Rumit dan sulit.

Tidak perlu membuat semua orang mengerti tentang apa yang lakukan. Tentang apa yang kamu pikirkan.
Kadang sesuatu tidak butuh untuk dipahami.
Kadang semuanya dibiarkan untuk sekedar berlalu tanpa harus tau mengapa.
Kamu tau?
Sesuatu akan menjadi sulit dipahami, jika kamu menaruh standar hidupmu untuk menilai orang lain.
Seperti kecewa yang disebabkan karena tingginya harapan.
Semua orang pasti pernah mengalami kisah yang rumit bukan?
Sesungguhnya apa yang membuat itu rumit, bukannya jatuh cinta itu adalah hal yang sangat wajar, semua orang pernah merasakan. Tapi tidak semua orang merasakan jatuh cinta seindah negeri dongeng. Semua serba ada keajaiban.
Orang berkata kadang tidak pernah sadar jika itu menyakitkan. Karena selalu berdalih, kita harus jujur supaya dia tidak menyesal. Tau apa tentang rasa menyesal? Sedangkan berkata menyakitkan saja tidak pernah merasa menyesal.
Kalau merasa hidupnya paling beruntung, hiduplah dengan keberuntungamu tanpa harus merugikan orang lain.
Kenyataannya, orang kadang lupa, bahkan dengan sengaja menyakiti orang lain.
Berdalih mencari pembenaran untuk membenarkan sesuatu yang dianggapnya benar.
Berlaku seolah menjadi Tuhan untuk menghakimi hidup dan pilihan orang.
Negara ini negara yang bebas berpendapat bro! Iya termasuk berpendapat yang menyakitkan.
Tidak suka lewati, jangan menjadi pecundang yang selalu berkata tanpa dipikirkan.
Berapa banyak orang yang akhirnya mengakhiri hidupnya hanya karena terintimidasi dengan kata-kata orang yang selalu menyetarakan standar keinginannya untuk menilai orang lain.
Jika segala sesuatu yang tidak pernah sama dengan standarmu menjadi salah dan tidak baik, apa itu cukup adil hingga menyakiti orang.
Bukan berarti anti kritik, tapi tidak semua orang memiliki urat malu yang putus, atau kuping yang budeg, serta mata yang buta, hati yang batu, untuk bersikap baik-baik saja.
Tempat ini semakin hari semakin hilang empati, bahkan untuk sesuatu yang kecil saja, seseorang bisa berlaku menjadi Tuhan.
Aku tidak sama dengan kamu, kamu tidak sama dengan dia, begitu terus seisi dunia. Katanya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kenyataannya, yang tidak sesuai dengan maumu adalah sasaran paling empuk untuk kau hujam tepat diulu hatinya dengan kata-katamu.
Sadar tidak, bahwa pembunuh paling halus dan mematikan adalah ucapan seseorang.
Orang kadang menjadi ciut jika harus bertemu langsung untuk mengungkapkan ketidak selarasannya. Orang kadang menjadi bermuka dua untuk menutupi ketidak sukaannya.
Tapi jari jemari dan mulut lemesnya sangat lihat berkoar-koar tentang si A, si B yang dia rasa tidak sebagus yang mereka harapkan.
Mati karena jari adalah awal dari keterpurukan orang lain.
Kalau tidak suka, ya sudah biarlah menjadi tidak suka.
Pernah berfikir tidak? Butuh berapa lama seseorang untuk bertahan saat semua jari telunjuk mengarah ke mukanya hanya karena dirimu tidak sama dengan apa yang mereka inginkan.
Memang menyenangkan menjadi penonton untuk hidup orang lain, tinggal menonton kemudian berkoment. Hidup bukan untuk ajang siapa yang paling sempurna menurut netizen.
Ada sebagian orang yang berhasil karena ujaran kebencian, karena menurut mereka setiap kebencian itu mereka menyiapkan banyak waktu untuk terus menguntit hidup kita, mencari celah terberat dalam hidup kita kemudian berharap itu bisa menghancurkan hidup seseorang.
Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi seperti yang kita mau.
Sama seperti perasaanku padamu.
Sekuat apapun aku terus berusaha mencintaimu, sekuat apa aku berusaha membuatmu peduli, tapi kalau kamu sendiri tidak menginginkannya, lalu untuk apa?
Kita tidak pernah bisa memaksa seseorang untuk suka kepada kita. Itu urusan mereka.
Yang bisa aku lakukan adalah mencintaimu tanpa kata tapi, memberi perhatian sebisaku, memberi yang terbaik semampuku. Tentang perasaanmu kepadaku, aku sudah tidak peduli lagi.
Jika waktu boleh diputar kembali, aku tetap akan ditempat yang sama.