- Beranda
- Berita dan Politik
Kisah Pilu Pasien Corona, Pakai Selang Oksigen Setir Mobil Sendiri hingga Ditempatkan
...
TS
mr.sundul.gan
Kisah Pilu Pasien Corona, Pakai Selang Oksigen Setir Mobil Sendiri hingga Ditempatkan
Quote:
Kisah Pilu Pasien Corona, Pakai Selang Oksigen Setir Mobil Sendiri hingga Ditempatkan di Teras Puskesmas
Indonesia masih belum juga bisa lepas dari pandemi Covid-19. Virus corona semakin merajalela. Pasien corona terus membeludak dan rumah sakit pun kewalahan menanganinya.
Salah seorang pasien corona pun bercerita bagaimana sulitnya mendapatkan perawatan Covid-19 di rumah sakit. Banyak RS yang menolaknya karena ruang isolasi dan ICU sudah penuh oleh pasien corona.
Oleh karena itu, ia harus berjuang keras mulai dari menyetir sambil menggunakan selang oksigen hingga rela tidur di teras puskesmas demi mendapatkan perawatan yang layak sebagai pasien corona.
Dwi Anna Susiati menuturkan kisahnya itu kepada Najwa Shihab dalam talkshow bertajuk Mata Najwa: Cerita Pilu Ruang ICU.
Perempuan yang akrab disapa Anna itu sudah ditolak banyak sekali rumah sakit, meskipun dirinya dibantu oleh teman, saudara, dan keluarga untuk mencari tempat perawatan Covid-19.
"Kalau yang saya datangi langsung sekitar tujuh, by phone itu sekitar enam, itu belum yang temen-temen bantu," tutur Anna dikutip Pikiran-Rakyat.com dari video yang diunggah kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamis 28 Januari 2021.
Ia mengaku tidak cuma meminta bantuan kepada teman-teman terdekat. Bahkan, teman-teman SMP-nya pun diminta bantuan untuk mencarikan rumah sakit.
"Nihil, enggak ada, kosong semua," kata Anna. Ia pun tidak mencari perawatan Covid-19 untuk dirinya sendiri, tetapi juga buat suami dan anaknya yang juga terpapar virus corona.
Di awal pencarian, Anna sudah ditolak dua rumah sakit. Alasannya, saturasi oksigen Dwi masih dalam ambang batas aman, yakni 93 persen.
"Sebenarnya kami sudah coba isolasi mandiri, Mbak Nana. Isolasi mandiri, apapun saya coba. Mau dari obat herbal atau obat dari dokter yang diberikan pada saat kami swab, itu sudah kami coba," ujar Anna.
Ia hanya tidak mencoba satu rekomendasi obat yang dianggapnya tidak masuk akal, yaitu konsumsi mie instan merek tertentu dua kali sehari selama seminggu.
Sayangnya, upaya penyembuhan itu tidak berhasil. Setelah kondisi menurun, Anna berusaha mati-matian mencari tempat perawatan Covid-19 untuk dirinya, suami dan sang buah hati.
Suami Anna menjadi yang pertama mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit usai dibantu dicarikan RS oleh kerabat.
Setiap rumah sakit pun memberikan perlakuan yang berbeda-beda saat menolak pasien corona.
"Ada yang dari pihak rumah sakit menyatakan dengan halus, 'Bu, kalau ibu mau di sini, ibu harus menunggu sekitar 4-5 hari, tapi ibu nunggunya enggak bisa di IGD karena IGD juga penuh," tutur Anna.
"Tetapi ada juga yang 'Aduh, bu. Sudah enggak bisa!'. Ada juga yang baru sampai di depan IGD juga disuruh kembali, sudah enggak panjang lebar, cuma security aja yang menjawab," kata Anna.
Anna mengaku sempat memasang infus sendiri ketika isolasi mandiri, namun ternyata malah kebingungan karena darah mereka naik ke selang infus.
"Sampai suatu malam, saya tuh saturasinya 81. Malam-malam tuh saya bingung, saya telpon siapa? Saya WA kakak saya, saya bilang, 'Saturasi gue 81, gimana?'," ujar Anna.
Kakak Anna segera menelpon anaknya, tetapi anaknya malah panik kemudian mencarikan mobil ambulans. Setelah mobil ambulans datang, Anna diangkut ke sebuah puskemas yang lokasinya jauh dari rumah.
"Setelah begitu, saya enggak ditaruh di dalam, saya pikir saya dimasukkin ke dalam. Ternyata, saya tuh cuma ditaruh di pelataran gitu, Mbak," tutur Anna.
Ia mengaku harus tidur di luar puskesmas selama satu malam, entah apa alasannya.
"Dari jam 23.00 mungkin yah, sampai jam 07.30 atau jam 07.00. Saya enggak tahu di dalam penuh atau enggak, tapi setahu saya tuh kayaknya kosong itu puskesmas," kata Anna.
Setelah lama berbaring di teras puskesmas, ia dibangunkan kakaknya untuk pindah ke rumah sakit. Namun, Anna takkan langsung mendapatkan perawatan intensif di ruang isolasi. Ia harus menunggu di IGD 4-5 hari.
"Tapi saya ditempatkan di RSUD Tangerang, jauh pokoknya jauh sekali," tuturnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu mengantarkan. Akhirnya, Anna nekat pergi ke sana ditemani kakaknya.
"Saya akhirnya sambil nyetir, kakak saya nangis. Saya bilang sama dia, 'Jangan nangis, kalau kamu nangis, sayanya, down'. Saya cuma mikir, 'Ya Allah, kuatkan saya sampai rumah sakit," ucap Anna.
Anna harus pergi ke rumah sakit menyetir sendiri sambil memakai selang oksigen karena kondisi masih terus menurun. Ia pun harus pulang ke rumah dalam kondisi yang sama usai dinyatakan negatif Covid-19.
SUMBER
Salah seorang pasien corona pun bercerita bagaimana sulitnya mendapatkan perawatan Covid-19 di rumah sakit. Banyak RS yang menolaknya karena ruang isolasi dan ICU sudah penuh oleh pasien corona.
Oleh karena itu, ia harus berjuang keras mulai dari menyetir sambil menggunakan selang oksigen hingga rela tidur di teras puskesmas demi mendapatkan perawatan yang layak sebagai pasien corona.
Dwi Anna Susiati menuturkan kisahnya itu kepada Najwa Shihab dalam talkshow bertajuk Mata Najwa: Cerita Pilu Ruang ICU.
Perempuan yang akrab disapa Anna itu sudah ditolak banyak sekali rumah sakit, meskipun dirinya dibantu oleh teman, saudara, dan keluarga untuk mencari tempat perawatan Covid-19.
"Kalau yang saya datangi langsung sekitar tujuh, by phone itu sekitar enam, itu belum yang temen-temen bantu," tutur Anna dikutip Pikiran-Rakyat.com dari video yang diunggah kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamis 28 Januari 2021.
Ia mengaku tidak cuma meminta bantuan kepada teman-teman terdekat. Bahkan, teman-teman SMP-nya pun diminta bantuan untuk mencarikan rumah sakit.
"Nihil, enggak ada, kosong semua," kata Anna. Ia pun tidak mencari perawatan Covid-19 untuk dirinya sendiri, tetapi juga buat suami dan anaknya yang juga terpapar virus corona.
Di awal pencarian, Anna sudah ditolak dua rumah sakit. Alasannya, saturasi oksigen Dwi masih dalam ambang batas aman, yakni 93 persen.
"Sebenarnya kami sudah coba isolasi mandiri, Mbak Nana. Isolasi mandiri, apapun saya coba. Mau dari obat herbal atau obat dari dokter yang diberikan pada saat kami swab, itu sudah kami coba," ujar Anna.
Ia hanya tidak mencoba satu rekomendasi obat yang dianggapnya tidak masuk akal, yaitu konsumsi mie instan merek tertentu dua kali sehari selama seminggu.
Sayangnya, upaya penyembuhan itu tidak berhasil. Setelah kondisi menurun, Anna berusaha mati-matian mencari tempat perawatan Covid-19 untuk dirinya, suami dan sang buah hati.
Suami Anna menjadi yang pertama mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit usai dibantu dicarikan RS oleh kerabat.
Setiap rumah sakit pun memberikan perlakuan yang berbeda-beda saat menolak pasien corona.
"Ada yang dari pihak rumah sakit menyatakan dengan halus, 'Bu, kalau ibu mau di sini, ibu harus menunggu sekitar 4-5 hari, tapi ibu nunggunya enggak bisa di IGD karena IGD juga penuh," tutur Anna.
"Tetapi ada juga yang 'Aduh, bu. Sudah enggak bisa!'. Ada juga yang baru sampai di depan IGD juga disuruh kembali, sudah enggak panjang lebar, cuma security aja yang menjawab," kata Anna.
Anna mengaku sempat memasang infus sendiri ketika isolasi mandiri, namun ternyata malah kebingungan karena darah mereka naik ke selang infus.
"Sampai suatu malam, saya tuh saturasinya 81. Malam-malam tuh saya bingung, saya telpon siapa? Saya WA kakak saya, saya bilang, 'Saturasi gue 81, gimana?'," ujar Anna.
Kakak Anna segera menelpon anaknya, tetapi anaknya malah panik kemudian mencarikan mobil ambulans. Setelah mobil ambulans datang, Anna diangkut ke sebuah puskemas yang lokasinya jauh dari rumah.
"Setelah begitu, saya enggak ditaruh di dalam, saya pikir saya dimasukkin ke dalam. Ternyata, saya tuh cuma ditaruh di pelataran gitu, Mbak," tutur Anna.
Ia mengaku harus tidur di luar puskesmas selama satu malam, entah apa alasannya.
"Dari jam 23.00 mungkin yah, sampai jam 07.30 atau jam 07.00. Saya enggak tahu di dalam penuh atau enggak, tapi setahu saya tuh kayaknya kosong itu puskesmas," kata Anna.
Setelah lama berbaring di teras puskesmas, ia dibangunkan kakaknya untuk pindah ke rumah sakit. Namun, Anna takkan langsung mendapatkan perawatan intensif di ruang isolasi. Ia harus menunggu di IGD 4-5 hari.
"Tapi saya ditempatkan di RSUD Tangerang, jauh pokoknya jauh sekali," tuturnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu mengantarkan. Akhirnya, Anna nekat pergi ke sana ditemani kakaknya.
"Saya akhirnya sambil nyetir, kakak saya nangis. Saya bilang sama dia, 'Jangan nangis, kalau kamu nangis, sayanya, down'. Saya cuma mikir, 'Ya Allah, kuatkan saya sampai rumah sakit," ucap Anna.
Anna harus pergi ke rumah sakit menyetir sendiri sambil memakai selang oksigen karena kondisi masih terus menurun. Ia pun harus pulang ke rumah dalam kondisi yang sama usai dinyatakan negatif Covid-19.
SUMBER
NGERI BANGET BRAY
Susu.Bahenol memberi reputasi
1
833
Kutip
14
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672.1KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya