih baik. Melupakan secepat mungkin duka bencana itu. Maka di tahun 2009, didirikan sebuah museum sebagai simbolis atas bencana gempa dan tsunami di Aceh. Museum tersebut diarsteki oleh Ridwan Kamil yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Kang Emil sapaan dari Ridwan Kamil berhasil memenangkan sayembara internasional di tahun 2007 untuk desain museum tsunami tersebut. Ide bangunan itu berkonsep rumoh Aceh dan on escape hill yang memiliki nilai-nilai Islam, diapadukan budaya lokal, serta abstraksi tsunami itu sendiri.

Ridwan Kamil tentu bukan arsitek kemarin sore, museum itu dibuat dengan konsep yang memiliki nilai filosofi. Apa saja?

1. Rumoh Aceh



gambar

Ide museum tsunami ini diambil dari dasar rumah panggung Aceh. Hal tersebut memiliki makna tentang kearifan lokal serta bagaimana desain orang dulu dalam merespon tantangan bencana alam. Mengingat dulu Aceh juga pernah terjadi bencana. Selain itu, konsep tersebut merupakan bagian dari refleksi sebuah keyakinan terhadap agama dan adaptasi terhadap alam.

2. Escape Building



gambar

Selain memakai konsep rumoh Aceh, museum tsunami ini pun terdapat design escape builidng yang mana memiliki fungsi seperti bukit penyelamatan untuk sewaktu-waktu jika terjadi tsunami kembali yang akan datang.

3. Gelombang Laut



gambar

Museum tsunami ini juga terdapat konsep gelombang laut atau sea wafes. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa bencana alam bernama tsunami pernah melanda negeri ini khususnya Aceh. Dan itu akan selalu dikenang sebagai sejarah tak terlupakan.

4. Tari Saman



gambar

Sebuah tarian termasyhur di Aceh pun menjadi ide atau konsep dalam pembangunan museum tersebut. Tari Saman sengaja dipilih dengan filosofi sebuah lambang kebersamaan, gotong royong, sebuah ekspresi dari peribahasa berat sama dipikul ringan sama dijinjing juga penerapan dari habluminannas (Hubungan dengan manusia). Maka rasanya tarian saman ini dinilai pas untuk menyimbolkan itu semua. Aceh bangkit dengan kebersamaan.

5. The Light of God



gambar

Pada bagian dalam museum terdapat sebuah cerobong berbentuk silinder yang menatap langit dengan tinggi mencapai 33 meter, dan mampu memantulkan cahaya ke langit. Hal ini bermakna hubungan manusia ke Sang Maha Pencipta.

6. Public Park



gambar

Museum ini juga menyediakan taman publik yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat umum berkumpul. Hal ini memiliki filosofi tentang kerukunan dan persaudaraan yang menyatu dalam satu tempat.

Begitulah nilai-nilai yang terkandung dalam museum tsunami di Aceh. Tentu monumen bersejarah ini harus senantiasa dijaga dan dirawat. Jangan sampai rusak oleh ulah mereka yang tak bertanggung jawab.

Sumber :

1