Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Wall Street Rontok, Kayaknya Rupiah Bakal Ikutan Jeblok...
Wall Street Rontok, Kayaknya Rupiah Bakal Ikutan Jeblok...

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Kejatuhan Wall Street membuat para pemain di pasar keuangan Asia ciut nyali sehingga menghindari aset-aset berisiko.
Pada Kamis (28/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tipis 0,04% di hadapan greenback. Namun penguatan rupiah belum mampu mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000.

Hari ini, sepertinya angka psikologis itu semakin jauh karena ada kemungkinan rupiah bakal melemah hingga 'tutup lapak'. Rupiah terlihat sudah melemah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) dan sepertinya akan menular ke pasar spot.

The Fed Tak Beri Kejutan Tapi Diprotes, Kok Begitu?

Minat investor terhadap aset-aset berisiko sedang rendah, sehingga membuat aliran modal ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia (termasuk Indonesia) menjadi seret. Sikap investor yang pasang kuda-kuda risk-on (mengedepankan risiko) terlihat di bursa saham New York.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 2,05%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite ambrol masing-masing 2,57% dan 2,61%. 

Koreksi di Wall Street semakin menjadi kala bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengumumkan hasil rapat bulanan. Ketua Jerome 'Jay' Powell mempertahankan suku banga acuan di 0-0,25%.
The Fed juga berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Saat ini, The Fed memborong obligasi pemerintah AS setidaknya US$ 80 miliar per bulan plus aset beragun kredit properti (mortgage-based securities) US$ 40 miliar.
"Anda belum bisa berharap motel, gelaran olahraga, bioskop, restoran, bar, dan sebagainya bisa berfungsi dengan baik selama pandemi. Itu menyangkut (kehidupan) jutaan orang. Jadi kita harus mengalahkan pandem, ini yang belum selesai. Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini.

"Risiko (pandemi) masih sangat tinggi dalam jangka pendek, jujur saja. Namun ada bukti bahwa sepertinya ekonomi akan lebih kuat pada paruh kedua tahun ini," papar Powell dalam konferensi pers usai rapat, seperti dikutip dari Reuters.


Anehnya, hasil rapat ini adalah keputusan yang sudah diperkirakan oleh investor. Pelaku pasar 'meramal' The Fed tidak akan memberi kejutan, dan itulah yang terjadi.
So, mengapa kemudian pasar bereaksi negatif? Ada alasan yang terkesan aneh dan dibuat-buat, yaitu pelaku pasar menilai semestinya The Fed memberikan lebih mengingat pandemi virus corona di Negeri Paman Sam semakin parah.
Serba salah juga jadi Powell ya. Berbuat sesuai ekspektasi pasar saja masih dianggap kurang...
"Pandemi semakin mengkhawatirkan sementara proses vaksinasi berjalan lambat sehingga ekonomi AS bakal kehilangan momentum pada kuartal I-2021. Lagi-lagi stimulus fiskal yang akan mengambil peran utama sementara The Fed sepertinya tidak akan melakukan upaya baru dalam waktu dekat," tegas Seema Shah, Chief Strategist di Principal Global Investors yang berbasis di London (Inggris), seperti dikutip dari Reuters.
Well, sepertinya alasan itu cuma pembenaran. Kemungkinan pelaku pasar hanya ingin mencairkan cuan yang sudah didapat di bursa saham Negeri Adikuasa. Sejak akhir 2020, DJIA menguat 1,08% sementara Nasdaq melejit 3,03%. 


Apapun alasannya, koreksi dalam di Wall Street sudah sukses membuat investor pasar keuangan Asia berkeringat dingin. 'Demam' di Wall Street menular ke Benua Kuning, investor ogah bermain di aset-aset berisiko dan memburu aset-aset aman (safe haven assets).

Salah satu aset aman yang menjadi incaran adalah dolar AS. Pada pukul 07:51 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Pantas saja rupiah tidak berkutik. 

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...kutan-jeblok/1
0
875
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.