- Beranda
- Berita dan Politik
Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik
...
![mr.sundul.gan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/11/11/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
mr.sundul.gan
Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik
Quote:
Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Ahli: Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik
![Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik](https://s.kaskus.id/images/2021/01/28/9336870_20210128082317.jpg)
Tangkapan layar rekaman kamera pengawas atau CCTV yang menunjukkan penumpukan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, viral di Twitter dan aplikasi pesan instan WhatsApp beberapa waktu lalu.
Sejumlah pasien terlihat mengantri di lobi sebelum masuk ke ruang perawatan.
Humas RSSA Kota Malang Donny Iryan mengaku belum mengetahui sumber foto tersebut. Namun, ia memastikan foto itu memperlihatkan suasana IGD Incovit RSSA.
Incovit adalah singkatan dari instalasi Covid-19 dan infeksi terpadu yang diperuntukkan bagi pasien corona.
"Kami tidak tahu sumber dari mana foto itu. Tapi jika dilihat lokasi dan keadaan di gambar memang menyerupai IGD Incovit RSSA," kata Donny melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Sabtu (19/12/2020).
Donny mengakui, ruang perawatan pasien Covid-19 di RSSA Kota Malang sering penuh beberapa waktu terakhir.
Selain RSSA Kota Malang, penumpukan pasien di instalasi gawat darurat rumah sakit juga terjadi di RSUD Kota Depok.
Direktur RSUD Kota Depok Devi Mayori mengakui masih terjadi penumpukan pasien mereka itu lantaran mayoritas pasien yang datang ke IGD berstatus suspek alias belum terkonfirmasi positif Covid-19.
"Penumpukan di IGD itu terjadi juga karena (pasien) datang belum ada hasil swab (PCR). Dia datang ya kita swab dulu kan. Gejalanya Covid-19 saat dia datang, seperti demam, batuk, hilang indra penciuman," jelas Devi kepada Kompas.com, Rabu (27/1/2021).
"Tapi, karena dia datang tidak membawa hasil swab (PCR), jadi ya kita tumpuklah di IGD, karena kita mau masukkan ke ruang mana kita juga bingung," ia menambahkan.
Kejadian ini dianggap mengkhawatirkan, karena kemampuan fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menangani pandemi Covid-19, khususnya dalam kaitannya dengan perawatan dan pengobatan pasien Covid-19.
Lantas apa yang dilakukan untuk mengukur kapasitas dan kapabilitas rumah sakit menghadapi pandemi Covid-19 ini?
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan untuk menambah rasio ketersediaan ruang khusus pasien Covid-19, dari 10 persen menjadi 30-40 persen demi menunjang kesiapan ruangan dan unit perawatan rumah sakit dalam menghadapi kondisi pandemi yang sangat dinamis.
Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Coporation (PBM IHC), Dr dr Fathema Djan Rachmat SpB SpBTKV(K) MPH mengungkapkan, sejak Februari 2020, rumah sakit khususnya yang milik pemerintah sudah mulai melakukan persiapan.
Persiapan tersebut terkait pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill), serta berlatih menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
"Pada waktu itu, kami (IHC) telah mengambil kebijakan tentang konversi tempat sebesar 40-50 persen tidur untuk alokasi penanganan pasien Covid-19," kata Fathema dalam keterangan tertulisnya melalui Komite Penanganan Covid-19 Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (28/1/2021).
![Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik](https://s.kaskus.id/images/2021/01/28/9336870_20210128082507.jpg)
Sejumlah pasien terlihat mengantri di lobi sebelum masuk ke ruang perawatan.
Humas RSSA Kota Malang Donny Iryan mengaku belum mengetahui sumber foto tersebut. Namun, ia memastikan foto itu memperlihatkan suasana IGD Incovit RSSA.
Incovit adalah singkatan dari instalasi Covid-19 dan infeksi terpadu yang diperuntukkan bagi pasien corona.
"Kami tidak tahu sumber dari mana foto itu. Tapi jika dilihat lokasi dan keadaan di gambar memang menyerupai IGD Incovit RSSA," kata Donny melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Sabtu (19/12/2020).
Donny mengakui, ruang perawatan pasien Covid-19 di RSSA Kota Malang sering penuh beberapa waktu terakhir.
