Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Duh! Biden Bakal Tetap Garang ke China, Piye Iki IHSG?
Duh! Biden Bakal Tetap Garang ke China, Piye Iki IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpaksa ditutup di zona merah. Pada perdagangan sesi kedua Senin (25/1/21) hari ini, IHSG tidak kuat berbalik ke zona hijau.

Indeks acuan bursa nasional tersebut ambles 0,77% ke level 6.258,57 setelah sempat merosot parah 2,5% pada awal perdagangan hari ini.

Walaupun ditutup melemah, namun investor asing masih aktif melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 172,52 miliar di semua pasar (pasar reguler Rp 169,92 miliar) dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 16,09 triliun.
Terbaru, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memutuskan untuk memperpanjang masa pembatasan social berskala besar (PSBB). Keputusan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2021 yang diteken Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan per 22 Januari 2021.
"Menetapkan perpanjangan pemberlakuan, jangka waktu dan pembatasan aktivitas luar rumah Pembatasan Sosial Berskala Besar selama 14 hari terhitung sejak tanggal 26 Januari 2021 sampai dengan tanggal 8 Februari 2021," tulis Pergub Nomor 51 Tahun 2021.
Anies meminta kepada semua pihak untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan. Aturan mengenai protokol kesehatan tertuang dalam Pergub Nomor 3 tahun 2021 tentang peraturan pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2020 tentang penanggulangan Covid-19.
Sebagai gambaran, PSBB Transisi di DKI Jakarta dimulai pada 11 Januari hingga 25 Januari 2021. Aturan tersebut mengikuti periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan pemerintah pusat. PPKM telah diperpanjang hingga 8 Februari 2021.
Keputusan perpanjangan PPKM tersebut itu disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Tim Riset CNBC Indonesia menilai diperpanjangnya PPKM tentunya dapat menghambat laju pemulihan ekonomi Indonesia yang berdampak negatif ke pasar.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (25/1/2021), setelah stagnan nyaris sepanjang perdagangan.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini menjadi fokus utama pelaku pasar.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.020/US$, setelahnya sempat melemah hingga 0,36% ke Rp 14.070/US$. Tetapi tidak lama, rupiah kembali stagnan di Rp 14.020/US$ dan tertahan di level tersebut hingga beberapa saat sebelum pasar ditutup.
Di akhir perdagangan, rupiah berbalik menguat tipis 0,07% ke Rp 14.010/US$ di pasar spot.
Selanjutnya, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (25/1/21) awal pekan ini mayoritas ditutup menguat, di tengah sentimen pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang2 pekan, diikuti perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota.
Mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) hari ini ramai dikoleksi oleh investor,yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 0,3 bps ke level 6,326% hari ini.


Sempat Lari Kencang, Wall Street Ditutup Variatif 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada perdagangan Senin (25/1/2021), menyambut musim rilis laporan keuangan emiten AS yang diperkirakan bakal moncer khususnya untuk emiten teknologi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,12%, sementara itu S&P 500 naik 0,36%, selanjutnya indeks yang banyak diisi konstituen saham teknologi yakni Nasdaq sukses melompat 0,69%.
Pekan ini, 13 emiten anggota indeks Dow Jones dan 111 perusahaan S&P 500 bakal merilis laporan keuangan per kuartal IV-2020. Beberapa di antaranya adalah Apple, Microsoft, Netflix, Tesla, McDonald's, Caterpillar dan Boeing.

Menurut data Bank of America, 73% konstituen indeks of the S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan ternyata membukukan kinerja di atas ekspektasi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Dan Ives, analis Wedbush yang baru mendongkrak target harga saham Apple menjadi US$ 175, menilai kinerja produsen Iphone tersebut pada kuartal IV-2020 bakal mengalahkan estimasi pasar, dan bakal berlanjut pada tahun ini.
"Di satu sisi pelaku pasar memperkirakan sekitar 220 juta unit iPhone [untuk 2021], kami yakin berdasarkan arah sekarang dan dalam skenario bullish bahwa Cupertino [kantor pusat Apple] berpotensi menjual 240 juta unit," tuturnya dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Kemarin lusa, Wall Street menguat dengan indeks Dow Jones Industrial Average bertambah lebih dari 250 poin dan menyentuh rekor terbaru. Saham Microsoft menjadi pengangkat utama, dengan menyumbang 52 poin kenaikan terhadap indeks.
Dow Jones mencetak kenaikan untuk minggu kelima pada pekan lalu, S&P 500 mencetak kenaikan minggu ketiga dalam empat pekan terakhir, sementara Nasdaq mencetak rekor tertinggi baru setelah melompat 4,2% secara mingguan.
Dari ekonomi makro, pasar hari ini memantau Presiden AS Joe Biden yang ingin mengegolkan stimulus senilai US$ $1,9 triliun meski menghadapi resistensi dari anggota Kongres. Jika disahkan, stimulus itu bakal memberikan dana tunai ke warga AS dan bantuan ke pemerintah lokal.

Jan Hatzius, Kepala Ekonom Goldman Sachs, memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada 2021 akan tumbuh 6,6% secara tahunan. Namun, dia mengingatkan masih ada risiko besar berupa mutasi virus Covid-19.
"Kami terus berharap pengurangan risiko virus menyusul vaksinasi masal dan dukungan fiskal bagi belanja konsumen akan memicu lonjakan konsumsi pertengahan tahun ini dan pertumbuhan yang kuat pada 2021," tuturnya dalam laporan riset.
Meskipun demikian muncul keraguan di pasar yang memangkas apresiasi Wall Street yang sempat melesat pada awal perdagangan karena keraguan terhadap jumlah dan kapan stimulus ini akan cair.

Investor mulai mengalihkan pandangan ke Senat AS yang sedang berusaha menyelesaikan aturan untuk stimulus ini, pejabat dari Partai Demokrat mencoba tak mengindahkan ketakutan politikus Partai Republik yang mengatakan bahwa stimulus senilai US$ 1,9 triliun ini nilainya terlalu besar. 


Siap Lanjut Perang Dagang Berjilid-jilid AS-China? 


Ditutupnya Wall Street di zona hijau tentu saja bisa menjadi sentimen positif tersendiri bagi Bursa Asia, terutama kuning. Apresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi pendorong semangat para investor untuk perdagangan hari ini.
Di AS sendiri, terutama negara bagian penyumbang GDP terbesarnya yakni California angka corona terus turun sehingga muncul ekspektasi bahwa sang Gubernur Gavin Newsom akan mengangkat aturan tinggal di rumah saja di seluruh negara bagian tersebut.
Meskipun negara bagian berbendera beruang ini sukses melawan corona, tidak begitu di berbagai negara lain seperti di Perancis yang baru saja mengumumkan akan memberlakukan aturan jam malam di seluruh negara tersebut, bahkan Negara Eiffel berpotensi kembali melakukan lockdown ketat kembali dalam minggu-minggu ini.

Selain itu Presiden Meksiko, Andres Manuel menambah panjang daftar para pemimpin negara yang terjangkit virus corona sementara rakyat Meksiko sudah meninggal sebanyak 150 ribu karena pandemi.
Selanjutnya Joe Biden diekspektasikan akan meneken kebijakan perdagangan 'Beli barang Amerika' yang disinyalir oleh pasar bahwa sang presiden akan tetap mendahulukan kepentingan ekonomi Amerika Serikat alias 'America First' mirip dengan yang dilakukan oleh presiden sebelumnya Donald Trump. Hal ini memberikan sinyal bahwa kebijakan perdagangan internasional Biden masih akan tetap garang terhadap China.
Menurut Wall Street Journal, kebijakan ini akan menyebabkan para lembaga federal semakin sulit untuk membeli barang-barang impor serta merubah definisi produk lokal Amerika, dimana barang mentah yang diperlukan hingga menjadi produk jadi harus berasal dari produk lokal lebih tinggi presentasenya dari sebelumnya.
Dengan tidak akurnya kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tentu saja perekonomian global akan semakin lamban pulih pasca diserang pandemi. Apalagi pasar tentunya tidak ingin kembali melihat perang dagang berjilid-jilid antar kedua negara. Hal ini tentunya akan mengirim sinyal kurang baik ke bursa saham di seluruh belahan dunia.
Dari rilis data ekonomi, Korea Selatan akan mengumumkan pembacaan awal Produk Domestik Bruto kuartal keempatnya dimana Negara Ginseng sepertinya masih belum akan keluar dari jurang resesi karena GDP secara tahunan (YoY) di ekspektasikan masih akan terkontraksi 1,7% melanjutkan kontraksi pada kuartal kedua (-2.7%) dan kuartal ketiga (-1.1%). 


Rilis Data & Indikator Ekonomi

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari inii:
Iklim Bisnis Jerman Periode Januari 2021 (04:00 WIB)
Aktivitas Ekonomi Meksiko periode November 2020 (07:00 WIB).
Produksi Industri Russia periode Desember 2020 (08:30 WIB).




sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...iye-iki-ihsg/1
Diubah oleh ZenMan1 26-01-2021 03:57
0
581
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.