Selain RSSA Kota Malang, penumpukan pasien di instalasi gawat darurat rumah sakit juga terjadi di RSUD Kota Depok.
Direktur RSUD Kota Depok Devi Mayori mengakui masih terjadi penumpukan pasien mereka itu lantaran mayoritas pasien yang datang ke IGD berstatus suspek alias belum terkonfirmasi positif Covid-19.
"Penumpukan di IGD itu terjadi juga karena (pasien) datang belum ada hasil swab (PCR). Dia datang ya kita swab dulu kan. Gejalanya Covid-19 saat dia datang, seperti demam, batuk, hilang indra penciuman," jelas Devi kepada Kompas.com, Rabu (27/1/2021).
"Tapi, karena dia datang tidak membawa hasil swab (PCR), jadi ya kita tumpuklah di IGD, karena kita mau masukkan ke ruang mana kita juga bingung," ia menambahkan.
Kejadian ini dianggap mengkhawatirkan, karena kemampuan fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menangani pandemi Covid-19, khususnya dalam kaitannya dengan perawatan dan pengobatan pasien Covid-19.
Lantas apa yang dilakukan untuk mengukur kapasitas dan kapabilitas rumah sakit menghadapi pandemi Covid-19 ini?
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan untuk menambah rasio ketersediaan ruang khusus pasien Covid-19, dari 10 persen menjadi 30-40 persen demi menunjang kesiapan ruangan dan unit perawatan rumah sakit dalam menghadapi kondisi pandemi yang sangat dinamis.
Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Coporation (PBM IHC), Dr dr Fathema Djan Rachmat SpB SpBTKV(K) MPH mengungkapkan, sejak Februari 2020, rumah sakit khususnya yang milik pemerintah sudah mulai melakukan persiapan.
Persiapan tersebut terkait pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill), serta berlatih menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
"Pada waktu itu, kami (IHC) telah mengambil kebijakan tentang konversi tempat sebesar 40-50 persen tidur untuk alokasi penanganan pasien Covid-19," kata Fathema dalam keterangan tertulisnya melalui Komite Penanganan Covid-19 Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (28/1/2021).
![Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik](https://s.kaskus.id/images/2021/01/28/9336870_20210128082507.jpg)
Namun, konversi tersebut juga akan dilakukan dengan angka yang berbeda-beda atau variatif dari satu rumah sakit dengan yang lainnya karena tergantung dengan jumlah yang terpapar atau tingkat infeksi di daerah masing-masing.
"Ada yang zona merah, ada yang hijau. Yang zona merah rata-rata konversi 50 persen dengan jumlah penambahan ICU 25 persen dari ruang yang terkonversi jadi perawatan Covid-19," kata dia.
Kemudian, untuk area atau kawasan yang hijau, maka konversinya sekitar 25 persen dengan penambahan ICU 10-15 persen dari ruangan yang terkonversi.
Fathema menambahkan, selain konversi tempat, jumlah ruangan khusus Covid-19 juga bertambah terus seiring dinamika pandemi.
"Total BUMN memiliki lebih dari 7 ribu tempat tidur dan telah dikonversi lebih dari 3.500 an tempat tidur untuk isolasi atau perawatan Covid-19," ujarnya.
Sementara itu, ada 512 bed ICU Covid-19, di mana itu sudah termasuk penambahan 50 bed ICU di RSPP Simprung, dan ini adalah upaya yang dilakukan sejak April 2020, dengan tujuan tidak ada pasien yang ditolak ketika datang ke rumah sakit.
"Caranya dengan memastikan aliran layanan lancar dari IGD, masuk rawat isolasi atau ICU hingga pulang. Kalaupun perlu rawatan lain, kami ada hotel atau penginapan yang bisa dipakai sebagai safe house. Kemudian, jika ada yang penuh juga bisa kami carikan ke jaringan rumah sakit yang lainnya sehingga aliran layanan terkontrol. Kami bekerjasama dengan RS swasta," ceritanya.
Namun, ia mengakui dengan peningkatan kasus terkonfirmasi positif yang semakin masif, kondisi Bed Occupancy Rate (BOR) yang terus meningkat sangat bisa terjadi.
Sehingga, biarpun tempat tidur terus ditambah, BOR tetap ikut naik.
BOR mengakibatkan banyak pasien yang berpeluang sembuh, tetapi tidak mendapatkan kamar perawatan.
"Saat ini selalu di angka 80-90 persen. Artinya meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik, karena memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena Covid-19 bertambah secara signifikan," kata dia.
Ia menegaskan, penambahan pasien ini tidak hanya bisa direspons dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas RS.
"Justru yang harus kita lakukan lebih giat lagi adalah 3T-nya (tracing, testing dan treatment). Kemudian bagaimana pelayanan di primary health care-nya, perlu penguatan," tegasnya.
Untuk tracing (penelusuran) dan testing, kata dia, perlu berbarengan dengan pemerintah daerah dan primary health care seperti Puskesmas.
Bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak) sudah diisolasi terlebih dahulu sebelum hasil tesnya keluar. Karena kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka pencegahan penularan terlambat dilakukan.
"Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian di rawat inap dan jumlah kematian ICU," ucap dia.
"Jadi sebenarnya RS ini adalah garda atau terminal terakhir. Tapi yang disebut garda depan itu adalah primary healthcare seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan," imbuhnya.
SUMBER
"Ada yang zona merah, ada yang hijau. Yang zona merah rata-rata konversi 50 persen dengan jumlah penambahan ICU 25 persen dari ruang yang terkonversi jadi perawatan Covid-19," kata dia.
Kemudian, untuk area atau kawasan yang hijau, maka konversinya sekitar 25 persen dengan penambahan ICU 10-15 persen dari ruangan yang terkonversi.
Fathema menambahkan, selain konversi tempat, jumlah ruangan khusus Covid-19 juga bertambah terus seiring dinamika pandemi.
"Total BUMN memiliki lebih dari 7 ribu tempat tidur dan telah dikonversi lebih dari 3.500 an tempat tidur untuk isolasi atau perawatan Covid-19," ujarnya.
Sementara itu, ada 512 bed ICU Covid-19, di mana itu sudah termasuk penambahan 50 bed ICU di RSPP Simprung, dan ini adalah upaya yang dilakukan sejak April 2020, dengan tujuan tidak ada pasien yang ditolak ketika datang ke rumah sakit.
"Caranya dengan memastikan aliran layanan lancar dari IGD, masuk rawat isolasi atau ICU hingga pulang. Kalaupun perlu rawatan lain, kami ada hotel atau penginapan yang bisa dipakai sebagai safe house. Kemudian, jika ada yang penuh juga bisa kami carikan ke jaringan rumah sakit yang lainnya sehingga aliran layanan terkontrol. Kami bekerjasama dengan RS swasta," ceritanya.
Namun, ia mengakui dengan peningkatan kasus terkonfirmasi positif yang semakin masif, kondisi Bed Occupancy Rate (BOR) yang terus meningkat sangat bisa terjadi.
Sehingga, biarpun tempat tidur terus ditambah, BOR tetap ikut naik.
BOR mengakibatkan banyak pasien yang berpeluang sembuh, tetapi tidak mendapatkan kamar perawatan.
"Saat ini selalu di angka 80-90 persen. Artinya meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik, karena memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena Covid-19 bertambah secara signifikan," kata dia.
Ia menegaskan, penambahan pasien ini tidak hanya bisa direspons dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas RS.
"Justru yang harus kita lakukan lebih giat lagi adalah 3T-nya (tracing, testing dan treatment). Kemudian bagaimana pelayanan di primary health care-nya, perlu penguatan," tegasnya.
Untuk tracing (penelusuran) dan testing, kata dia, perlu berbarengan dengan pemerintah daerah dan primary health care seperti Puskesmas.
Bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak) sudah diisolasi terlebih dahulu sebelum hasil tesnya keluar. Karena kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka pencegahan penularan terlambat dilakukan.
"Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian di rawat inap dan jumlah kematian ICU," ucap dia.
"Jadi sebenarnya RS ini adalah garda atau terminal terakhir. Tapi yang disebut garda depan itu adalah primary healthcare seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan," imbuhnya.
SUMBER
MUKE GILE BRAY
![Takut emoticon-Takut](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1itttkb.gif)
![Takut emoticon-Takut](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1itttkb.gif)
![Takut emoticon-Takut](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1itttkb.gif)
0
472
Kutip
2
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Berita dan Politik](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-10.png)
Berita dan Politik![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
672.1KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya